Stablecoin Makin Popular di Afrika Sub-Sahara, Bitcoin Kalah Jauh

Stablecoin sangat populer di negara-negara Afrika Sub-Sahara dengan mata uang lokal yang sangat fluktuatif dan akses terbatas ke dolar AS.

oleh Arief Rahman H diperbarui 05 Okt 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2024, 18:00 WIB
Ilustrasi berbagai macam aset kripto. (Foto By AI)
Laporan Chainalysis menyoroti potensi hubungan terbalik antara penggunaan stablecoin dan kinerja naira Nigeria dalam beberapa tahun terakhir. Ilustrasi berbagai macam aset kripto. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Transaksi Stablecoin dilaporkan semakin meningkat jauh ketimbang Bitcoin di Africa Sub-Sahara. Hal tersebut salah satunya didorong oleh berkurangnya akses terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Laporan Cahinalysis terbaru mencatat Stablecoin telah menjadi komponen penting ekonomi kripto Afrika Sub-Sahara, mencakup 43 persen volume transaksi di kawasan tersebut. Sebaliknya, Bitcoin (BTC), menguasai 18,1 persen pangsa volume transaksi Afrika Sub-Sahara antara Juli 2023 dan Juni 2024.

Laporan yang sama menyebutkan Stablecoin sangat populer di negara-negara Afrika Sub-Sahara dengan mata uang lokal yang sangat fluktuatif dan akses terbatas ke dolar AS.

"Bagi bisnis dan individu, stablecoin dipandang sebagai cara yang andal untuk menyimpan nilai dan memfasilitasi pembayaran internasional," seperti dikutip dari Bitcoin.com, Sabtu (5/10/2024).

CEO Yellow Card, Chris Maurice turut menanggapi kenaikan transaksi Stablecoin tersebut. Menurutnya, sekitar 70 persen negara Afrika menghadapi kekurangan mata uang asing, dan bisnis berjuang untuk mendapatkan akses ke dolar yang mereka butuhkan untuk beroperasi.

"Stablecoin memberikan peluang bagi bisnis ini untuk terus beroperasi, tumbuh, dan memperkuat ekonomi lokal," ujar dia.

Laporan Chainalysis menyoroti potensi hubungan terbalik antara penggunaan stablecoin dan kinerja naira Nigeria dalam beberapa tahun terakhir. Data menunjukkan nilai stablecoin yang diterima di Nigeria meningkat dari sekitar USD 500 juta pada Juli 2022 menjadi lebih dari USD 1 miliar pada April 2024, sebelum turun sedikit pada Desember 2023. Hal ini bertepatan dengan depresiasi naira.

Etiopia, dengan pertumbuhan tahun ke tahun (YoY) sebesar 180 persen dalam transfer stablecoin berukuran ritel, memiliki pasar dengan pertumbuhan tercepat di kawasan tersebut, menurut Chainalysis.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

Nigeria Jadi Pusat Kripto Afrika Sub-Sahara

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Sementara itu, Nigeria diidentifikasi dalam laporan tersebut sebagai episentrum aktivitas kripto di Afrika Sub-Sahara. Laporan tersebut menemukan bahwa aktivitas kripto Nigeria terutama didorong oleh transaksi ritel dan profesional, dengan sekitar 85% dari nilai transfer yang diterima di bawah $1 juta.

Mengomentari dominasi Nigeria, Moyo Sodipo, COO dan Co-founder Busha, salah satu dari dua bursa kripto yang baru-baru ini berlisensi, mengatakan:

“Orang-orang mulai melihat utilitas mata uang kripto di dunia nyata, terutama dalam transaksi sehari-hari, yang merupakan pergeseran dari pandangan sebelumnya tentang kripto sebagai skema cepat kaya," ucapnya.

Sementara bitcoin dan altcoin tetap menjadi komponen penting dari ekosistem kripto, laporan Chainalysis menunjukkan bahwa meningkatnya preferensi untuk stablecoin menunjukkan “adopsi dalam skala luas."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya