Membandingkan Return of Investment Bitcoin, Emas, dan IHSG

setelah mencapai harga tertingginya di USD 69 ribu pada November 2021, Bitcoin kembali menunjukkan ketahanannya dengan hampir mendekati harga USD 100 ribu saat ini.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 30 Nov 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2024, 06:00 WIB
Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)
Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)

Liputan6.com, Jakarta - Aset digital kripto pertama dan terbesar yakni Bitcoin (BTC) terus memecahkan rekor harga tertinggi. Harga Bitcoin sempat menembus level USD 99,655 atau Rp 1,579 miliar. Bitcoin saat ini masuk dalam jajaran 10 besar aset paling bernilai di dunia, berada di posisi ke-7 dengan kapitalisasi pasar mencapai USD 1,824 triliun.

Dengan begitu, Bitcoin lebih unggul dibandingkan perusahaan minyak raksasa Saudi Aramco, perak, dan perusahaan Meta milik Mark Zuckerberg.

Head of Product Marketing Pintu Iskandar Mohammad menilai, banyak faktor pendorong yang membuat harga Bitcoin terus meroket. Mulai dari kemenangan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat 2024, hingga derasnya pemasukan dana yang diperdagangkan di bursa bitcoin (ETF).

"Banyak faktor pendorong kenaikan harga Bitcoin. Di antaranya, menangnya Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) ke-47, masuknya arus uang dari produk ETF BTC mencapai USD 2 miliar, mundurnya Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa AS Gary Gensler, hingga positifnya data makroekonomi khususnya di AS, yang seluruhnya meningkatkan ketertarikan investor untuk ikut berinvestasi pada Bitcoin," paparnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (30/11/2024).

Menurut data dari Triple-A, jumlah orang yang memiliki aset kripto di seluruh dunia terus bertambah. Pada 2023, jumlahnya sekitar 420 juta orang, kemudian di 2024 ini sudah naik hingga 34 persen atau mencapai 562 juta orang.

Iskandar mengatakan, investor kripto yang masuk dalam kategori retail seringkali bertanya, kapan waktu yang tepat untuk berinvestasi pada Bitcoin. Terutama karena volatilitas dan asumsi bahwa harga Bitcoin sudah terlalu tinggi.

"Namun, setelah mencapai harga tertingginya di USD 69 ribu pada November 2021, Bitcoin kembali menunjukkan ketahanannya dengan hampir mendekati harga USD 100 ribu. Ini membuktikan peran Bitcoin sebagai aset lindung nilai (store of value) serta memiliki potensi memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan aset lainnya," sebutnya.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Return of Investment

Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)
Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)

Jika dibandingkan dengan dua instrumen investasi misalnya emas dan Indeks Harga Gabungan Saham (IHSG) Indonesia, Bitcoin unggul dari sisi return of investment (ROI) dalam 14 tahun terakhir.

Harga per gram emas pada awal 2009 sekitar Rp 322 ribu, dan di 2024 mencapai Rp 1.399.000 atau mencatatkan ROI 334.26 persen.

Di sisi lain, IHSG Indonesia di 2009 berada di sekitar 1,355 poin, dan di 2024 per 25 November ada di level 7,200 poin atau ROI di kisaran 431.37 persen.

Jika dibandingkan dengan ROI Bitcoin sangat jauh sekali. Sejak diluncurkan pada 2009, Bitcoin hanya bernilai sekitar USD 0.000764 per BTC atau dengan kurs saat itu di Rp 10 ribu, harga BTC hanya sekitar Rp 7.64. Melaju ke 14 tahun mendatang di 2024, harga BTC menyentuh USD 99,655 setara Rp 1,579,731,000, yang berarti persentase kenaikannya sebesar 13 miliar persen.

"Menyambut 2025, BTC saat ini masuk dalam fase bullish, investor dan trader kripto dapat memaksimalkan keuntungan investasinya dalam fase saat ini," pungkas Iskandar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya