Liputan6.com, Jakarta OKX, dan Standard Chartered meluncurkan program uji coba yang memungkinkan klien institusi untuk menggunakan mata uang kripto dan dana pasar uang berbentuk token (MMF) sebagai agunan. Hal ini dilakukan di bawah pengawasan Otoritas Regulasi Aset Virtual Dubai. Inisiatif ini menandai kolaborasi baru antara dunia keuangan tradisional dan kripto.
Diluncurkan pada 10 April, program ini memungkinkan institusi mengakses agunan aset digital di luar bursa kripto, di mana Standard Chartered akan berperan sebagai kustodian di Pusat Keuangan Internasional Dubai. Standard Chartered merupakan salah satu bank global ternama dengan aset total lebih dari USD 800 miliar.
Baca Juga
Perusahaan pengelola aset Franklin Templeton juga ikut bermitra dalam peluncuran program. Selain itu, Brevan Howard Digital akan menjadi salah satu peserta pertama yang turut ikut coba. Program agunan ini dirancang untuk mengurangi risiko pihak ketiga karena agunan tidak lagi harus disimpan secara langsung dalam bursa kripto.
Advertisement
Sebagai bagian dari peluncuran, OKX akan memperoleh akses ke aset token yang dicetak oleh divisi blockchain internal Franklin Templeton. Roger Bayston, kepala aset digital di Franklin Templeton, menyoroti manfaat MMF onchain, yang menghadirkan solusi penyelesaian lebih cepat tanpa perlu memanfaatkan infrastruktur kliring tradisional.
Kepala Global Pembiayaan dan Layanan Sekuritas Standard Chartered, Margaret Harwood-Jones memberikan respons positif terhadap kolaborasi ini.
“Kolaborasi kami dengan OKX dalam menggunakan mata uang kripto serta MMF berbentuk token sebagai agunan merupakan langkah besar dalam memberikan klien institusi kepercayaan serta efisiensi yang mereka perlukan,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (13/4/2025).
Program ini menambah daftar panjang kolaborasi lintas industri antara bank, manajer aset, dan platform kripto seiring dengan meningkatnya minat institusional terhadap aset tokenisasi. Tidak lama ini, pada bulan September 2024, bank Standard Chartered juga memperkenalkan layanan penyimpanan kripto di Uni Emirat Arab, yang menyediakan akses ke Bitcoin dan Ether bagi klien institusional.
Saham Perusahaan Penambang Bitcoin Menguat di Tengah Perang Tarif
Sebelumnya, pasar keuangan menunjukkan optimisme hati-hati pada Jumat, dengan bursa saham AS ditutup menguat. Nasdaq Composite naik 2,06%, sementara sektor aset digital melonjak 3,72% hingga mencapai valuasi sebesar USD 2,63 triliun.
Saham perusahaan penambang bitcoin yang terdaftar di bursa juga ikut menguat, dengan sembilan dari 12 perusahaan teratas berdasarkan kapitalisasi pasar mencatatkan kenaikan.
Mayoritas perusahaan penambang bitcoin yang terdaftar secara publik menutup pekan ini dengan tren positif, setelah sebelumnya sempat mengalami penurunan akibat kebijakan tarif impor dari mantan Presiden AS, Donald Trump. Nasdaq naik 2,06%, NYSE naik 1,84%, S&P 500 menguat 1,81%, dan Dow Jones Industrial Average menambah 1,56% terhadap dolar AS.
Pemulihan ini mendorong sembilan dari dua belas saham penambang bitcoin ke zona hijau, dengan kenaikan harga saham yang cukup signifikan. Berdasarkan data dari Bitcoinminingstock.io, Cipher Mining (CIFR) mencatatkan kenaikan tertinggi pada hari Jumat dengan lonjakan sebesar 9,01%. MARA Holdings (MARA) menyusul dengan kenaikan 6,56%, kemudian Galaxy Digital (GLXY) naik 6,48%, dan Terawulf (WULF) meningkat 6,25%.
Advertisement
Di Posisi 5 Besar
Di posisi lima besar, Cleanspark (CLSK) mencatatkan kenaikan 5,19%. Saham lainnya seperti Bitdeer (BTDR), Riot Platforms (RIOT), Core Scientific (CORZ), Hut 8 (HUT), dan Applied Digital (APLD) juga mengalami kenaikan, berkisar antara 3,12% hingga 4,61%.
Namun, jika dilihat dari performa selama lima hari terakhir, hanya tujuh dari dua belas perusahaan penambang bitcoin terbesar yang membukukan hasil positif.
Galaxy Digital (GLXY) memimpin performa mingguan dengan kenaikan 15,77%, disusul oleh Cipher Mining (CIFR) yang naik 15,23%. Meski sempat mengalami penguatan dalam jangka pendek, kinerja saham penambang bitcoin sepanjang 2025 masih menunjukkan tren penurunan yang cukup signifikan.
Cleanspark (CLSK) dan MARA Holdings (MARA) mengalami penurunan masing-masing sebesar 18,56% dan 25,40%. Riot Platforms (RIOT) dan Applied Digital (APLD) mencatatkan penurunan yang lebih tajam, yakni masing-masing 30,85% dan 30,75%.
