Meski Koreksi, Bitcoin Masih Tunjukkan Sinyal Bullish

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan sejumlah faktor makroekonomi turut memengaruhi pasar, termasuk kebijakan tarif Donald Trump dan peluncuran model AI DeepSeek dari Tiongkok.

oleh Gagas Yoga Pratomo Diperbarui 07 Feb 2025, 13:30 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2025, 13:30 WIB
Ilustrasi Kripto atau Crypto. Foto: Unsplash/Traxer
Optimisme terhadap Bitcoin tetap tinggi, dengan target harga USD 200 ribu pada tahun ini. Ilustrasi Kripto atau Crypto. Foto: Unsplash/Traxer... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Pasar kripto kembali mengalami gejolak pada awal 2025 dengan volatilitas tinggi dan likuidasi besar-besaran yang mencapai lebih dari Rp 34 triliun dalam sehari pada 3 Februari. 

Bitcoin, yang sebelumnya mencapai titik tertinggi sepanjang masa (ATH), sempat anjlok ke level USD 93.629 atau sekitar Rp 1,54 miliar, mengejutkan para investor. Situasi ini menimbulkan pertanyaan,apakah ini pertanda berakhirnya bull run Bitcoin?

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan sejumlah faktor makroekonomi turut memengaruhi pasar, termasuk kebijakan tarif Donald Trump dan peluncuran model AI DeepSeek dari Tiongkok. 

Kondisi ini menyebabkan tekanan pada kapitalisasi pasar kripto, meskipun pola teknikal "cup and handle" muncul sebagai sinyal bullish yang dapat mengindikasikan potensi kenaikan harga dalam waktu dekat.

“Pola ini sering kali menjadi tanda konsolidasi sebelum reli lebih lanjut. Ia menekankan bahwa meski banyak yang khawatir bull run telah usai, pola ini justru menunjukkan adanya potensi kelanjutan tren naik yang lebih kuat,” ujar Fyqieh dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (7/2/2025).

Optimisme Pada Bitcoin Masih Tinggi

Optimisme terhadap Bitcoin tetap tinggi, dengan target harga USD 200 ribu pada tahun ini. Faktor teknikal seperti osilator M2 dan ekstensi Fibonacci memperkuat skenario bullish, bahkan memproyeksikan kemungkinan harga mencapai USD 225 ribu pada pertengahan 2025.

Namun, regulasi AS terhadap Bitcoin masih menjadi variabel yang dapat memengaruhi pergerakan harga. Spekulasi mengenai Bitcoin sebagai aset cadangan AS sempat mendorong kenaikan harga, tetapi pernyataan terbaru dari David Sacks meredam optimisme ini. 

Arus Masuk ETF Bitcoin Alami Pelambatan

Selain itu, arus masuk ke ETF BTC-spot AS mengalami perlambatan, menunjukkan sikap hati-hati investor terhadap pasar.

“Meski menghadapi tekanan, berbagai indikator teknis masih mengisyaratkan kemungkinan bull run berlanjut. Para investor disarankan untuk tetap waspada terhadap volatilitas pasar dan mengambil langkah strategis dalam mengelola risiko,” jelas Fyqieh. 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

Efek Perang Dagang AS-Tiongkok

Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)... Selengkapnya

Sebelumnya, harga Bitcoin kembali mengalami penurunan di bawah USD 100.000 dipicu oleh kekhawatiran akan perang dagang global setelah Tiongkok mengumumkan tarif baru hingga 15 persen untuk impor AS tertentu, yang akan berlaku mulai 10 Februari. 

Dilansir dari Yahoo Finance, Kamis (6/2/2025), langkah ini merupakan respons terhadap perintah eksekutif yang dikeluarkan oleh Presiden AS pada 1 Februari yang mengenakan tarif pada barang-barang dari Tiongkok, Kanada, dan Meksiko.

Para analis memperingatkan peningkatan ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok dapat menyebabkan koreksi harga Bitcoin di bawah USD 90.000. 

 

Kenaikan Tarif Memicu Volatilitas

Ilustrasi: Bitcoin
Ilustrasi: Bitcoin... Selengkapnya

Ryan Lee, kepala analis di Bitget Research, menyatakan kenaikan tarif dapat memicu volatilitas yang lebih besar untuk Bitcoin dan aset berisiko lainnya. Meskipun ia melihat potensi Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan devaluasi mata uang, ia juga mengakui risiko aksi jual yang dapat mendorong harga Bitcoin lebih rendah.

James Wo, pendiri dan CEO DFG, sependapat ekonomi besar yang terlibat dalam perang dagang sering kali mengalami penurunan pasar yang signifikan. Ia menyoroti bahwa perang dagang yang berkepanjangan dapat menyebabkan devaluasi dolar AS dan inflasi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan permintaan global untuk aset alternatif seperti Bitcoin.

Data dari CoinGlass menunjukkan penurunan Bitcoin di bawah USD 97.000 dapat memicu likuidasi leveraged long senilai lebih dari USD 1,3 miliar di berbagai bursa. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya