Liputan6.com, Jakarta - Penulis ternama Robert Kiyosaki kembali membagikan pandangannya tentang Bitcoin (BTC).
Mengutip News.bitcoin.com, Kamis (6/3/2025) ia mengkritik investor aset digital yang menjual Bitcoin selama kemerosotan pasar kripto baru-baru ini. Namun, ia melihat masih ada potensi dari Bitcoin yang didukung oleh kebijakan pro-kripto Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump
Advertisement
Baca Juga
Penulis Rich Dad Poor Dad itu memperkirakan jika Trump mulai menggunakan Bitcoin untuk mengatasi ketidakstabilan keuangan AS, mereka yang memegang aset kripto tentu akan memperoleh manfaat paling banyak.
Advertisement
"Ketika ia (Trump) mulai membeli Bitcoin untuk membantu menyelesaikan masalah keuangan Amerika, mereka yang membeli Bitcoin pada kejatuhan terakhir akan menjadi pemenang, dan mereka yang menjual akan menjadi pecundang terbesar. Saya membeli lebih banyak Bitcoin. Apakah Anda juga?," tulisnya di platform media sosial X.
Sebagai pendukung lama aset alternatif, Kiyosaki telah berulang kali memperingatkan tentang risiko mata uang fiat dan ketidakstabilan ekonomi.
Pernyataan terbarunya menandakan kepercayaan yang berkelanjutan pada Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian keuangan, sementara juga menunjukkan bahwa faktor politik, termasuk pengaruh Trump, dapat membentuk masa depan mata uang kripto tersebut.
Penulis terkenal itu juga menanggapi perdebatan yang sedang berlangsung mengenai aset keras terbaik.
"Mana aset keras terbaik? Emas, perak, atau Bitcoin?," ucap Kiyosaki.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Rencana Cadangan Kripto AS Tak Sanggup Dorong Harga Bitcoin
Antusiasme investor terhadap rencana Donald Trump membentuk cadangan kripto strategis berubah menjadi skeptisisme pada hari Senin. Ketidakpastian ini menyebabkan harga mata uang kripto turun tajam, diperparah dengan kekhawatiran kebijakan tarif 25% yang akan diterapkan AS terhadap Meksiko dan Kanada.
Sebelumnya, Trump mengumumkan melalui Truth Social bahwa cadangan kripto AS akan mencakup token XRP, Solana (SOL), dan Cardano (ADA), selain Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH).
Pengumuman ini sempat mendorong lonjakan harga kripto, memberikan sedikit kelegaan setelah bulan terburuk bagi pasar sejak 2022. Namun, dimasukkannya tiga token yang kurang populer memicu pertanyaan investor mengenai tujuan dan manfaat rencana tersebut.
Aksi Jual Melanda
Pada sore hari di New York, semua aset kripto yang disebutkan Trump mengalami penurunan signifikan. Aksi jual ini terjadi bersamaan dengan penurunan aset berisiko lainnya, menyebabkan Indeks Nasdaq 100 yang didominasi saham teknologi turun lebih dari 2%. Sebagian besar keuntungan yang diperoleh kripto pada hari Minggu akhirnya menguap.
Sepanjang Februari, pasar kripto sudah menghadapi tekanan besar, dengan Indeks Kripto Bloomberg Galaxy anjlok hampir 28%. Kondisi ini semakin membebani Trump, yang kembali ke Gedung Putih di tengah dukungan besar dari industri kripto.
Bahkan pelonggaran regulasi oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) terhadap aset digital belum mampu menghentikan aksi jual besar-besaran. Banyak analis menilai bahwa kebijakan tarif Trump serta langkah agresifnya dalam membongkar program pemerintah menambah ketidakpastian di pasar.
Advertisement
Gedung Putih Segera Gelar KTT Kripto Pertama
"Bagi seorang presiden yang senang menjadi pahlawan pasar, kinerja aset berisiko minggu lalu sama sekali tidak menginspirasi. Perhitungan politiknya jelas Trump membutuhkan kemenangan sebelum peringkat persetujuannya mulai menurun, metrik yang mungkin dianggapnya sangat pribadi," kata QCP Capital dalam catatan, dikutip dari Yahoo Finance, Selasa (4/3/2025).
Di tengah ketidakpastian ini, David Sacks kepala kebijakan kripto yang akan memimpin KTT industri pertama di Gedung Putih mengumumkan melalui platform X bahwa ia telah menjual seluruh aset kriptonya, termasuk Bitcoin, Ethereum, dan SOL, sebelum pemerintahan Donald Trump resmi dimulai pada Januari.
