Liputan6.com, Jakarta - Getun Tri Aena menjadi disabilitas karena terlahir istimewa. Ia lahir di rumahnya di Desa Clapar RT 04/RW 02 Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, dengan tidak memiliki kedua tangan.
Meski begitu, Getun menyadari hidup dalam keterbatasan fisik menjadi disabilitas bukanlah perkara mudah untuk dijalani.
Dengan mengandalkan kedua kaki dan bagian tubuh lainnya, dia berusaha mandiri dalam mengerjakan berbagai pekerjaan rumah.
Advertisement
"Setelah pulang sekolah, biasanya saya membantu ibu membereskan rumah," kata Getun.
Segala pekerjaan rumah, mulai menyapu hingga memasak dicoba dilakoninya sendiri. Bahkan ibunda Getun, Sarinem mengungkapkan putrinya juga menggunakan pakaian dilakukannya tanpa bantuan orang lain.
"Saya kaget waktu kali pertama melihat Getun ganti pakaian sendiri. Padahal, sebelumnya butuh bantuan orang lain,"kata Sarinem yang mendampingi Getun di rumahnya.
Getun bagi Sarinem adalah anugerah yang tak ternilai. Anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Suwandi dan Sarinem ini, termasuk anak yang tak ingin menyusahkan orang lain.
Bahkan, Sarinem mengakui, terkadang Getun juga mendapat perlakuan tak menyenangkan dari teman-teman sebayanya.
"Kalau sudah seperti itu, biasanya Getun akan membalasnya dengan senyuman. Tapi, biasanya dia selalu ngomong kepada saya juga," ucap Sarinem.
Secara ekonomi, kehidupan Getun yang merupakan anak disabilitas ini juga tidak berkecukupan. Sang ayah, Suwandi, sehari-hari hanya bekerja mencari rumput dan menjaga pekarangan salak yang kecil. Sedangkan, sang ibu, sehari-hari harus bekerja menjajakan makanan kecil.
"Kalau sehari paling penghasilan saya cuma Rp 15 ribu dan pas-pasan untuk makan saja," kata Sarinem.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Miliki Prestasi Akademik
Meski demikian, Getun yang kini duduk di kelas V SD Negeri 1 Clapar termasuk orang yang memiliki kemampuan dalam prestasi akademik dan bakat seni.
Menurut Kepala SD Negeri 1 Clapar, Sujatmiko, sejak kelas 1 SD Getun kerap mendapat rangking.
"Kalau tidak rangking 1 ya rangking 2. Tetapi prestasi di bidang akademik itu terus menerus dipertahankan Getun hingga sekarang," ucap Sujatmiko.
Selain kemampuan akademik, Getun juga kerap mengisi acara seni di sekolahnya. Sujatmiko yang mengamati perkembangan Getun, kemudian menempatkan Getun sebagai pemain organ dalam grup rebana di sekolahnya.
"Sejak dulu memang Getun suka bermusik dan bernyanyi, bahkan ia juga suka memainkan organ dengan jemari kakinya. Anak itu memiliki kemampuan yang baik dalam berkesenian," kata Sujatmiko.
Menurut Sarinem, sudah empat tahun ini anaknya senang memainkan organ dan bernyanyi. Tak heran, jika Getun kerap diundang dalam beberapa acara untuk sekadar membantu meringankan beban ibunya.
"Kalau ada kunjungan dari pejabat kabupaten ke sini, biasanya Getun sering menunjukkan kebolehannya," cerita Sarinem.
Â
Advertisement
Ingin Jadi Musikus
Ternyata Getun memiliki cita-cita yang kini sedang dijalaninya. Ia ingin menjadi musikus dan bisa menunjukkan kebolehannya di hadapan orang banyak.
"Saya ingin menjadi musisi kalau sudah besar nantinya," kata Getun.
Diakuinya, saat ini Getun sangat menyukai penyanyi Fatin Sidqia Lubis yang menjadi X-Factor Indonesia, sebuah ajang pencari bakat di salah satu stasiun televisi swasta.
Bahkan, dia sempat memamerkan video yang direkam ibunya saat membawakan lagu Aku Memilih Setia yang dipopulerkan Fatin. Getun berharap, suatu hari bisa bertemu dengan Fatin.
"Saya ingin sekali bisa bertemu Fatin," tuturnya.
Â
Reporter : Chandra Iswinarno
Sumber : Merdeka.com