Perjuangan Mahasiswa Tunanetra Susun Skripsi Berbuah Temukan Jodoh

R. Ismail Prawira Kusuma penyandang tunanetra yang berhasil mendirikan Yayasan Bakti Islami Takwinul Ummah membagikan kisah unik di masa pembuatan skripsi. Pria kelahiran Karawang 17 Juni 1980 ini memulai kuliah pada 2001 silam.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Jan 2020, 12:57 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2020, 12:57 WIB
Ingin Cepat Selesaikan Skripsi? Ikuti Lima Tips Ini
Lima Tips untuk Cepat Selesaikan Skripsi. (Sumber Gambar: adisumaryadi.com)

Liputan6.com, Jakarta R. Ismail Prawira Kusuma penyandang tunanetra yang berhasil mendirikan Yayasan Bakti Islami Takwinul Ummah membagikan kisah unik di masa pembuatan skripsi. Pria kelahiran Karawang 17 Juni 1980 ini memulai kuliah pada 2001 silam.

Beberapa rintangan saat menuntut ilmu sudah dilalui seperti tercebur got, terbentur tiang listrik, hingga menabrak gerobak sampah. Hal-hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk terus mengenyam pendidikan.

“Ya tantangan lainnya ketika membuat tugas. Kalau orang biasa tinggal ke perpustakaan mencari buku dan membacanya. Kalau saya harus cari teman dulu yang mau mengantar ke perpus, mencarikan buku, dan membacakan buku tersebut,” ujar Ismail ketika ditemui di Karawang Senin (13/1/2020).

Tibalah ia di penghujung perkuliahan. Untuk lulus tentunya pria yang dikenal sebagai mahasiswa pintar ini harus membuat skripsi. Sebagai penyandang tunanetra, dibutuhkan seorang pendamping guna menyelesaikan skripsi.

“Pendamping itu untuk mencarikan buku, membantu saat penelitian, dan mengantar bertemu narasumber ke tempat yang agak jauh. Tapi saat itu saya berpikir kalau laki-laki kurang telaten dan kurang sabar. Kalau perempuan takutnya menjadi fitnah. Ya solusinya nikah,” ujar Ismail.

Kala itu, ia merasa sudah cukup umur dan bertujuan agar skipsinya pun bisa selesai dengan baik. Ia meminta teman untuk mencarikan perempuan yang sekiranya cocok. Teman Ismail meminta data diri dan disebarkan pada kenalan-kenalan.

Hasilnya, lima perempuan bersedia tapi keluarga mereka tidak setuju. Namun, ada satu perempuan lagi yang bersedia namanya Maryati. Keluarga perempuan itu pun tidak setuju, tapi Maryati memberikan pembelaan hingga mendapat persetujuan. Mereka pun ta'aruf. Jodoh selalu datang tepat waktu, Ismail dan Maryati pun menikah. Selanjutnya Ismail berhasil menyelesaikan skripsi, membangun yayasan, dan Maryati setia mendampingi hingga kini.

Manfaat Menjadi Tunanetra bagi Ismail

R Ismail Prawira Kusuma
Ustadz Ismail ketika ditemui di perpustakaan SMP Islam Takwinul Ummah Karawang, Senin (13/1/2020).

Menjadi tunanetra bukanlah hal mudah bagi Ismail. Namun, setelah diresapi ternyata tunanetra memberikan beragam manfaat.

Sejak awal, pria yang kesehariannya sibuk mengajar agama ini memang dikenal sebagai siswa yang cerdas semasa sekolah. Acap kali ia mendapatkan peringkat satu di kelas.

Setelah menyandang tunanetra, kecerdasannya bertambah. Seringkali teman-teman kuliah mengandalkan sesi presentasi dan tanya jawab padanya. Predikat cumlaude pun didapatkan saat lulus.

“Dengan tunanetra daya tangkap saya lebih kuat. Awalnya saya kalau menghafal Al-Quran satu juz membutuhkan waktu enam bulan. Setelah tunanetra, saya bisa menghafalkan satu juz dalam satu minggu,” katanya.

Kecerdasanya membawa ia pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Gelar magister Ekonomi Islam pun didapatkan setelah ia lulus S2 dari Universitas Ibnu Khaldun Bogor dengan predikat cumlaude.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya