Suka Duka Pemuda Difabel Bangun Bisnis Kopi Kito Rato

Kopi Kito Rato yang diusung tiga pemuda difabel tentunya memiliki kisah perjuangan di baliknya. Tidak seperti pemuda pada umumnya, mereka benar-benar harus bekerja sama dalam melakukan beberapa hal.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 24 Jan 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2020, 12:00 WIB
Kaki Palsu Saldi Kito Rato
Kaki Palsu Saldi yang retak, Tangerang Selatan (23/1/2020)

Liputan6.com, Jakarta Kopi Kito Rato yang diusung tiga pemuda difabel tentunya memiliki kisah sulit di baliknya. Tidak seperti pemuda pada umumnya, mereka benar-benar harus bekerjasama dalam melakukan beberapa hal.

“Misalnya saat angkut-angkut barang berat, kami kan semuanya difabel jadi agak kesulitan. Ini kaki palsu saya sampai retak karena mengangkut barang berat,” ujar Saldi Rahman, CO-founder Kito Rato sembari menunjukan retakan di kaki palsunya.

Saldi yang kala itu ditemui di kedai Kopi Kito Rato, Ciater, Tangerang Selatan mengaku ada kesulitan lain. Para karyawan yang semuanya adalah pemuda cukup sulit untuk dibangunkan ketika pagi.

“Sempat kita ketinggalan event karena hal itu,” ujarnya Kamis pagi (23/1/2020).

Memang sebelumnya Saldi menjelaskan, setidaknya satu minggu satu kali mereka datang ke satu event untuk berjualan. Dari event tersebut otomatis penghasilan mereka lebih banyak dari hari-hari biasa karena ramainya pengunjung.

Tantangan Galon Air dan Kemudi Mobil

VW Combo Kito Rato
VW Combo andalan Kopi Kito Rato, Tangerang Selatan (23/1/2020)

Kesulitan pun dirasakan oleh Rendy Agusta yang hanya memiliki satu tangan. Sebagai penjual kopi, tentunya mereka memerlukan air. Sayangnya, galon yang berat tidak dapat diangkat sendiri olehnya.

“Galon seberat itu ya harus menggunakan dua tangan. Untuk mengatasinya, penggantian gallon harus dialkukan oleh dua atau bahkan tiga orang,” kata Rendy di lokasi yang sama.

Rendy adalah satu-satunya orang dalam tim yang bisa mengemudi mobil. Namun, mengemudi dengan satu tangan tentunya sangat berbeda dengan mengemudi menggunakan dua tangan.

“Apalagi, mobil yang kami gunakan untuk jualan adalah mobil jadul jadi sangat berat,” ujarnya.

Tiga hari pertama berjualan Rendy sudah memiliki niat untuk menyerah. Saat itu, mengemudi menjadi hal yang menyulitkan baginya. Padahal, ia sudah mahir mengemudi semenjak SMA.

“Tapi saya berpikir, kalau bukan saya siapa lagi yang mengemudi. Akhirnya saya berusaha terus dan kini mulai membiasakan diri”.

Selain itu, cuaca pun menjadi tantangan tersendiri. Kito Rato yang mengusung tema outdoor menggunakan mobil VW Combo sebagai barnya dan kursi-kursi taman berpayung untuk pengunjung. Namun, ketika hujan, pengunjung pun otomatis berkurang.

Terus Maju dan Berinovasi

Cappucino Kito Rato
Cappucino Kito Rato, Tangerang Selatan, Banten (23/1/2020).

Segala kesulitan yang dialami bukan lah alasan mereka untuk berhenti. Buktinya, hingga kini Kito Rato masih buka dari pukul 11:00 atau 13:00 hingga pukul 23:00 atau bahkan tengah malam.

Semangat mereka dituangkan dalam setiap kucuran kopi yang dijual. Kopi-kopi itu dibuat secara manual tanpa menggunakan mesin. Namun, mereka mampu memberi tampilan yang indah di setiap cangkirnya seperti gambar hati di permukaan cappuccino.

Jika pembeli ingin take away, mereka pun menyediakan gelas dengan tulisan motivasi. Salah satunya berbunyi “Cita-cita kami juga setinggi anda”.

Hingga kini, Kito Rato masih berinovasi. Primadonanya adalah Es Kopi Susu Gula Aren, selain itu ada juga Ice Yakult Mango, Ice Strawberry Yakult, Mocktail Lime Squash dan masih banyak menu lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya