Liputan6.com, Jakarta Selama 13 tahun Cheta Nilawaty berkecimpung di dunia jurnalistik. Rasa bosan sempat menjadi kendala, namun, semangatnya kembali setelah mengisi kanal disabilitas.
“Pernah sangat bosan, sampai ingin berhenti dulu dan mengambil cuti. Tapi menurut saya itu manusiawi, setiap manusia merasakan itu,” ujar Cheta dalam M Talks Konekin (19/4/2020).
Untuk mengatasi kebosanan tersebut, perempuan yang menyandang tunanetra sejak 2016 ini meluangkan waktu untuk beristirahat dari pekerjaan. Setelah, keadaan hatinya membaik ia kembali kerja seperti semula.
Advertisement
“Justru semangat saya muncul lagi setelah di kanal Disabilitas. Tiap hari ketemu narasumber berbeda, tulisan berbeda, itu sebetulnya mengurangi rasa bosan, banyak naik turunnya.”
Simak Video Berikut Ini:
Motivasi Terbesar
Setelah menjadi penyandang disabilitas, wartawati di salah satu media swasta Jakarta ini sempat merasa berat. Anggapan bahwa dirinya akan menjadi tidak berguna adalah hal terberat yang membebaninya di awal masa tunanetra.
Namun, semangatnya kembali naik setelah ia mentetapkan tekad untuk menjadi seseorang yang bermanfaat. “Saya akui awalnya berat, di situ titik baliknya, saya hanya ingin tetap bermanfaat sampai meninggal.”
Namun, tak dapat dimungkiri, selama menulis di kanal Disabilitas ia menemukan kesulitan tersendiri. “Saya ingin nulis banyak tapi kembali lagi, kantung disabilitas itu gak banyak, gak seperti kantung konflik banyak yang bisa diberitakan.”
“Disabilitas itu minoritas di antara minoritas, jadi saya kekurangan sumber berita sebetulnya. Susah, saya ngulik-ngulik nyari. Akhirnya bukan bosan tapi bingung, apalagi yang bisa diulik,” ujarnya.
Cheta mengingatkan, disabilitas hanyalah konstruksi sosial. Menurutnya, semua difabel dapat melakukan apapun hanya saja caranya yang berbeda.
“Jangan pernah lelah menyuarakan itu, jangan pedulikan disabilitasnya tapi performa dan pencapaiannya. Banyak difabel yang hebat dan berani diadu,” pungkasnya.
Advertisement