Liputan6.com, Cilacap - Ulama Nahdlatul Ulama yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3iA, Narukan Rembang, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menerangkan seputar orang yang memiliki akal.
Maksud memiliki akal dalam hal ini ialah seseorang yang menggunakan akalnya dengan baik dan menginsafi bahwa pemberian ini merupakan anugerah dari Allah SWT.
Advertisement
Santri kinasi Mbah Moen ini mengatakan bahwa orang yang punya akal itu ialah orang yang dapat menikmati hal yang baik.
Advertisement
Baca Juga
“Orang yang punya akal itu adalah orang yang bisa menikmati sesuatu yang baik,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @PenaKitab-g4i, Rabu (12/02/2025).
Simak Video Pilihan Ini:
Contoh Kongkretnya
Gus Baha lantas mencontohkan bahwa saat kita memiliki anak kecil dan menggendongnya tentunya kita merasa sangat senang.
“Misalnya gini, contoh gampang gini, kamu punya anak pertama atau punya anak yang masih kecil itu gendong itu senangnya bukan main,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @PenaKitab-g4i, Rabu (12/02/2025).
Ditambah lagi saat melihat anak kita sehat itu tentunya sangat senang, meskipun mungkin saat itu kita tengah berada di tengah-tengah kondisi yang tidak menyenangkan seperti maraknya kemaksiatan dan lain sebagainya.
“Melihat anak sehat itu senangnya bukan main, mungkin saat itu banyak orang yang sedang maksiat dengan perempuan nakal atau dengan teman-teman nakalnya, yang nganggap seperti itu tidak nikmat,” tuturnya.
Menurut Gus Baha kesenangan menimang anak yang tentunya medapatkan pahala di sisi Allah itu jika ditimbang, maka ukuran bahagianya melebihi orang yang melakukan maksiat tadi.
“Tapi andaikan ini ditimbang, ditimbang ya, ditimbang yang maksiat betulan misalnya paling ukuran bahagianya itu 70%. Tapi yang ini yang nimang anak baru lahir atau masih kecil itu sampai 100%,” tegasnya.
Advertisement
Hal Baik yang Membuat Bahagia
Mengutip cendekiamuslim.or.id, berikut ini adalah beberapa pesan spiritual dari Islam yang menunjukkan bagaimana ibadah dapat menjadi jalan menuju kebahagiaan sejati:
1. Kedekatan dengan Allah SWT
Ibadah adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Setiap kali seorang Muslim melaksanakan ibadah, seperti shalat, puasa, atau dzikir, ia secara aktif berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Kedekatan ini membawa rasa keintiman dan hubungan yang erat antara hamba dengan Tuhan. Dengan menyadari bahwa Allah selalu hadir dan mengawasi setiap langkah hidupnya, seseorang merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang tidak tergoyahkan.
2. Rasa Syukur yang Mendalam
Ibadah juga mengajarkan rasa syukur yang mendalam terhadap Allah SWT. Saat seorang Muslim melaksanakan ibadah, ia secara sadar mengakui segala nikmat yang telah diberikan-Nya. Dengan menyadari dan mensyukuri berkat-berkat kecil dalam kehidupan sehari-hari, seseorang merasakan kebahagiaan yang dalam dan konten. Ini karena syukur membawa kedamaian dan menerima segala sesuatu sebagaimana adanya.
3. Ketenangan Jiwa melalui Khusyu' dalam Ibadah
Khusyu' adalah keadaan hati yang tunduk dan khusyuk kepada Allah SWT saat beribadah. Ketika seseorang melaksanakan ibadah dengan khusyu', ia sepenuhnya fokus pada hubungan spiritualnya dengan Allah tanpa terpengaruh oleh gangguan luar. Khusyu' membawa ketenangan jiwa dan kebahagiaan yang tidak tergoyahkan karena hati yang khusyu' selalu merasa dekat dengan Sang Pencipta.
4. Pembukaan Pintu Rahmat dan Ampunan
Ibadah membuka pintu rahmat dan ampunan Allah SWT. Ketika seseorang beribadah dengan sungguh-sungguh dan ikhlas, ia merasakan kasih sayang dan pengampunan-Nya yang tidak terbatas. Ini membawa kebahagiaan yang besar karena menyadari bahwa meskipun manusia berdosa, Allah tetap menerima taubat dan memberikan rahmat-Nya kepada hamba-Nya yang taat.
5. Kebahagiaan dalam Memberi dan Berbagi
Ibadah juga mengajarkan pentingnya memberi dan berbagi kepada sesama. Melalui amal shalih dan sedekah, seseorang tidak hanya merasakan kebahagiaan pribadi, tetapi juga membawa kebahagiaan kepada orang lain. Memberi dengan ikhlas adalah salah satu sumber kebahagiaan yang paling besar dalam Islam karena Allah menyukai hamba yang dermawan dan peduli terhadap sesama.
6. Kebahagiaan dalam Ketaatan dan Keadilan
Kebahagiaan sejati juga terletak dalam ketaatan kepada Allah SWT dan menjalankan keadilan dalam semua aspek kehidupan. Ketika seseorang hidup sesuai dengan ajaran Islam dan menjalankan prinsip-prinsip keadilan, ia merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang tidak tergoyahkan. Ketaatan kepada Allah membawa ketenangan batin dan kebahagiaan yang hakiki karena manusia merasa harmonis dengan tujuan hidupnya dan prinsip-prinsip agamanya.
Dengan mempraktikkan ibadah dengan sungguh-sungguh dan menghayati pesan-pesan spiritual Islam, seseorang dapat mencapai kebahagiaan sejati yang bersumber dari hubungan yang erat dengan Allah SWT. Kebahagiaan ini bukanlah sesuatu yang sementara atau tergantung pada kondisi eksternal, melainkan kebahagiaan yang abadi dan mendalam yang memenuhi jiwa dan hati.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)