Buat Kaki Palsu dengan Harga Terjangkau, Dokter Ini Tolong 10.000 Orang Difabel

Dr Viquar Qurashi seorang ahli bedah ortopedi telah menolong lebih dari 10.000 orang yang membutuhkan kaki palsu.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 23 Jun 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2020, 10:00 WIB
Kaki Palsu
Kaki palsu. (dok. Liputan6.com/Adhita Diansyavira)

Liputan6.com, Jakarta Dr Viquar Qurashi seorang ahli bedah ortopedi telah menolong lebih dari 10.000 orang yang membutuhkan kaki palsu.

Menurutnya, harga kaki palsu yang mahal membuat 80 persen populasi orang yang mengalami amputasi tidak mendapatkan akses untuk menggunakan kaki atau tangan palsu. Rata-rata harga kaki palsu berkisar $ 4.000 atau setara Rp 56.9 juta lebih.

“Hanya 25 persen dari populasi orang amputasi di dunia yang memiliki akses untuk mendapatkan kaki palsu yang artinya 80 persen lebih masih tanpa kaki palsu,” ujar Viquar kepada BBC.

Baginya, hal ini adalah masalah besar dan menjadi penggerak untuknya melakukan kegiatan amal. Di mana ia membuat kaki palsu dari plastiy yang harganya kurang dari 50 pounds atau kurang dari Rp 900 ribu.

Kaki palsu dibuat dengan mencairkan pipa drainase di dalam oven dan dibentuk sesuai ukuran kaki pasien. Hingga kini ia berhasil menolong lebih dari 10.000 orang.

“Aku bangga, aku tidak bisa bilang bahwa aku menyelamatkan kehidupan mereka tapi setidaknya aku melihat pasien dapat berjalan dan menjalani kehidupan mereka serta memenuhi kebutuhan hidupnya.”

“Itu sangat penting, mereka bukan beban dalam masyarakat juga bukan beban bagi keluarga mereka,” tambahnya.

Simak Video Berikut Ini:

Perlu Diganti Secara Berkala

Viquar menjelaskan bahwa satu kaki palsu tidak dapat digunakan seumur hidup. Perlu ada penggantian kaki palsu secara berkala.

“Anak-anak setiap 6 bulan mengalami pertumbuhan, dan setelah usia 18 masih membutuhkan penggantian kaki palsu dalam jangka waktu 3 sampai 4 tahun tergantung pemakaian.”

Ia sudah mengunjungi dan membantu pasien di berbagai negara seperti di Nepal, Suriah, Kamboja, Vietnam dan negara lainnya, namun akhir-akhir ini perjalanannya harus tertunda karena pandemi COVID-19.

Dokter ini sempat mendapatkan penghargaan atas aksinya namun menurutnya kepuasan dalam dirinya adalah ketika melihat para pasien tersenyum.

“Setelah apa yang kami lakukan pada mereka, mereka tersenyum dan saya pikir itu adalah penghargaan bagi saya. “

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya