Liputan6.com, Jakarta Peneliti dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Ginanjar Rohmat mengemukakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi penyesuaian diri seorang anak tunanetra sama dengan faktor-faktor yang memengaruhi penyesuaian diri seorang anak awas.
Menurutnya, faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap penyesuaian diri seseorang bisa dikelompokkan menjadi dua. Yaitu faktor yang muncul dari dalam diri seseorang atau faktor internal dan faktor yang muncul dari luar diri seseorang atau faktor eksternal.
Baca Juga
“Menurut M. Nur Ghufron & Rini Risnawita (2014: 55-56), faktor internal yang memengaruhi penyesuaian diri seseorang adalah kondisi jasmani, psikologis, kebutuhan, kematangan intelektual, emosional, mental, dan motivasi,” tulis Ginanjar dalam penelitiannya dikutip pada Kamis (24/9/2020).
Advertisement
Sedangkan, lingkungan rumah, keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan faktor eksternal.
Peneliti juga mengutip pendapat Enung Fatimah, (2006: 199) bahwa faktor-faktor yang menentukan kepribadian seseorang sangat memengaruhi proses penyesuaian diri, baik faktor dari dalam diri maupun faktor dari luar diri.
Lebih lanjut, Hendrianti Agustiani (2006: 147-148) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri seseorang salah satunya adalah kondisi fisik.
“Pendapat tersebut menerangkan bahwa keturunan, kesehatan, bentuk tubuh, perkembangan intelektual, sosial, moral, kematangan emosional, pengalaman, frustasi, konflik yang dialami, kondisi keluarga dan kondisi rumah, adat istiadat serta agama dapat mempengaruhi penyesuaian diri seseorang.”
Simak Video Berikut Ini:
Faktor Fisik
Menurut Ginanjar, kondisi tubuh yang baik merupakan syarat tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Hal ini memiliki arti bahwa gangguan jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.
Enung Fatimah (2006: 199) mengemukakan bahwa gangguan penyakit yang kronis dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan diri, perasaan rendah diri, rasa ketergantungan, perasaan ingin dikasihani, dan sebagainya.
“Sutjihati Somantri (2012: 84-85) mengemukakan bahwa anak tunanetra biasanya merasa berbeda dengan orang lain saat memasuki sekolah. Ketidaksiapan anak tunanetra dengan reaksi orang lain ketika memasuki sekolah sering menimbulkan kegagalan dalam mengembangkan kemampuan sosialnya.”
Maka dari itu, kondisi tubuh atau fisik yang tidak biasa menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan dan kemampuan anak menyesuaikan diri di lingkungan sosialnya.
Advertisement