Liputan6.com, Jakarta Olimpiade Tokyo menandai pertama kalinya atlet paralimpiade AS akan mendapatkan bayaran yang sama dengan rekan-rekan Olimpiade mereka.
Dilansir dari Huffpost, Komite Olimpiade & Paralimpiade AS mengumumkan perubahan tersebut beberapa bulan setelah Olimpiade Musim Dingin 2018 di Pyeongchang, Korea Selatan. Meskipun atlet Paralimpiade 2018 yang memenangkan medali menerima kenaikan gaji retroaktif setelah keputusan tersebut, Olimpiade Tokyo akan menjadi Olimpiade pertama yang menerapkan kesetaraan gaji sejak awal.
Baca Juga
Olimpiade 2020 yang tertunda dimulai pada hari Jumat dan dijadwalkan berakhir pada 8 Agustus dengan Paralimpiade dijadwalkan akan dimulai pada 25 Agustus dan berakhir pada 5 September.
Advertisement
“Paralimpiade adalah bagian integral dari komunitas atlet kami dan kami perlu memastikan bahwa kami menghargai prestasi mereka dengan tepat,” kata CEO Komite USOPC Sarah Hirshland pada tahun 2018 ketika pengumuman pertama kali dibuat, dikutip dari huffpost.
Simak Video Berikut Ini:
Perubahan keuangan
Menurut Komite Paralimpiade Internasional, atlet sekarang akan menerima $37.500 (Rp543.000.000) untuk setiap medali emas yang diperoleh di Paralimpiade, $22.500 (Rp325.800.000) untuk perak dan $15.000 (Rp217.200.000) untuk perunggu, meningkatkan kompensasi untuk beberapa Paralimpiade sebanyak 400%.
Sebelumnya, atlet Paralimpiade telah menerima $7.500 (Rp108.600.000) untuk setiap medali emas, $5.250 (Rp76.020.000) untuk perak dan $3.750 (Rp54.300.000) untuk perunggu, dikutip dari New York Times. Lebih dari $1,2 juta (Rp17.376.000.000) telah dikucurkan kepada peraih medali Paralimpiade 2018 berdasarkan keputusan panitia.
Advertisement
Tanggapan positif
“Ketika saya membaca ini, air mata benar-benar berlinangan di wajah saya bukan hanya karena pembayaran yang sama untuk medali @Paralympics kepada atlet @USParalympics, tetapi nilai dan hak atlet Para akhirnya dianggap setara dengan @Olympics. Ini benar-benar mengubah HIDUP @TeamUSA, terima kasih,” tulis juara ski Para Nordic Oksana Masters di akun twitternya pada saat keputusan tahun 2018 lalu.
Saat Olimpiade Tokyo memasuki hari keempatnya, AS juga merayakan peringatan 31 tahun Undang-Undang Penyandang Disabilitas Amerika, undang-undang hak-hak sipil penting yang melarang diskriminasi berdasarkan disabilitas.
Sementara paralimpiade dan pendukung bahagia atas keputusan kesetaraan gaji, banyak yang menolak keputusan USOPC untuk tidak mengizinkan Becca Meyers, perenang AS dan peraih medali Paralimpiade enam kali, untuk membawa ibunya ke Olimpiade Tokyo sebagai asisten perawatan pribadinya.
Meyers diketahui adalah seorang tuli dan tunanetra. Awalnya ia telah mendapat persetujuan dari komite untuk membawa ibunya sebagai asisten pribadinya sejak 2017. Namun karena COVID-19, kini ada batasan jumlah staf yang dianggap tidak penting. Sementara Meyers bersikukuh bahwa itu memang benar, tapi asisten pribadi yang terpercaya juga penting baginya, jelasnya dikutip dari huffpost.
Infografis Olimpiade Tokyo 2020
Advertisement