Walau Sering Kabur dari Kelas, Penyandang Sindrom Asperger Asal Sidoarjo Ini Berhasil Raih Peringkat Satu

Orangtua dengan anak berkebutuhan khusus memiliki cerita masing-masing dalam mendampingi perkembangan buah hatinya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 04 Okt 2021, 12:12 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2021, 12:12 WIB
Penyandang sindrome asperger asal Sidoarjo, Zavier Rifanda Putra
Penyandang sindrome asperger asal Sidoarjo, Zavier Rifanda Putra. Foto: doc pribadi.

Liputan6.com, Jakarta Orangtua dengan anak berkebutuhan khusus memiliki cerita masing-masing dalam mendampingi perkembangan buah hatinya.

Salah satunya Indah Krisdayanti (45) yang dikaruniai anak dengan sindrom Asperger, Zavier Rifanda Putra.

Sindrom Asperger (Asperger syndrome) adalah bagian dari spektrum autisme. Penyandang sindrom Asperger umumnya memiliki banyak bagian otak yang tidak berfungsi, tapi tetap bisa berkomunikasi.

Setiap penyandang sindrom Asperger memiliki kondisi yang berbeda tergantung pada bagian otak mana yang tidak berfungsi. Orang dengan Asperger syndrome hanya dapat memiliki satu keahlian saja atau paling banyak dua. Syaraf dan jumlah molekul di otaknya mengumpul di dalam satu titik. Bisa saja orang dengan sindrom Asperger ini memiliki satu keahlian saja tapi sangat fokus, contohnya seperti Bill Gates.

Seperti kebanyakan penyandang Asperger, Zavier adalah anak yang pintar, tapi perilakunya tidak seperti anak-anak pada umumnya.

Perkembangan Zavier

Menurut Indah, tumbuh kembang Zavi, panggilan akrabnya, berbeda dengan anak-anak biasa. Saat semua anak balita sudah merangkai kata dan berceloteh di tahun pertama, Zavi cenderung pendiam dan tidak banyak berkata-kata.

Walau demikian, rasa penasaran dan keinginan belajarnya tinggi, di usia 1,5 ia meminta Indah untuk mengucapkan semua yang ditunjuknya, mulai angka, huruf dan semua benda atau buah dalam bahasa Inggris.

Pada usia 2, bocah kelahiran 7 Maret 2012 itu mulai berbicara diikuti dengan perkembangan yang pesat. Ia bisa membaca, menulis, menggambar dan berbahasa Inggris.

Di usia 3 anak pertama Indah itu sudah mulai mengeluarkan kata-kata berbahasa Spanyol, dia belajar dari buku yang dibacanya dari sekolah.

“Awal saya masukkan ke baby school untuk terapi karena saat berbicara tidak mau menatap (kontak mata kurang). Usia 2-4 Zavi sekolah di play group, beberapa kali pindah,” kata Indah dalam keterangan tertulis, Minggu (3/10/2021).

Suatu ketika, Indah dipanggil guru bimbingan konseling (BK) dan diminta untuk mengantar Zavi ke rumah sakit Dr. Soetomo Surabaya, untuk tes IQ dan menanyakan diagnosa Zavi. Hasilnya, IQ 132, dengan diagnosa sindrom Asperger.

Perilaku Zavi

Menginjak usia 5, Zavi duduk di bangku taman kanak-kanak (TK), ia sering jenuh di kelas dan kabur dari sekolah.

“Kadang terlihat nongkrong di toko hewan sebelah sekolah, kadang kabur ke toko bangunan mainan pasir.”

“Usia 6, tanpa TK B, saya daftarkan sekolah dasar (SD) dengan harapan agar bahasa Inggrisnya tersalurkan. Namun, 2 minggu pertama Zavi bikin heboh, ia hilang, kabur dari sekolah dan lolos dari pantauan CCTV serta satpam sekolah. Zavi ditemukan di hotel seberang sekolah.”

Setelah ditanya, ternyata bocah asal Sidoarjo, Jawa Timur ini memiliki ketertarikan pada hotel karena memiliki cita-cita menjadi arsitek.

Sehari-hari, bocah yang hobi menggambar itu jarang ada di kelas, sehingga pihak sekolah meminta adanya shadow teacher. Walau jarang mengikuti pelajaran, ia bisa mengerjakan soal yang diberikan dan menempati peringkat pertama.

Ia juga sangat pandai menghafal Al-Quran, tapi seiring bertambahnya usia, emosinya pun semakin tak terkendali. Hingga kini, Indah masih berusaha mendampingi perkembangan Zavi agar tumbuh menjadi pribadi yang lebih tenang.

 

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya