Sering Tak Terdiagnosis, Kenali Gejala Depresi pada Anak

Psikiater asal Amerika Serikat Jennifer Casarella, MD mengatakan bahwa anak-anak juga bisa mengalami depresi. Ini berbeda dengan sedih dan emosi sehari-hari yang dialami anak saat mereka berkembang.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Okt 2021, 13:00 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2021, 13:00 WIB
Sering Tak Terdiagnosis, Kenali Gejala Depresi pada Anak
Ilustrasi anak depresi. (pexels/keiraburton).

Liputan6.com, Jakarta Psikiater asal Amerika Serikat Jennifer Casarella, MD mengatakan bahwa anak-anak juga bisa mengalami depresi. Ini berbeda dengan sedih dan emosi sehari-hari yang dialami anak saat mereka berkembang.

Hanya karena seorang anak tampak sedih tidak berarti mereka mengalami depresi yang signifikan. Namun, jika kesedihan menjadi terus-menerus atau mengganggu aktivitas sosial, minat, tugas sekolah, atau kehidupan keluarga yang normal, itu mungkin berarti mereka menderita penyakit depresi.

“Ingatlah bahwa meskipun depresi adalah penyakit serius, itu juga dapat diobati,” ujar Jennifer mengutip webmd.com, Sabtu (16/10/2021).

Ia menambahkan, gejala depresi pada anak bervariasi. Kondisi ini sering tidak terdiagnosis dan tidak diobati karena gejalanya dianggap sebagai perubahan emosional dan psikologis yang normal.

Studi medis awal berfokus pada depresi "bertopeng", di mana suasana hati anak yang tertekan diekspresikan dengan marah-marah. Meskipun hal ini terjadi, terutama pada anak-anak yang lebih kecil, banyak anak menunjukkan kesedihan atau suasana hati yang rendah mirip dengan orang dewasa yang mengalami depresi.

Gejala utama depresi berkisar pada kesedihan, perasaan putus asa, dan perubahan suasana hati.


Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala depresi pada anak antara lain:

-Keengganan atau kemarahan.

-Perasaan sedih dan putus asa yang terus menerus.

-Penarikan sosial.

-Menjadi lebih sensitif terhadap penolakan.

-Perubahan nafsu makan, baik meningkat atau menurun.

-Perubahan tidur (sulit tidur atau tidur berlebihan).

-Ledakan vokal atau menangis.

-Kesulitan berkonsentrasi.

-Kelelahan dan energi rendah.

-Keluhan fisik (seperti sakit perut dan sakit kepala) yang tidak merespons pengobatan.

-Kesulitan selama acara dan kegiatan di rumah atau dengan teman, di sekolah, selama kegiatan ekstrakurikuler, dan dengan hobi atau minat lain.

-Perasaan tidak berharga atau bersalah.

-Pikiran atau konsentrasi terganggu.

-Pikiran tentang kematian atau bunuh diri.


Tak Semua Anak Gejalanya Sama

Tidak semua anak memiliki semua gejala yang disebutkan di atas. Faktanya, sebagian besar akan menunjukkan gejala yang berbeda pada waktu yang berbeda dan dalam situasi berbeda pula.

Meskipun beberapa anak dapat melaluinya dengan cukup baik di lingkungan yang terstruktur, sebagian besar anak dengan depresi berat akan mengalami perubahan nyata dalam aktivitas sosial.

Misal, kehilangan minat di sekolah, prestasi akademik yang buruk, atau perubahan penampilan. Anak-anak juga dapat mulai menggunakan obat-obatan atau alkohol, terutama jika mereka berusia di atas 12 tahun.


Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi COVID-19

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya