Liputan6.com, Jakarta Mariella Satow, pelajar berusia 17 tahun mengembangkan aplikasi yang memudahkan anak-anak disabilitas rungu menikmati film kesukaan mereka.
Dilansir dari BBC, Mariella menemukan ide pembuatan aplikasi ini sejak terjebak lockdown di New York sejak musim panas 2020. Ia pun menamai aplikasi penerjemah berbahasa isyarat film anak dengan nama SignUp.
Mariella mendapat ide itu ketika ia belajar Bahasa Isyarat Amerika (ASL), salah satu dari ratusan bahasa isyarat yang digunakan di seluruh dunia. Saat ia ingin menonton acara TV untuk membantunya belajar, ia kecewa mengetahui betapa sedikitnya acara TV yang menyediakan penerjemah bahasa isyarat.
Advertisement
Menurut penelitian dari The Big Hack oleh disability charity Scope, banyak platform streaming menawarkan teks tertutup dan deskripsi audio, tetapi bukan bahasa isyarat.
Sementara butuh waktu satu tahun bagi Mariella untuk mengembangkan aplikasinya, itupun dengan bantuan para guru ASl dan komunitas tunarungu. Akhirnya aplikasi ini tersedia di AS sebagai eksistensi Google Chrome, dengan tampilan penerjemah muncul di kotak pinggir layar saat film diputar.
Baca Juga
Diterapkan di Disney Plus
Aplikasi penerjemah ini baru dapat diakses pada film Disney Plus, karena awalnya Mariella berpikir bisa membantu sebagian besar anak melalui channel anak-anak tersebut.
"Saya dan saudara perempuan saya sangat rajin menonton film ketika kami masih muda, dan saya tidak bisa membayangkan jika (hal semenyenangkan ini) tidak menjadi bagian dari masa kecil kami," katanya kepada Newsbeat.
Jarod yang bekerja di sebuah sekolah khusus anak-anak tunarungu mengatakan betapa menyenangkannya melihat Toby menggunakan penemuan Mariella.
"Aplikasi ini menciptakan medan permainan yang setara. Anak-anak mendapatkan pemahaman dan informasi seperti halnya anak-anak yang mendengar, mereka belajar sebuah bahasa bahkan sebelum mereka pergi ke sekolah," katanya, dikutip dari BBC.
Advertisement
Sulit menonton bioskop
Anak-anak Tuli di Inggris menghadapi banyak hambatan yang sama terkait bioskop dan TV.
"Orang yang bisa mendengar bisa secara spontan pergi ke bioskop. Sedangkan orang yang mengandalkan subtitle harus memastikan ada tontonan yang cocok di saat kita senggang," kata Stacey Worboys, 27 tahun dari Cardiff, dikutip dari BBC.
Meskipun Stacy nyaman menggunakan subtitle saat menonton acara TV dan film, namun karena ia telah belajar bahasa Isyarat Inggris (BSL), ia merasa jika memiliki penerjemah bahasa isyarat akan membuat segalanya menjadi lebih inklusif, terutama bagi seseorang yang mungkin kesulitan dengan subtitle.
Stacey dan Toby bukan satu-satunya orang yang menyambut aplikasi Mariella. Aplikasi tersebut kini memiliki ribuan pengguna, sementara Mariella masih menyesuaikan waktunya diantara mengurus aplikasi dan studinya.
Mariella mengatakan karena jarak dari New York ke sekolahnya di Rugby, Warwickshire, ia selalu menyetel alarmnya untuk jam 5 pagi. Ia mengaku awalnya agak sulit menjalaninya, tetapi dengan begitu akan memberinya waktu untuk mengerjakan SignUp setelah pelajaran selesai.
Mariella juga semakin termmotivasi atas dukungan dari para guru dan orang tua. "Komentar yang paling berarti adalah saat pertama kali seorang anak memiliki akses penuh ke sebuah film. Angka tidak terlalu penting, tapi pesannya," katanya.
Stacey mengatakan aplikasi versi Inggris seperti SignUp akan membuat film dan TV lebih mudah diakses bagi komunitas tunarungu, terutama karena bahasa isyarat sering kali menjadi bahasa pertama orang Tuli.
Mariella juga mengatakan tengah bersiap-siap membuat versi Bahasa Isyarat Inggris dari aplikasinya untuk platform streaming lain seperti Netflix dan Amazon Prime. "Ada lebih dari 300 bahasa isyarat yang digunakan di seluruh dunia, jadi butuh waktu lama untuk mengeluarkan semua versi itu," katanya.
Film hit Disney seperti Frozen, Moana, The Incredibles (film favorit Mariella), semuanya telah tersedia di SignUp. Selain itu, Mariella juga mendapat permintaan membuat untuk ratusan film lainnya. "Saya tak menyangka apa yang saya buat bisa menjadi sebesar ini," katanya.
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Advertisement