Sindrom Tourette Bisa Ganggu Kehidupan Sehari-hari, Begini Perawatannya

Apa itu Sindrom Tourette dan bagaimana perawatannya?

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 24 Des 2021, 18:00 WIB
Diterbitkan 24 Des 2021, 18:00 WIB
Ilustrasi sindrom tourette
Ilustrasi sindrom tourette Foto: Govinda Valbuena dari pexels

Liputan6.com, Jakarta - Spesialis psikiatri anak dan remaja di Atlanta Smitha Bhandari, MD menjelaskan bahwa sindrom Tourette adalah masalah pada sistem saraf yang menyebabkan orang membuat gerakan atau suara tiba-tiba.

Suara atau gerakan yang tiba-tiba ini disebut pula dengan tics. Gejalanya termasuk lengan atau kepala menyentak, berkedip tak terkendali, membuat ekspresi wajah, mulut berkedut, mengangkat bahu, menggonggong atau menyalak, batuk, dengkur, berteriak, hingga sumpah serapah.

“Sebelum terjadi tic yang berupa gerakan (motor tics), seseorang mungkin mendapatkan sensasi yang bisa terasa seperti kesemutan atau ketegangan. Gerakan itu membuat sensasi itu hilang. Anda mungkin dapat menahan tics untuk sementara waktu, tetapi Anda mungkin tidak dapat menghentikannya,” ujar Smitha mengutip webmd.com, Kamis (23/12/2021).

Untuk perawatannya, sering kali tics yang ringan tidak perlu diobati. Jika mereka menjadi masalah, dokter akan meresepkan obat untuk membantu.

“Perawatan dapat mengendalikan tics, tetapi beberapa orang tidak memerlukannya kecuali gejalanya benar-benar mengganggu mereka," katanya.

Butuh beberapa saat untuk menemukan dosis yang tepat yang membantu mengendalikan tics tetapi menghindari efek samping, jadi pasien memerlukan kesabaran ekstra dalam perawatannya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini


Obat-obatan dan Terapi

Obat-obatan untuk mengatasi tics dapat mencakup:

-Haloperidol (Haldol), fluphenazine (Prolixin), dan pimozide (Orap), yang bekerja pada zat kimia otak yang disebut dopamin untuk mengendalikan tics.

-Clonidine (Catapres) dan guanfacine (Tenex, Intuniv)), obat tekanan darah tinggi yang juga dapat mengobati tics.

-Fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil), sertraline (Zoloft), dan antidepresan lainnya, yang dapat meredakan kecemasan, kesedihan, dan gejala obsesif-kompulsif.

“Seiring dengan obat-obatan, Anda mungkin ingin mempertimbangkan terapi bicara. Psikolog atau konselor dapat membantu Anda mempelajari cara menangani masalah sosial yang mungkin disebabkan oleh tics dan gejala lainnya.”

Selain obat-obatan, terapi perilaku juga dapat membantu. Jenis tertentu, yang disebut pelatihan pembalikan kebiasaan, mengajarkan pasien bagaimana mengenali bahwa tic akan datang dan menghentikannya.


Masalah Lain

Smitha menambahkan, sekitar setengah dari orang dengan Tourette juga memiliki gejala attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Orang dengan ADHD dapat mengalami kesulitan memperhatikan, duduk diam, dan menyelesaikan tugas.

Tourette juga dapat menyebabkan masalah lain seperti:

-Kecemasan

-Ketidakmampuan belajar seperti disleksia

-Gangguan obsesif-kompulsif (OCD) yakni pikiran dan perilaku yang tidak dapat dikendalikan, seperti mencuci tangan berulang kali.


Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya