Rekomendasi Dokter terkait Olahraga di Bulan Ramadhan bagi Pengguna Kursi Roda

Dokter spesialis kedokteran fisik, dan olahraga dari Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya, Adri Fauzan menjelaskan terkait mobilitas pengguna kursi roda selama Ramadhan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 19 Apr 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2022, 13:00 WIB
Olahraga di Bulan Ramadhan bagi Pengguna Kursi Roda
Olahraga di Bulan Ramadhan bagi Pengguna Kursi Roda . (Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis kedokteran fisik, dan olahraga dari Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya, Adri Fauzan menjelaskan terkait olahraga yang baik bagi pengguna kursi roda selama Ramadhan.

Menurutnya, penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama. Yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan masyarakat lain sekitar berdasar kesamaan hak.

Disabilitas itu sendiri memiliki berbagai jenis, ada disabilitas sensorik, mental, intelektual, ganda, maupun fisik yang salah satunya mengakibatkan individu harus menggunakan alat bantu jalan berupa kursi roda.

Secara garis besar latihan fisik apa saja yang cocok untuk penyandang disabilitas pengguna kursi roda di bulan Ramadhan adalah olahraga yang memiliki 3 komponen yakni stretching exercises (latihan peregangan), strengthening exercises (latihan penguatan), aerobic exercises (latihan kardio).

“Sedangkan untuk olahraga dapat dilakukan yang dominan menggunakan ekstremitas atas seperti pada basket, tenis meja, badminton dan lainnya,” kata Adri kepada Disabilitas Liputan6.com melalui keterangan tertulis dikutip Selasa (19/4/2022).

Terkait durasi olahraga bagi pengguna kursi roda di Bulan Ramadhan, Adri menyarankan untuk disesuaikan dengan kemampuan masing-masing orang.

“Untuk menentukan durasi olahraga pada masing-masing orang sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan orang tersebut,” ujar Adri.

Durasi Olahraga Menurut Penelitian

Ilustrasi kursi roda.
Ilustrasi kursi roda. (dok. BeatricBB/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Walau demikian, ada pula durasi olahraga yang baik menurut penelitian.

“Secara penelitian pada orang yang sedentary fit (kurang aktif) sebaiknya dilakukan 20-40 menit, sedangkan pada orang yang aktif dapat dilakukan 30-60 menit.”

Namun, prinsipnya perlu menghindari lebih dari 60 menit karena dapat mengakibatkan kondisi yang disebut dengan over training. Ini dapat memicu stres fisik yang kemudian mengakibatkan penurunan fungsi imunitas, timbul mediator inflamasi/peradangan, kelelahan pada otot dan jantung-paru.

“Terkecuali pada individu dengan athlete fit, yakni seorang atlet atau individu yang sedang mengikuti turnamen yang perlu ditingkatkan performanya, boleh saja durasi olahraga lebih dari 60 menit.”

Lantas, kapan waktu yang tepat untuk berolahraga di Bulan Ramadhan bagi penyandang disabilitas pengguna kursi roda?

Menjawab pertanyaan tersebut ia mengatakan, sama halnya dengan orang yang bukan penyandang disabilitas, sebaiknya olahraga ketika bulan Ramadhan dilakukan pada:

-Menjelang berbuka

-Malam hari (hindari terlalu larut)

-Sebelum sahur untuk menghindari terjadinya dehidrasi ataupun hipoglikemia (kondisi menurunnya kadar gula dalam darah) selama puasa.

Perbedaan Aktivitas dan Latihan Fisik

Ilustrasi sepeda adaptif untuk penyandang disabilitas
Ilustrasi sepeda adaptif untuk penyandang disabilitas. Photo by RUN 4 FFWPU:

Sebelumnya, ia menjelaskan perbedaan antara aktivitas fisik dengan latihan fisik atau olahraga.

Aktivitas fisik adalah jenis aktivitas yang pertama ada dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan sehari-hari dalam mengurus rumah dapat membantu membakar kalori yang didapatkan dari makanan yang dikonsumsi.

Misalnya mencuci baju, mengepel, jalan kaki, membersihkan jendela, berkebun, menyetrika, bermain dengan anak, dan sebagainya.

Sedangkan, latihan fisik adalah jenis aktivitas yang dilakukan secara terstruktur dan terencana misalnya jalan kaki, jogging, push up, peregangan, senam aerobik, bersepeda, dan sebagainya.

Dilihat dari kegiatannya, latihan fisik memang seringkali disatukategorikan dengan olahraga. Prinsip latihan fisik terdiri dari 3 komponen yakni stretching exercises (latihan peregangan), strengthening exercises (latihan penguatan), aerobic exercises (latihan kardio).

Tujuan Latihan Fisik

Ilustrasi Disabilitas
Ilustrasi Disabilitas. Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com.

Latihan fisik memiliki beberapa tujuan yakni:

-Therapeutic exercises (latihan terapi), latihan fisik yang diberikan untuk mengatasi beberapa kondisi penyakit untuk mengatasi atau mencegah terjadinya suatu penyakit.

Seperti pada kasus stroke dan pasien infeksi paru seperti pada COVID-19 dengan sesak napas dan penumpukan dahak. Ataupun pasien dengan jantung koroner yang sudah stabil maupun pada kasus nyeri sendi akibat osteoarthritis (pengapuran).

-Recreational exercises (latihan rekreatif), latihan yang dilakukan pencapaian tujuan bersifat rekreatif atau manfaat dari aspek jasmani dan sosial psikologis.

Misalnya, seperti saat bermain sepak bola atau futsal bersama-sama, bulutangkis, tenis. Jika dilakukan dengan tekun dapat bertujuan untuk mendapat prestasi seperti pada atlet yang akan berlomba pada suatu turnamen ataupun yang bersifat komersial.

-Di sisi lain, olahraga didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang terstruktur dan terencana dengan mengikuti aturan-aturan yang berlaku dengan tujuan tidak hanya untuk membuat tubuh jadi lebih bugar tetapi juga untuk mendapatkan prestasi.

Yang termasuk dalam olahraga adalah sepak bola, bulu tangkis, basket, berenang, dan sebagainya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya