Penelitian: Aktivitas Tertentu Turunkan Risiko Demensia di Kemudian Hari

Penelitian baru menemukan bahwa segala jenis aktivitas rekreasi mengurangi risiko terkena demensia di kemudian hari.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 04 Sep 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2022, 10:00 WIB
Ilustrasi Demensia
Ilustrasi demensia. (Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Penelitian baru menemukan bahwa segala jenis aktivitas rekreasi mengurangi risiko terkena demensia di kemudian hari.

Penelitian yang diterbitkan bulan lalu di jurnal Neurology, mengumpulkan data dari 38 penelitian untuk mengukur apakah aktivitas santai dikaitkan dengan penurunan risiko demensia.

Secara keseluruhan, studi diikuti lebih dari dua juta peserta masing-masing selama tiga tahun atau lebih. Selama masa studi, lebih dari 74.000 peserta mengembangkan demensia.

Para peneliti membagi kegiatan rekreasi menjadi tiga kategori yakni aktivitas fisik, kognitif dan sosial.

Studi tentang aktivitas fisik meliputi berbagai kegiatan termasuk berjalan, berlari, berenang, menari, berpartisipasi dalam olahraga dan mengangkat beban.

Meta-analisis menemukan, peserta yang berolahraga secara teratur memiliki risiko 17 persen lebih rendah terkena demensia dibandingkan dengan mereka yang tidak berolahraga. Penulis menekankan bahwa tidak masalah jenis aktivitas apa yang dilakukan peserta, selama mereka tetap aktif secara fisik.

Selain kegiatan fisik, kegiatan sosial juga memberikan pengurangan risiko demensia yang serupa menurut studi tersebut. Para peneliti hanya mengidentifikasi empat studi yang melihat hubungan antara aktivitas sosial dan risiko demensia. Meski begitu, mereka mengukur manfaat bagi peserta yang secara teratur bersosialisasi dengan orang lain.

Contoh kegiatan sosial termasuk mengikuti kelas, bergabung dengan pusat sosial, berpartisipasi dalam pekerjaan sukarela, bertemu kerabat atau teman. Menghadiri kegiatan keagamaan dan berpartisipasi dalam diskusi kelompok yang terorganisasi.

Aktivitas Kognitif

FOTO: 'Ibu Kota Catur' Ukraina Pertimbangkan Langkah Rusia Selanjutnya
Seorang pria bermain catur di bangku kawasan pusat pejalan kaki di Kota Lviv, Ukraina, 20 Maret 2022. Lviv juga dikenal di Ukraina sebagai 'Ibu Kota Catur'. (Alexey Filippov/AFP)

Kegiatan sosial dapat memberikan manfaat karena dukungan emosional dan sosial mengurangi tingkat depresi dan stres.

“Orang yang aktif secara sosial lebih mungkin untuk terlibat dalam aktivitas fisik dan kognitif juga,” mengutip Psychology Today, Jumat (2/9/2022).

Studi ini juga menemukan bahwa aktivitas kognitif mengurangi risiko pengembangan demensia. Pasalnya, aktivitas kognitif dapat membantu meningkatkan memori, kecepatan pemrosesan, dan keterampilan penalaran. Namun, datanya tidak sekuat dibandingkan dengan aktivitas fisik dan sosial.

Bagian dari masalahnya adalah mendefinisikan aktivitas kognitif. Dalam ulasan ini, tiga dari sembilan studi tentang hubungan antara aktivitas kognitif dan demensia mengklasifikasikan menonton televisi sebagai aktivitas kognitif.

“Meskipun mungkin tidak memiliki manfaat yang sama dengan aktivitas lain, seperti bermain catur, membaca, atau melakukan teka-teki silang.”

“Pesan yang dapat diambil, tetap aktif secara fisik, sosial, dan kognitif terbukti mengurangi risiko Anda terkena demensia di kemudian hari.”

Demensia sendiri adalah hilangnya fungsi kognitif secara progresif, ditandai dengan masalah memori, kesulitan berkomunikasi, gangguan penilaian, dan pemikiran yang membingungkan.

Mengenal Demensia

ilustrasi demensia
ilustrasi demensia (sumber: freepik)

Demensia paling sering terjadi sekitar usia 65 tahun ke atas tetapi merupakan bentuk penurunan fungsi kognitif yang lebih parah daripada penuaan normal. Orang yang mengalami demensia dapat kehilangan kemampuan untuk mengatur emosi mereka, terutama kemarahan, dan kepribadian mereka.

Demensia adalah istilah umum yang mengacu pada penurunan kognitif terkait usia yang disebabkan oleh berbagai faktor serta oleh proses penuaan. Istilah ini juga digunakan untuk merujuk pada serangkaian gejala dari beberapa kesulitan kecil hingga gangguan parah terkait fungsi kognitif.

Bentuk paling umum dari demensia adalah penyakit Alzheimer, suatu kondisi yang memengaruhi lebih dari 5 juta orang Amerika. Saat ini tidak ada obat untuk sebagian besar jenis demensia, tetapi perawatan tertentu dapat membantu meringankan gejala sementara.

Ketika orang mengalami masalah memori dan berpikir yang mencegah mereka berfungsi normal secara berkelanjutan, maka mereka mengalami demensia.

Tiga Tanda Bahaya

[Fimela] Demensia
Ilustrasi Demensia | unsplash.com/@eberhardgross

Ada tiga tanda bahaya utama untuk demensia yakni:

-Baik individu, keluarga, atau dokter khawatir bahwa telah terjadi penurunan yang signifikan dalam memori dan kemampuan berpikir.

-Kinerja dalam tes berpikir atau memori terganggu.

-Masalah yang berkaitan dengan masalah berpikir dan ingatan yang mengganggu aktivitas sehari-hari, dari yang kompleks (bersih-bersih, memasak, minum obat) hingga yang sederhana (mandi, berpakaian, makan, dan menggunakan kamar mandi).

Demensia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk gangguan tiroid, kekurangan vitamin, efek samping dari resep, depresi, kecemasan, infeksi, stroke, penyakit Parkinson, dan masalah medis lainnya. Dalam beberapa kasus, gangguan kognitif dapat reversibel jika didiagnosis dan diobati cukup dini.

Demensia bisa ringan, sedang, atau berat. Perkembangannya cenderung lambat dan dapat bervariasi tergantung pada masing-masing pasien.

Umumnya, tingkat penurunan mental paling lambat selama tahap awal dan akhir penyakit dan bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menjadi sangat mengganggu.

infografis gejala demensia
Gejala Demensia di Usia Senja
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya