Ablasi Retina Bisa Berujung Disabilitas Netra Jika Tak Diobati

Berbagai kondisi pada mata dapat berujung disabilitas netra jika tidak ditangani. Salah satu kondisi yang perlu penanganan cepat adalah ablasi retina.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 30 Sep 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2022, 18:00 WIB
Ilustrasi wanita tunanetra. Image by Anemone123 from Pixabay
Ilustrasi wanita tunanetra. Image by Anemone123 from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta Berbagai kondisi pada mata dapat berujung disabilitas netra jika tidak ditangani. Salah satu kondisi yang perlu penanganan cepat adalah ablasi retina.

Ablasi retina adalah kondisi lepasnya retina dari jaringan penyokong yang berada di bawahnya. Lepasnya retina ini akan mengakibatkan gangguan fungsi retina.

"Jika ablasi retina tidak diobati, semakin besar risiko kamu untuk mengalami kehilangan penglihatan permanen pada mata yang terkena," mengutip Klikdokter, Jumat (30/9/2022).

Ablasi retina tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, tanda dan gejalanya hampir selalu muncul sebelum penyakitnya terjadi atau memasuki tingkat lanjut.

Tanda-tanda ablasi retina, di antaranya:

- Muncul bintik-bintik hitam yang mengapung di lapangan penglihatan.

- Muncul kilatan cahaya pada satu atau kedua mata.

- Penglihatan kabur.

- Ada semacam tirai yang menutupi sebagian pandangan mata.

"Kondisi terparah yang dapat dialami oleh pasien ablasi retina adalah hilangnya kemampuan penglihatan atau kebutaan."

Penyebab Ablasi Retina

Penyebab utama dari ablasi retina adalah:

- Vitreus yang mengerut. Vitreus ini adalah cairan kental bening yang mengisi bagian dalam mata.

- Diabetes

- Luka atau peradangan.

Faktor Risiko Ablasi Retina

Risiko seseorang terkena ablasi retina semakin tinggi jika:

- Berusia lebih dari 50 tahun.

- Pernah menderita ablasi retina sebelumnya.

- Memiliki anggota keluarga pengidap ablasi retina

- Menderita rabun jauh (miopia).

- Pernah mengalami cedera mata.

- Pernah mengidap penyakit mata lainnya atau peradangan.

 

Diagnosis Ablasi Retina

Diagnosis ablasi retina ditentukan dari wawancara dan beberapa pemeriksaan.

Dokter akan memeriksa bagian dalam mata dengan alat oftalmoskop. Oftalmoskop ini akan memberikan gambaran yang rinci, memungkinkan dokter untuk melihat lubang retina, air mata, dan sebagainya.

Selain itu, ada juga pemeriksaan ultrasound imaging. Dokter juga dapat menggunakan tes ini jika terjadi perdarahan di mata.

 

Pengobatan Ablasi Retina

Ada berbagai penanganan yang dapat dilakukan pada pasien ablasi retina. Ini tergantung pada keparahan kondisi.

Jika retina robek tetapi belum lepas, maka lepasnya retina dapat dicegah dengan tindakan sinar laser.

Penggunaan laser dapat menciptakan efek terbakar pada robekan retina, sehingga terbentuk bekas luka dan retina yang robek dapat melekat dengan jaringan yang ada di bawahnya.

Pada kasus yang jarang, ketika laser tidak dapat digunakan, bisa dilakukan kriopeksi sebagai gantinya. Kriopeksi adalah tindakan pemberian suhu dingin dengan jarum es untuk melekatkan retina pada jaringan di bawahnya.

Sementara itu, jika retina sudah terlepas maka pasien membutuhkan tindakan pembedahan. Beberapa jenis pembedahan ini adalah:

- Scleral buckling

Penjahitan karet silikon di bagian luar putih mata (sklera). Karet silikon ini akan membuat retina menempel lagi di dinding mata.

- Vitrektomil

Operasi untuk menghilangkan vitreous dari dalam bola mata.

- Pneumatic retinopeksi

Penyuntikan gas ke dalam mata, sehingga terbentuk gelembung yang kemudian akan menutup saluran air mata. Gelembung akan diserap dan memungkinkan retina yang robek untuk menempel kembali.

Kesembuhan sangat bergantung pada tingkat keparahan dan jenis ablasi retina yang diderita. Karena ada tiga jenis penyakit gangguan mata, yaitu regmatogen, traksional, dan eksudatif.

Pada tahap awal, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk melihat jenis dan tingkat keparahannya. Tentunya beda pula penanganannya.

"Jika penyakitnya masih dalam tahap awal, maka kemungkinan sembuh sangat besar. Bila robekan pada retina masih dalam batas sederhana, dapat dilakukan pengobatan dengan cara krioterapi atau laser."

Tindakan bedah lain untuk mengobati penyakit ini adalah retinopeksi pneumatik, scleral buckling dan vitrektomi. Dalam pengobatannya dibutuhkan lebih dari satu kali tindakan operasi, tergantung keparahan.

 

90 Persen Bisa Disembuhkan

Data menunjukkan lebih dari 90 persen penderita ablasi retina bisa disembuhkan. Sedangkan sekitar kurang dari 10 persen tidak dapat disembuhkan, penderitanya akan memiliki penglihatan yang buruk atau bahkan sampai disabilitas netra.

Dibutuhkan waktu yang cukup lama setelah operasi untuk mengembalikan penglihatan menjadi lebih baik.

Namun dalam beberapa kasus, dapat pula penglihatan tidak akan kembali sepenuhnya, terutama pada ablasi retina kronis.

"Setelah mengetahui tentang penyakit ablasi retina ini, Anda dapat lebih berhati-hati terhadap segala gangguan yang terjadi pada mata."

"Jika menemukan gejala penyakit ablasi retina yang sama dengan disebutkan di atas, segera lakukan pemeriksaan ke dokter mata walau hanya mengalami satu gejala saja. Karena penyakit ini bisa disembuhkan, terutama jika masih tahap awal," kata tim dokter Klikdokter.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya