Liputan6.com, Jakarta Fenomena alam spesial yakni gerhana matahari hibrida yang terjadi hari ini, Kamis 20 April 2023 tidak boleh dilihat dengan mata telanjang.
Menurut The National Aeronautics and Space Administration (NASA) melihat gerhana matahari tanpa alat seperti kacamata khusus dapat memicu kerusakan mata bahkan hingga disabilitas netra.
"Melihat bagian mana pun dari Matahari yang cerah melalui lensa kamera, teropong, atau teleskop tanpa filter matahari khusus yang dipasang di bagian depan optik akan langsung menyebabkan cedera mata yang parah," kata Nasa.
Advertisement
“Melihat hal ini dengan mata telanjang dapat merusak retina. Juga dikenal sebagai kebutaan gerhana, hal ini juga dapat menyebabkan kerusakan mata permanen.”
Mulai Terasa Setelah 12 Jam Lihat Gerhana
Menurut para ahli, kerusakan akibat menatap matahari dengan mata telanjang sebagian besar dimulai 12 jam setelah melihat gerhana. Orang-orang mulai memperhatikan perubahan dalam penglihatan mereka setelah pekerjaan normal mereka mulai terpengaruh karena kehilangan penglihatan.
Orang-orang dapat menggunakan perangkat surya genggam untuk menonton gerhana.
Kacamata yang dimaksudkan untuk melihat gerhana matahari berbeda dengan kacamata biasa, seseorang tidak boleh menggunakan kacamata hitam untuk melihat matahari.
“Bahkan jika Anda menggunakan solar viewer, pastikan mereka memenuhi standar internasional ISO 12312-2 dan tidak sobek atau tergores,” seperti melansir The Times of India, Kamis (20/4/2023).
Imbauan BMKG
Tak hanya NASA, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga mengingatkan masyarakat untuk tidak melihatnya secara langsung.
Pasalnya, bahaya lihat gerhana matahari hibrida secara langsung tanpa alat bantu khusus yakni dapat merusak mata.
“Jangan melihat proses gerhana secara langsung, radiasi matahari dapat merusak mata kita,” kata BMKG dalam unggahan di Instagram centang birunya @infoBMKG.
Alih-alih melihatnya dengan mata telanjang, BMKG mengimbau masyarakat yang ingin melihat gerhana matahari hibrida agar menggunakan kacamata khusus.
“Gunakan lah kacamata khusus yang menggunakan filter untuk melihat matahari.”
Advertisement
Imbauan BRIN
Senada dengan NASA dan BMKG, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga mengimbau masyarakat agar tidak melihat gerhana secara langsung.
Peneliti Ahli Madya di Pusat Riset Antariksa BRIN, Johan Muhammad menyampaikan bahwa dalam mengamati gerhana matahari disarankan untuk tidak melihat matahari secara langsung tanpa menggunakan filter khusus matahari.
"Alat yang dapat digunakan untuk mengamati gerhana matahari adalah teleskop yang dilengkapi filter matahari, kacamata khusus gerhana Matahari, kamera DSLR lensa telephoto yang dilengkapi filter matahari dan kamera pinhole (lubang jarum)," kata Johan mengutip laman resmi BRIN, Kamis (20/4/2023).
Tentang Gerhana Matahari Hibrida
Johan pun menjelaskan, gerhana matahari hibrida adalah gerhana matahari yang tampak dari sebagian wilayah Bumi sebagai gerhana matahari total. Namun, di sebagian wilayah lain tampak sebagai gerhana matahari cincin.
Terjadinya gerhana matahari hibrida disebabkan oleh berubahnya jarak antara permukaan Bumi yang melengkung dengan bulan sebagai objek yang menghalangi matahari saat gerhana matahari.
Menurut Johan, gerhana matahari hibrida merupakan gerhana yang sangat spesial karena jarang terjadi.
"Di wilayah Indonesia, gerhana Matahari pada 20 April 2023 akan teramati sebagai gerhana matahari total (GMT) dan gerhana matahari sebagian," terang Johan.
"Gerhana matahari total akan teramati khususnya di wilayah Indonesia bagian timur yang terbilang singkat kurang lebih 1 menit, sementara di daerah Indonesia lainnya akan teramati sebagai gerhana matahari parsial. Gerhana matahari ini akan teramati sebagai gerhana matahari cincin di wilayah selatan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik," tambah Johan.
Advertisement