Liputan6.com, Jakarta Chef profesional Siti Zahwa berbagi pengalaman selama mengajar masak bagi anak-anak disabilitas di DignityKu.
DignityKu adalah restoran pertama di Indonesia yang semua pelayannya adalah penyandang disabilitas dan dilengkapi dengan kelas pelatihan. Restoran ini berada di Jalan Sepat No. 22, Jakarta Selatan.
Baca Juga
Chef yang akrab disapa Zahwa mulai mengajar di DignityKu sejak Agustus 2023. Dalam seminggu, ia mengajar peserta kelas memasak yang terdiri dari penyandang disabilitas sebanyak dua kali.
Advertisement
Disabilitas yang disandang muridnya cukup beragam yakni autisme, low vision atau kesulitan melihat, hingga Tuli.
Juru masak yang sudah berkecimpung di dunia food and beverage (F&B/makanan dan minuman) sejak 10 tahun lalu ini pun mengungkap alasan di balik keputusannya untuk mengajar siswa disabilitas.
“Aku lihat anak-anak disabilitas di dunia kerja tuh masih tabu, kayak memandang sebelah mata anak-anak disabilitas. Di hati aku kayak tergerak, kenapa kita enggak disetarakan saja semuanya. Jadi, ada ilmu yang kupunya aku bagikan ke mereka, terus aku ajarkan ke mereka,” kata Zahwa kepada Disabilitas Liputan6.com, Selasa (23/1/2024).
Zahwa juga menyampaikan keprihatinannya soal penyandang disabilitas yang masih kesulitan dalam mencari pekerjaan.
“Aku tanya, seantuias apa mereka di dunia kerja, ternyata mereka yang sampai 28 tahun aja susah loh untuk dapat kerja. Karena dia susah ngomong dan mungkin enggak ada skill-nya jadi kita asah kemampuannya,” ucap Chef Zahwa.
Anak-Anak Disabilitas Punya Potensi di Bidang F&B
Selama mengajar anak-anak disabilitas, Zahwa menilai bahwa mereka memiliki potensi yang baik di bidang F&B khususnya memasak.
“Untuk potensi, awalnya aku mikir susah kali yah kalau kita kerja dengan orang yang tidak bisa bicara atau yang secara fisik berbeda karena dunia hotel itu cape.”
“Tapi aku lihat dari mereka ternyata bisa nih, aku juga ngajarin mereka kalau kita tuh harus bisa seperti orang non disabilitas. Jangan sampai ada diskriminasi, terus aku juga ngasih tahu ke mereka bagaimana tips and trick-nya kalau kerja di hotel,” papar Zahwa.
Dia menegaskan, sebagai guru, dia harus percaya bahwa muridnya bisa berkembang. Dengan dijelaskan secara perlahan, mereka akan paham dan akan mengerti apa yang diajarkan.
Advertisement
Kesulitan Selama Mengajar Anak Disabilitas
Tak dapat dimungkiri, selama mengajar anak disabilitas, ada kesulitan yang dihadapi.
“Kebetulan pernah ada yang autisme, tantrum, waktu itu di kelas agak sedikit ngamuk tapi kita kasih penjelasan kalau di kelas kita harus seperti apa. Jadi seperti kita lagi ngajar anak TK, lebih mengajarkan dengan pelan dan baik-baik.”
Dengan kata lain, menjadi guru masak anak-anak disabilitas memerlukan kesabaran penuh dan memiliki jiwa sabar yang tinggi, katanya.
Zahwa menyampaikan, ini adalah pengalaman pertamanya mengajarkan masak pada anak-anak disabilitas. Setiap kesempatan mengajar, ia manfaatkan untuk belajar mengerti bahasa isyarat.
“Aku pun belajar sama mereka bagaimana mengerti bahasa isyarat, ke sini-sini aku mulai paham apa yang mereka omongin jadi kita mulai mengerti.”
Sangat Berpotensi Terjun ke Dunia Kerja dan Bikin Usaha Sendiri
Melihat antusiasme dan semangat para murid disabilitas, Zahwa optimis bahwa mereka sangat berpotensi untuk terjun ke dunia kerja dan membuat usaha sendiri.
“Sangat memungkinkan (terjun ke dunia kerja) karena menurutku kita enggak harus beda-bedakan orang dari ras, suku, atau apapun itu. Bagi aku mereka kompeten banget dan bisa untuk diajarin.”
“Intinya kitanya memang harus sabar, bagaimana memberi skill, kita harus beri mereka kesempatan,” kata Zahwa.
Dia pun berharap, orangtua dan masyarakat tidak lagi memandang anak disabilitas sebelah mata. Pasalnya, setiap orang sama dan memiliki kelebihan masing-masing.
Advertisement