Obat Eksperimental Bantu Anak Autis Nonverbal Mengucapkan Kata Pertama

Liputan6.com, Jakarta - Bagi ribuan orang tua yang pernah mendengar vonis bahwa anak mereka mungkin tidak akan pernah berbicara karena autisme, kisah Mason Connor membawa secercah harapan.

Mason, kini berusia lima tahun, didiagnosis dengan autisme nonverbal saat usianya 2,5 tahun. Orang tuanya, Joe dan istrinya, tidak tinggal diam. Mereka mencari berbagai cara agar Mason bisa berbicara, meskipun beberapa metode sebelumnya gagal memberikan hasil yang diharapkan.

Dalam pencariannya, Joe menemukan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Richard Frye, seorang ahli saraf pediatrik yang tengah meneliti pengobatan eksperimental untuk anak-anak dengan autisme. Salah satu terapi yang diteliti adalah penggunaan leucovorin, obat generik yang biasanya diberikan kepada pasien kanker untuk mengurangi efek samping kemoterapi.

Hasilnya mengejutkan. Hanya tiga hari setelah Mason mulai mengonsumsi leucovorin, ia mengucapkan kata-kata pertamanya, dilansir New York Post.

Apa Itu Leucovorin dan Mengapa Bisa Membantu?

Leucovorin merupakan turunan dari asam folat atau vitamin B9, yang secara alami ditemukan dalam sayuran hijau, kubis Brussel, dan alpukat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak anak autis memiliki kadar folat rendah di otaknya, suatu kondisi yang dikenal sebagai defisiensi folat serebral (CFD). Faktor lain yang diduga berperan adalah keberadaan antibodi tertentu yang mengganggu transportasi folat ke otak.

Dengan memberikan leucovorin, anak-anak dengan kondisi ini berpotensi mendapatkan peningkatan signifikan dalam kemampuan komunikasi mereka.

“Ini benar-benar dapat berdampak besar pada sebagian besar anak autis,” ujar Dr. Frye kepada CBS.

Ia menambahkan bahwa meskipun penelitian awal menjanjikan, langkah selanjutnya adalah mendapatkan lebih banyak dana untuk mendorong persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA).

Penelitian Dr. Frye tahun 2020 yang dipublikasikan di Seminars in Pediatric Neurology menemukan bahwa dari 44 anak autis dengan autoantibodi alfa reseptor folat, dua pertiga dari mereka yang mendapat leucovorin mengalami peningkatan bahasa yang signifikan.

Sebelumnya, dalam penelitian tahun 2018 yang melibatkan 48 anak autis dengan gangguan bahasa, anak-anak yang menerima leucovorin selama 12 minggu menunjukkan peningkatan komunikasi verbal yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok plasebo.

Mason bukan satu-satunya anak yang mengalami perkembangan pesat berkat leucovorin. Meghan, seorang gadis kecil yang mengikuti uji klinis di Barrow Neurological Institute di Phoenix Children’s, juga mengalami perubahan signifikan dalam kemampuan bahasa, komunikasi, perilaku, dan keterampilan sosialnya.

“Kami hampir yakin dia mendapatkan [kalsium leucovorin pada fase pertama] karena perubahan dalam dua minggu setelah dia memulai penelitian sangat dramatis,” kata ibunya, Marie. “Itu sangat mengubah kehidupan keluarga kami,” tambahnya.

Meski menjanjikan, ada kendala besar dalam pemanfaatan leucovorin untuk autisme.

“Leucovorin adalah obat lama dan harganya sangat murah,” jelas Frye. “Jadi tidak ada pihak yang akan mendapatkan keuntungan besar darinya, dan itu membuatnya sulit untuk mendapatkan dukungan investasi.”

Akibatnya, hingga kini leucovorin hanya bisa diresepkan untuk autisme secara off-label, yaitu ketika suatu obat diresepkan untuk kondisi yang berbeda dari tujuan yang disetujui FDA.

Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar 1 dari 36 anak di Amerika Serikat mengalami gangguan spektrum autisme—angka yang meningkat dari 1 dari 44 anak pada tahun 2018.

Meskipun leucovorin bukan solusi universal, penelitian dan pengalaman keluarga seperti Connor serta Meghan memberikan harapan baru bagi anak-anak autis nonverbal dan orang tua mereka. Dengan lebih banyak dukungan riset dan pendanaan, leucovorin bisa menjadi bagian penting dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak-anak dengan autisme di masa depan.