Liputan6.com, Jakarta Autisme, atau Gangguan Spektrum Autisme (GSA), adalah kondisi seumur hidup yang memengaruhi kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi, dan berperilaku. Gejalanya beragam, mulai dari ringan hingga berat, dan biasanya muncul sebelum usia 3 tahun. Meskipun penyebabnya belum sepenuhnya dipahami, faktor genetik dan lingkungan diduga berperan penting.
Banyak orangtua masih mengaitkan autisme dengan hal mistis seperti guna-guna, sehingga membawa anak mereka ke dukun. Padahal, penanganan medis tepat dan dini sangat krusial untuk membantu anak dengan autisme. Deteksi dini dan terapi yang tepat dapat meningkatkan kualitas hidup anak dan membantu mereka mencapai potensi maksimal.
Baca Juga
Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang, dr. Hanna Dyahferi Anomasari, mengungkapkan keprihatinannya atas keterlambatan penanganan autisme. Banyak anak baru dibawa ke dokter setelah usia 8 atau 9 tahun karena kepercayaan pada pengobatan tradisional atau dukun. Padahal, semakin dini deteksi dan intervensi dilakukan, hasilnya akan jauh lebih baik.
Advertisement
Red Flag Autisme: Kenali Tanda-tandanya Sejak Dini
Beberapa tanda awal autisme yang perlu diwaspadai orangtua adalah keterlambatan bicara atau kesulitan berkomunikasi. Anak mungkin juga menunjukkan kurangnya interaksi sosial, seperti kesulitan membentuk hubungan atau kurangnya kontak mata.
Selain itu, perhatikan juga perilaku repetitif atau minat yang terbatas dan obsesif. Contohnya, anak mungkin terus mengulang gerakan tertentu (stimming) atau sangat terikat pada rutinitas dan objek tertentu. Kepekaan terhadap rangsangan sensorik juga bisa menjadi red flag.
 "Semakin dini mendeteksi lalu memberikan intervensi maka hasil lebih bagus," kata dokter yang praktik di area Surabaya, Jawa Timur ini dalam media briefing Skrining dan Terapi Autisme pada Anak bersama IDAI pada Selasa, 15 April 2025.
Ia pun berharap awaraness tentang autisme mulai dari red flags hingga tata laksana bisa diketahui banyak orang sehingga anak bisa mendapatkan diagnosis lebih cepat.Â
Red Flags Autisme
- Usia 12 bulan: Tidak merespons saat namanya dipanggil
- Usia 14 bulan: Tidak menunjukkan objek yang menarik perhatiannya
- Usia 18 bulan: Tidak bermain pretend play
- Secara umum:Â
- Menghindari kontak mata dan ingin sendiri
- Kesulitan memahami perasaan orang lain atau membicarakan perasaannya
- Alami delayed speech dan kemampuan bahasa
- Mengulang kata atau frasa berulang lagi dan lagi (echolalia)
- Memberikan jawaban yang tidak terkait pertanyaan
- Mudah sedih atau perubahan minor
- Obsesif terhadap ketertarikan sesuatu
- Membuat gerakan repetitif seperti flapping hands, rocking, dan berputar
- Punya reaksi tidak bisa terhadap suara, aroma, tekstur atau perasaan tertentu.
Â
Advertisement
Lebih Percaya pada Dukun
"Ada beberapa pasien yang datang saat usia 8 atau 9 tahun, ketika ditanyakan alasan baru sekarang ke dokter, menjawab karena kata dukun atau orang tua atau sesepuh mengatakan anak tersebut diguna-guna. Jadi, ke pengobatan tradisional atau ke dukun," ungkap Hanna.
Ia menyayangkan banyak orangtua yang memilih pengobatan tradisional atau dukun daripada penanganan medis, bahkan mereka yang berpendidikan tinggi. "Sangat disayangkan," tegasnya.
Hanna menekankan bahwa autisme bukanlah penyakit akibat guna-guna, melainkan kondisi neurodevelopmental. Ia juga menyebutkan adanya tools skrining autisme yang bisa dilakukan sejak anak berusia 16 bulan. "Jadi, sebelum usia dua tahun sudah bisa dilakukan skrining," tambahnya.
Terapi Membantu Anak Menuju Potensi Maksimal
Terapi perilaku, terapi wicara dan bahasa, terapi okupasi, dan terapi sensori integrasi merupakan beberapa terapi yang dapat membantu anak dengan autisme.
Terapi perilaku bertujuan untuk mengajarkan keterampilan sosial, komunikasi, dan perilaku adaptif. Terapi wicara dan bahasa membantu meningkatkan kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal. Sementara terapi okupasi meningkatkan keterampilan motorik dan kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
Terapi sensori integrasi membantu memproses dan merespon rangsangan sensorik lebih efektif. Terapi bermain juga bisa digunakan untuk membantu anak belajar dan mengembangkan keterampilan sosial serta emosional. Penting untuk diingat bahwa terapi harus disesuaikan dengan kebutuhan individu anak.
Berikut beberapa jenis terapi yang umum digunakan untuk membantu anak dengan autisme:
- Terapi Perilaku
- Terapi Wicara dan Bahasa
- Terapi Okupasi
- Terapi Sensori Integrasi
- Terapi Bermain
Perlu diingat bahwa setiap anak dengan autisme punya perbedaan yang unik, sehingga program terapi harus disesuaikan dengan kebutuhan individu. Kolaborasi antara orang tua, tenaga medis, dan terapis sangat penting untuk keberhasilan terapi.
Fakta penting yang perlu dipahami adalah bahwa autisme bukan penyakit yang dapat disembuhkan, tetapi gejalanya dapat dikelola dengan terapi yang tepat. Deteksi dini sangat penting untuk memaksimalkan hasil terapi dan meningkatkan kualitas hidup anak.
Orang tua perlu aktif mencari informasi dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Jangan ragu untuk mencari dukungan dari komunitas dan organisasi yang peduli terhadap autisme.
Advertisement
Perbedaan Autisme dan Down Syndrome
Autisme dan Down Syndrome merupakan dua kondisi berbeda dengan gejala dan penyebab yang berbeda pula. Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis yang tidak terkait dengan kelainan kromosom.
Sementara itu, Down Syndrome disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Kedua kondisi ini membutuhkan pendekatan pengobatan yang berbeda. Penting untuk memahami perbedaan keduanya agar penanganan yang diberikan tepat sasaran.
Diagnosis dini sangat penting untuk kedua kondisi ini. Dengan diagnosis yang tepat, anak dapat menerima intervensi dan terapi yang sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dapat mencapai potensi maksimalnya.
