Liputan6.com, Jakarta Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama yang berdiri di wilayah Nusantara, tepatnya di pesisir utara Aceh. Didirikan pada tahun 1267 M oleh Meurah Silu yang kemudian bergelar Sultan Malik al-Saleh, Samudera Pasai menjadi cikal bakal berkembangnya peradaban Islam di Indonesia. Kerajaan ini memainkan peran penting sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di kawasan Asia Tenggara selama beberapa abad.
Asal Usul Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai
Sejarah berdirinya Kerajaan Samudera Pasai tidak bisa dilepaskan dari proses masuknya Islam ke Nusantara. Para pedagang Muslim dari Arab, Persia dan India yang singgah di pelabuhan-pelabuhan di pesisir Sumatera membawa pengaruh Islam sejak abad ke-7 M. Namun baru pada abad ke-13 M Islam mulai berkembang pesat dan melahirkan kerajaan bercorak Islam pertama di Nusantara.
Menurut Hikayat Raja-raja Pasai, pendiri Kerajaan Samudera Pasai adalah Meurah Silu, seorang penguasa lokal yang kemudian masuk Islam dan berganti nama menjadi Sultan Malik al-Saleh. Dalam hikayat tersebut dikisahkan Meurah Silu bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW yang kemudian mengislamkannya. Setelah masuk Islam, Meurah Silu mendirikan kerajaan Islam dengan nama Samudera Pasai.
Nama "Samudera" sendiri menurut hikayat berasal dari kata "semut yang amat besar", merujuk pada semut raksasa yang ditemukan Meurah Silu saat membangun istananya. Sementara "Pasai" dipercaya berasal dari nama seorang pedagang Arab bernama Fansuri yang menetap dan menyebarkan Islam di wilayah tersebut.
Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari dua kerajaan kecil yang telah ada sebelumnya, yaitu Kerajaan Pase dan Kerajaan Peurlak. Dengan bergabungnya dua kerajaan ini, Samudera Pasai tumbuh menjadi kerajaan yang kuat dan berpengaruh di pesisir utara Sumatera. Letak geografisnya yang strategis di jalur perdagangan internasional membuat Samudera Pasai berkembang pesat sebagai bandar dagang yang ramai.
Advertisement
Perkembangan Kerajaan Samudera Pasai
Di bawah kepemimpinan Sultan Malik al-Saleh, Kerajaan Samudera Pasai mengalami perkembangan yang pesat. Beberapa faktor yang mendorong kemajuan kerajaan ini antara lain:
- Letak geografis yang strategis di jalur perdagangan internasional
- Kekayaan sumber daya alam terutama lada yang menjadi komoditas ekspor utama
- Sistem pemerintahan yang teratur berdasarkan hukum Islam
- Hubungan diplomatik yang baik dengan kerajaan-kerajaan Islam di Timur Tengah
- Peran ulama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penyebaran Islam
Samudera Pasai berkembang menjadi bandar dagang internasional yang ramai dikunjungi para pedagang dari berbagai penjuru dunia. Komoditas utama yang diperdagangkan adalah lada, yang sangat diminati di pasar internasional. Selain lada, Samudera Pasai juga mengekspor kapur barus, emas, dan hasil hutan lainnya.
Sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga menjadi tempat bertemunya berbagai budaya. Para pedagang dari Arab, Persia, India, China dan Eropa singgah dan berinteraksi di pelabuhan Samudera Pasai. Hal ini memperkaya khazanah budaya dan intelektual kerajaan ini.
Dalam bidang pemerintahan, Samudera Pasai menerapkan sistem kesultanan dengan sultan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Sultan dibantu oleh beberapa pejabat tinggi seperti Perdana Menteri (Orang Kaya Besar), Bendahara, Laksamana (panglima angkatan laut), Kadhi (hakim agama), dan Syahbandar (kepala pelabuhan). Hukum Islam dijadikan landasan dalam sistem pemerintahan dan kehidupan sosial masyarakat.
Dalam bidang keagamaan, Samudera Pasai menjadi pusat penyebaran dan pengembangan Islam di Nusantara. Para ulama dari berbagai negeri Islam berdatangan untuk belajar dan mengajar di Samudera Pasai. Salah satu ulama terkenal yang pernah singgah di Samudera Pasai adalah Ibnu Battutah, pengembara Muslim dari Maroko.
Masa Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik Az-Zahir (1326-1348 M). Pada masa ini, Samudera Pasai telah menjadi kerajaan Islam terkemuka di Asia Tenggara. Beberapa pencapaian penting pada masa kejayaan Samudera Pasai antara lain:
- Wilayah kekuasaan meliputi sebagian besar pesisir timur Sumatera
- Menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai dikunjungi pedagang dari berbagai negeri
- Menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan besar seperti Dinasti Yuan di Tiongkok
- Mencetak mata uang emas sendiri yang dikenal dengan nama dirham
- Menjadi pusat penyebaran dan pengembangan Islam di Nusantara
- Berkembangnya kebudayaan dan kesusastraan Melayu Islam
Pada masa kejayaannya, Samudera Pasai menjadi kerajaan maritim yang kuat dengan armada kapal dagang dan armada perang yang tangguh. Hal ini memungkinkan Samudera Pasai menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dan menjadi pelabuhan transit penting bagi kapal-kapal yang berlayar antara India dan Tiongkok.
Kemakmuran ekonomi Samudera Pasai tercermin dari digunakannya mata uang emas (dirham) sebagai alat tukar resmi. Penemuan koin-koin emas Samudera Pasai di berbagai wilayah Asia Tenggara menunjukkan luasnya jaringan perdagangan kerajaan ini. Selain itu, Samudera Pasai juga menjadi pusat produksi kerajinan emas dan perak yang terkenal.
Dalam bidang kebudayaan, masa kejayaan Samudera Pasai ditandai dengan berkembangnya kesusastraan Melayu Islam. Karya sastra seperti Hikayat Raja-raja Pasai ditulis pada masa ini, menandai awal perkembangan sastra Melayu klasik. Bahasa Melayu yang digunakan di Samudera Pasai kemudian menjadi lingua franca di kawasan Nusantara.
Advertisement
Sistem Pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai menerapkan sistem pemerintahan kesultanan dengan sultan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Sultan memiliki kekuasaan yang bersifat absolut, namun dalam pelaksanaannya dibantu oleh sejumlah pejabat tinggi kerajaan. Struktur pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai terdiri dari:
- Sultan: Pemimpin tertinggi kerajaan sekaligus pemimpin agama
- Perdana Menteri (Orang Kaya Besar): Pembantu utama sultan dalam urusan pemerintahan
- Bendahara: Pejabat yang mengurus keuangan dan perbendaharaan kerajaan
- Laksamana: Panglima tertinggi angkatan laut
- Kadhi: Hakim agama yang mengurus masalah hukum dan peradilan
- Syahbandar: Kepala pelabuhan yang mengatur urusan perdagangan
- Penghulu: Pemimpin wilayah atau daerah tertentu
Hukum Islam (syariat) dijadikan landasan dalam sistem pemerintahan dan kehidupan sosial masyarakat Samudera Pasai. Penerapan hukum Islam ini mencakup berbagai aspek kehidupan termasuk hukum perdata, pidana, dan tata negara. Namun demikian, adat istiadat dan tradisi lokal tetap dipertahankan selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Dalam bidang ekonomi, Samudera Pasai menerapkan sistem ekonomi terbuka yang mendorong perdagangan internasional. Para pedagang asing diberi keleluasaan untuk berdagang di pelabuhan Samudera Pasai. Syahbandar berperan penting dalam mengatur kegiatan perdagangan dan memungut bea cukai. Hasil perdagangan menjadi sumber pendapatan utama kerajaan selain pajak dari rakyat.
Sistem pemerintahan Samudera Pasai yang teratur dan stabil menjadi salah satu faktor yang mendorong kemajuan kerajaan ini. Penerapan hukum Islam juga memberi legitimasi religius bagi kekuasaan sultan, sehingga mendapat dukungan kuat dari rakyat. Model pemerintahan Samudera Pasai kemudian banyak ditiru oleh kerajaan-kerajaan Islam lain yang muncul kemudian di Nusantara.
Peran Samudera Pasai dalam Penyebaran Islam di Nusantara
Sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara, Samudera Pasai memainkan peran penting dalam proses penyebaran dan pengembangan Islam di kawasan ini. Beberapa peran strategis Samudera Pasai dalam islamisasi Nusantara antara lain:
- Menjadi pusat pembelajaran dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman
- Mengirim dai dan ulama untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah
- Menjadi model penerapan sistem pemerintahan Islam bagi kerajaan-kerajaan lain
- Mengembangkan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dakwah Islam
- Menjadi tempat transit bagi para ulama dan penyebar Islam dari Timur Tengah
Samudera Pasai menjadi magnet yang menarik para ulama dan cendekiawan Muslim dari berbagai penjuru dunia Islam. Para ulama ini kemudian mengajarkan ilmu-ilmu keislaman seperti tafsir, hadits, fiqih, tasawuf, dan filsafat kepada masyarakat setempat. Beberapa ulama terkenal yang pernah singgah di Samudera Pasai antara lain Ibnu Battutah dan Syekh Ismail as-Sumatrani.
Kerajaan Samudera Pasai juga aktif mengirimkan dai dan ulama untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara. Para dai ini berperan besar dalam proses islamisasi di berbagai daerah seperti Malaka, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Mereka tidak hanya menyebarkan ajaran Islam, tapi juga memperkenalkan sistem pemerintahan dan peradaban Islam ala Samudera Pasai.
Dalam bidang bahasa dan sastra, Samudera Pasai berperan penting dalam pengembangan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dakwah Islam. Bahasa Melayu yang diperkaya dengan istilah-istilah Arab dan Persia kemudian menjadi lingua franca di kawasan Nusantara. Karya-karya sastra Melayu Islam seperti hikayat dan syair juga mulai berkembang di Samudera Pasai.
Peran Samudera Pasai sebagai pusat penyebaran Islam terus berlanjut hingga beberapa abad kemudian. Meskipun kerajaan ini mengalami kemunduran pada abad ke-16, pengaruhnya dalam proses islamisasi Nusantara tetap terasa hingga masa-masa selanjutnya. Samudera Pasai telah meletakkan dasar-dasar peradaban Islam yang kemudian dikembangkan oleh kerajaan-kerajaan Islam lain di Nusantara.
Advertisement
Hubungan Diplomatik Samudera Pasai dengan Kerajaan Lain
Sebagai kerajaan maritim yang kuat, Samudera Pasai menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai kerajaan baik di Nusantara maupun mancanegara. Beberapa hubungan diplomatik penting yang dijalin Samudera Pasai antara lain:
- Hubungan dengan Dinasti Yuan dan Ming di Tiongkok
- Hubungan dengan Kesultanan Delhi di India
- Hubungan dengan Kerajaan Siam (Thailand)
- Hubungan dengan Kerajaan Majapahit di Jawa
- Hubungan dengan Kesultanan Malaka
Hubungan diplomatik dengan Tiongkok terjalin sejak masa Dinasti Yuan. Menurut catatan Tiongkok, utusan Samudera Pasai pertama kali mengunjungi istana Yuan pada tahun 1282. Hubungan ini berlanjut hingga masa Dinasti Ming, ditandai dengan kunjungan Laksamana Cheng Ho ke Samudera Pasai pada awal abad ke-15. Hubungan dengan Tiongkok membuka akses perdagangan yang menguntungkan bagi Samudera Pasai.
Dengan Kesultanan Delhi di India, Samudera Pasai menjalin hubungan yang erat terutama dalam bidang keagamaan. Banyak ulama dari Delhi yang datang ke Samudera Pasai untuk mengajar ilmu-ilmu keislaman. Sebaliknya, Samudera Pasai juga mengirim utusan dan pelajar untuk menuntut ilmu di Delhi. Hubungan ini memperkuat posisi Samudera Pasai sebagai pusat penyebaran Islam di Nusantara.
Hubungan dengan Kerajaan Siam lebih bersifat hubungan perdagangan. Samudera Pasai menjadi pemasok utama lada dan rempah-rempah bagi Kerajaan Siam. Sebaliknya, Siam memasok beras dan hasil pertanian lainnya ke Samudera Pasai. Meskipun pernah terjadi konflik, secara umum hubungan kedua kerajaan ini cukup harmonis.
Dengan Majapahit, hubungan Samudera Pasai mengalami pasang surut. Pada masa awal berdirinya, Samudera Pasai mengakui kedaulatan Majapahit untuk menghindari konflik. Namun seiring melemahnya Majapahit, Samudera Pasai mulai melepaskan diri dan berdiri sebagai kerajaan merdeka. Meski demikian, hubungan dagang tetap terjalin di antara keduanya.
Hubungan dengan Kesultanan Malaka lebih bersifat persaingan dalam menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka. Namun di sisi lain, kedua kerajaan ini juga saling mempengaruhi dalam pengembangan peradaban Islam Melayu. Bahasa dan budaya Melayu yang berkembang di Samudera Pasai kemudian diadopsi dan dikembangkan lebih lanjut di Malaka.
Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Samudera Pasai
Memasuki abad ke-15, Kerajaan Samudera Pasai mulai mengalami kemunduran yang disebabkan oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Beberapa penyebab kemunduran Samudera Pasai antara lain:
- Perebutan kekuasaan dan konflik internal di lingkungan istana
- Serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga terutama Majapahit dan Siam
- Munculnya pelabuhan-pelabuhan saingan seperti Malaka dan Aceh Darussalam
- Kedatangan bangsa-bangsa Eropa yang mulai menguasai jalur perdagangan
- Pendangkalan pelabuhan Samudera Pasai akibat pengendapan lumpur
Konflik internal berupa perebutan tahta kerajaan mulai terjadi setelah wafatnya Sultan Zainal Abidin pada tahun 1406. Para pangeran saling berebut kekuasaan yang melemahkan kekuatan Samudera Pasai. Kondisi ini dimanfaatkan oleh kerajaan-kerajaan tetangga untuk menyerang Samudera Pasai. Kerajaan Majapahit di bawah Hayam Wuruk berhasil menaklukkan Samudera Pasai pada tahun 1360.
Munculnya Kesultanan Malaka pada awal abad ke-15 juga menjadi ancaman serius bagi Samudera Pasai. Malaka yang terletak di lokasi yang lebih strategis berhasil mengambil alih posisi Samudera Pasai sebagai pelabuhan transit utama di Selat Malaka. Banyak pedagang yang kemudian lebih memilih singgah di Malaka daripada di Samudera Pasai.
Kedatangan bangsa-bangsa Eropa terutama Portugis ke perairan Nusantara semakin memperburuk posisi Samudera Pasai. Pada tahun 1521, armada Portugis di bawah pimpinan Jorge de Albuquerque berhasil merebut Samudera Pasai. Meskipun masih bertahan beberapa tahun kemudian, Samudera Pasai tidak lagi memiliki kekuatan seperti sebelumnya.
Faktor alam berupa pendangkalan pelabuhan akibat pengendapan lumpur juga turut andil dalam kemunduran Samudera Pasai. Kapal-kapal besar semakin sulit merapat ke pelabuhan sehingga banyak yang beralih ke pelabuhan lain. Hal ini semakin memperlemah posisi Samudera Pasai sebagai bandar dagang internasional.
Pada tahun 1524, Samudera Pasai akhirnya ditaklukkan oleh Kesultanan Aceh di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah. Sejak saat itu Samudera Pasai menjadi bagian dari Kesultanan Aceh dan berakhirlah riwayat kerajaan Islam pertama di Nusantara ini. Meski demikian, warisan peradaban Samudera Pasai tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi kerajaan-kerajaan Islam lain yang muncul kemudian.
Advertisement
Peninggalan Sejarah Kerajaan Samudera Pasai
Meskipun Kerajaan Samudera Pasai telah runtuh sejak abad ke-16, namun jejak-jejak peninggalannya masih dapat ditemukan hingga saat ini. Beberapa peninggalan bersejarah Kerajaan Samudera Pasai yang masih ada antara lain:
- Kompleks makam raja-raja Samudera Pasai di Gampong Geudong, Aceh Utara
- Situs bekas istana kerajaan di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera
- Mata uang emas (dirham) Samudera Pasai
- Naskah-naskah kuno seperti Hikayat Raja-raja Pasai
- Batu nisan bertulis Arab dari abad ke-13 hingga 16
Kompleks makam raja-raja Samudera Pasai merupakan bukti arkeologis paling penting dari keberadaan kerajaan ini. Kompleks makam yang terletak di Gampong Geudong, Aceh Utara ini memuat makam para sultan Samudera Pasai beserta keluarganya. Makam Sultan Malik al-Saleh, pendiri kerajaan, juga terdapat di kompleks ini. Batu nisan pada makam-makam tersebut memuat informasi penting tentang sejarah Samudera Pasai.
Situs bekas istana kerajaan Samudera Pasai dapat ditemukan di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera. Meskipun bangunan istana sudah tidak ada lagi, namun masih ditemukan sisa-sisa fondasi dan artefak yang menunjukkan lokasi pusat pemerintahan Samudera Pasai. Ekskavasi arkeologi di lokasi ini telah menemukan berbagai benda bersejarah seperti keramik, perhiasan, dan mata uang kuno.
Mata uang emas (dirham) Samudera Pasai menjadi bukti penting kejayaan ekonomi kerajaan ini. Koin-koin emas bertuliskan nama sultan Samudera Pasai telah ditemukan di berbagai wilayah Asia Tenggara, menunjukkan luasnya jaringan perdagangan kerajaan ini. Beberapa koin Samudera Pasai kini tersimpan di museum-museum di Indonesia dan luar negeri.
Naskah-naskah kuno seperti Hikayat Raja-raja Pasai menjadi sumber penting untuk mengetahui sejarah Samudera Pasai. Meskipun ditulis beberapa abad setelah keruntuhan kerajaan ini, namun hikayat tersebut memuat informasi berharga tentang asal-usul dan perkembangan Samudera Pasai. Naskah-naskah ini juga menandai awal perkembangan sastra Melayu klasik.
Batu nisan bertulis Arab dari abad ke-13 hingga 16 banyak ditemukan di bekas wilayah Kerajaan Samudera Pasai. Batu nisan ini tidak hanya memuat informasi tentang orang yang dimakamkan, tapi juga menjadi bukti perkembangan seni kaligrafi dan sastra Arab di Nusantara. Beberapa batu nisan bahkan memuat syair-syair berbahasa Arab yang indah.
Warisan dan Pengaruh Kerajaan Samudera Pasai
Meskipun telah runtuh sejak abad ke-16, warisan dan pengaruh Kerajaan Samudera Pasai tetap hidup hingga saat ini. Sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara, Samudera Pasai telah meletakkan dasar-dasar peradaban Islam yang kemudian dikembangkan oleh kerajaan-kerajaan Islam lain. Beberapa warisan dan pengaruh penting Samudera Pasai antara lain:
- Model sistem pemerintahan Islam yang diadopsi kerajaan-kerajaan lain
- Pengembangan bahasa Melayu sebagai bahasa peradaban Islam Nusantara
- Tradisi keilmuan dan intelektual Islam yang berkembang di pesantren
- Akulturasi budaya Islam dengan budaya lokal Nusantara
- Jaringan perdagangan internasional yang menghubungkan Nusantara dengan dunia Islam
Sistem pemerintahan Samudera Pasai yang menerapkan hukum Islam menjadi model bagi kerajaan-kerajaan Islam lain yang muncul kemudian. Gelar sultan, struktur pemerintahan, serta penerapan syariat Islam dalam kehidupan bernegara banyak diadopsi oleh kerajaan-kerajaan seperti Aceh, Demak, Banten, dan Ternate. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh Samudera Pasai dalam pembentukan sistem politik Islam di Nusantara.
Dalam bidang bahasa dan sastra, Samudera Pasai berperan besar dalam pengembangan bahasa Melayu sebagai bahasa peradaban Islam Nusantara. Bahasa Melayu yang diperkaya dengan istilah-istilah Arab dan Persia kemudian menjadi lingua franca di kawasan Nusantara. Tradisi penulisan karya sastra Melayu Islam seperti hikayat dan syair yang dimulai di Samudera Pasai terus berlanjut hingga abad-abad berikutnya.
Tradisi keilmuan Islam yang berkembang di Samudera Pasai menjadi cikal bakal lahirnya lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti pesantren. Para ulama Samudera Pasai yang menyebar ke berbagai wilayah Nusantara membawa serta tradisi keilmuan ini. Kitab-kitab keagamaan yang dipelajari di pesantren hingga kini banyak yang berasal dari tradisi keilmuan Samudera Pasai.
Samudera Pasai juga mewariskan model akulturasi budaya Islam dengan budaya lokal Nusantara. Perpaduan antara nilai-nilai Islam dengan tradisi setempat yang terjadi di Samudera Pasai kemudian menjadi pola umum perkembangan Islam di Nusantara. Hal ini melahirkan corak Islam Nusantara yang khas, berbeda dengan corak Islam di kawasan lain.
Jaringan perdagangan internasional yang dibangun Samudera Pasai turut membentuk pola hubungan Nusantara dengan dunia Islam. Jalur-jalur perdagangan yang menghubungkan Nusantara dengan Timur Tengah, India, dan Tiongkok terus berlanjut hingga masa-masa selanjutnya. Hal ini memungkinkan terjadinya pertukaran gagasan dan budaya yang memperkaya peradaban Nusantara.
Advertisement
Kesimpulan
Kerajaan Samudera Pasai merupakan tonggak penting dalam sejarah perkembangan Islam di Nusantara. Sebagai kerajaan Islam pertama, Samudera Pasai telah meletakkan dasar-dasar peradaban Islam yang kemudian dikembangkan oleh kerajaan-kerajaan Islam lain. Perannya sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam menjadikan Samudera Pasai sebagai jembatan yang menghubungkan Nusantara dengan dunia Islam.
Meskipun Samudera Pasai telah runtuh sejak abad ke-16, namun warisannya tetap hidup hingga saat ini. Sistem pemerintahan, tradisi keilmuan, bahasa dan sastra, serta pola akulturasi budaya yang dikembangkan di Samudera Pasai menjadi fondasi bagi perkembangan peradaban Islam Nusantara. Jejak-jejak peninggalan Samudera Pasai yang masih dapat disaksikan hingga kini menjadi bukti nyata eksistensi kerajaan Islam pertama di Indonesia ini.
Mempelajari sejarah Kerajaan Samudera Pasai tidak hanya penting untuk memahami akar peradaban Islam di Nusantara, tapi juga untuk memetik pelajaran berharga dari kejayaan dan keruntuhannya. Semangat keterbukaan, toleransi, serta harmonisasi antara nilai-nilai Islam dengan kearifan lokal yang dipraktikkan Samudera Pasai patut menjadi inspirasi bagi pengembangan Islam Nusantara di masa kini dan masa depan.