Pahami 6 Ciri-Ciri Teks Hikayat, Jenis-Jenis, Strukur, dan Nilainya

Pelajari ciri-ciri teks hikayat sebagai karya sastra Melayu klasik yang kaya akan nilai moral dan budaya. Temukan karakteristik unik hikayat dalam artikel ini.

oleh Liputan6 diperbarui 07 Jan 2025, 12:28 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2025, 12:28 WIB
ciri-ciri teks hikayat
ciri-ciri teks hikayat ©Ilustrasi dibuat AI

Liputan6.com, Jakarta - Hikayat merupakan salah satu bentuk karya sastra Melayu klasik yang memiliki keunikan tersendiri. Sebagai bagian dari khazanah sastra lama, hikayat menyimpan banyak nilai sejarah, budaya, dan moral yang penting untuk dipelajari.

Dalam artikel ini, kita akan mendalami berbagai ciri khas yang menjadi penanda utama teks hikayat, mulai dari penggunaan bahasanya yang khas hingga struktur penceritaannya yang unik.

Pengertian Hikayat

Hikayat adalah karya sastra prosa lama berbahasa Melayu yang mengisahkan kehidupan istana, kepahlawanan tokoh-tokoh terkenal, atau peristiwa-peristiwa yang dianggap penting. Kata "hikayat" sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti "cerita". Dalam konteks sastra Melayu, hikayat memiliki cakupan yang lebih luas dari sekadar cerita biasa.

Beberapa definisi hikayat menurut para ahli:

  • Menurut Hooykaas, hikayat adalah cerita panjang berbentuk prosa yang ditulis dalam bahasa Melayu.
  • Sudjiman mendefinisikan hikayat sebagai karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu.
  • KBBI mengartikan hikayat sebagai karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang bercerita tentang kehidupan para raja atau orang-orang suci pada zaman dahulu.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa hikayat merupakan karya sastra prosa lama berbahasa Melayu yang umumnya mengisahkan kehidupan istana, tokoh-tokoh penting, atau peristiwa bersejarah dengan unsur rekaan, keajaiban, dan nilai-nilai moral di dalamnya.

Ciri-Ciri Utama Teks Hikayat

Untuk dapat mengidentifikasi sebuah teks sebagai hikayat, perlu diperhatikan beberapa ciri khas yang menjadi penanda utamanya. Berikut ini adalah ciri-ciri teks hikayat yang paling menonjol:

1. Penggunaan Bahasa Melayu Klasik

Salah satu ciri paling mencolok dari hikayat adalah penggunaan bahasa Melayu klasik atau Melayu lama. Bahasa yang digunakan cenderung arkais dan berbeda dengan bahasa Melayu/Indonesia modern. Beberapa karakteristik bahasa Melayu klasik dalam hikayat antara lain:

  • Banyak menggunakan kata-kata arkais yang sudah jarang digunakan saat ini, seperti "hatta", "syahdan", "alkisah", dll.
  • Struktur kalimat yang panjang dan bertele-tele
  • Penggunaan ungkapan dan peribahasa khas Melayu lama
  • Banyak mengandung kata serapan dari bahasa Arab, Persia, dan Sansekerta
  • Ejaan yang belum dibakukan dan masih menggunakan huruf Arab-Melayu (Jawi)

Contoh penggunaan bahasa Melayu klasik dalam hikayat:

"Hatta beberapa lamanya, maka baginda pun berputeralah seorang laki-laki terlalu amat elok parasnya. Maka dinamai oleh baginda akan anakanda itu Inderaputera."

2. Bersifat Istana Sentris

Hikayat umumnya berkisah tentang kehidupan di lingkungan istana atau kerajaan. Tokoh-tokoh utamanya biasanya berasal dari kalangan bangsawan seperti raja, putra mahkota, putri raja, atau para pembesar kerajaan. Latar cerita juga berpusat di sekitar istana dan kerajaan. Sifat istana sentris ini mencerminkan kondisi masyarakat feodal pada masa itu di mana istana menjadi pusat kekuasaan dan kebudayaan.

Beberapa contoh hikayat yang bersifat istana sentris:

  • Hikayat Hang Tuah - mengisahkan kehidupan Hang Tuah sebagai laksamana Kerajaan Melaka
  • Hikayat Raja-Raja Pasai - menceritakan sejarah Kerajaan Pasai
  • Hikayat Aceh - berisi kisah raja-raja Aceh

3. Mengandung Unsur Fantasi dan Keajaiban

Salah satu ciri khas hikayat adalah adanya unsur-unsur fantasi, keajaiban, dan hal-hal yang tidak masuk akal. Tokoh-tokoh dalam hikayat sering digambarkan memiliki kesaktian atau kekuatan supranatural. Peristiwa-peristiwa ajaib dan tidak masuk akal juga kerap muncul dalam alur cerita. Unsur fantasi ini berfungsi untuk menambah daya tarik cerita sekaligus memperkuat pesan moral yang ingin disampaikan.

Contoh unsur fantasi dan keajaiban dalam hikayat:

  • Tokoh yang bisa terbang atau menghilang
  • Senjata sakti yang memiliki kekuatan magis
  • Hewan-hewan ajaib yang bisa berbicara
  • Perjalanan ke alam gaib atau negeri kayangan
  • Pertempuran melawan makhluk-makhluk supernatural

4. Bersifat Anonim

Pada umumnya, hikayat bersifat anonim atau tidak diketahui siapa pengarangnya. Hal ini disebabkan karena hikayat awalnya berkembang sebagai tradisi lisan yang dituturkan secara turun-temurun sebelum akhirnya dibukukan. Selain itu, konsep hak cipta belum dikenal pada masa itu sehingga penulis tidak merasa perlu mencantumkan namanya.

Sifat anonim ini juga berkaitan dengan pandangan bahwa hikayat merupakan milik bersama masyarakat, bukan karya individual. Pengarang hikayat lebih mementingkan penyampaian nilai-nilai moral dan budaya daripada popularitas pribadi.

5. Memiliki Struktur yang Khas

Hikayat memiliki struktur penceritaan yang khas dan berbeda dengan karya sastra modern. Struktur hikayat umumnya terdiri dari:

  • Pembukaan - biasanya diawali dengan kalimat pembuka khas seperti "Alkisah...", "Hatta tersebutlah...", dsb.
  • Isi cerita - berupa rangkaian peristiwa yang dialami tokoh utama
  • Penutup - biasanya berisi kesimpulan atau pesan moral

Alur cerita hikayat cenderung sederhana dan bersifat episodik, di mana satu peristiwa disambung dengan peristiwa lain tanpa adanya hubungan sebab-akibat yang kuat. Pengaluran juga sering melompat-lompat dan tidak kronologis.

6. Mengandung Ajaran Moral dan Nilai Budaya

Hikayat tidak sekadar berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media untuk menyampaikan ajaran moral dan nilai-nilai budaya. Pesan moral biasanya disampaikan secara tersirat melalui perilaku tokoh-tokoh dalam cerita. Nilai-nilai yang sering muncul dalam hikayat antara lain:

  • Kesetiaan pada raja/pemimpin
  • Kepahlawanan dan pengorbanan
  • Kejujuran dan keadilan
  • Ketaatan pada agama
  • Cinta kasih dan kesetiaan

Selain itu, hikayat juga mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakat Melayu pada masanya, seperti sistem kekerabatan, adat istiadat, kepercayaan, dan pandangan hidup.

Jenis-Jenis Hikayat

Berdasarkan isi cerita dan sumbernya, hikayat dapat dibagi menjadi beberapa jenis:

1. Hikayat Pahlawan

Jenis hikayat ini mengisahkan kepahlawanan dan perjuangan tokoh-tokoh terkenal. Biasanya berisi cerita tentang keberanian, kegagahan, dan pengorbanan sang pahlawan dalam membela kerajaan atau rakyatnya. Contoh hikayat pahlawan antara lain:

  • Hikayat Hang Tuah
  • Hikayat Amir Hamzah
  • Hikayat Iskandar Zulkarnain

2. Hikayat Keagamaan

Hikayat jenis ini berisi cerita-cerita yang berkaitan dengan ajaran agama, khususnya Islam. Tujuannya adalah untuk menyebarkan nilai-nilai keagamaan dan memberikan teladan kepada pembaca. Beberapa contoh hikayat keagamaan:

  • Hikayat Nabi-Nabi
  • Hikayat Muhammad Hanafiah
  • Hikayat Seribu Masalah

3. Hikayat Romantis

Hikayat romantis mengisahkan kisah cinta dan percintaan, biasanya melibatkan tokoh-tokoh bangsawan atau kerajaan. Ceritanya sering kali penuh dengan rintangan dan ujian bagi pasangan kekasih. Contoh hikayat romantis:

  • Hikayat Inderaputera
  • Hikayat Panji Semirang
  • Hikayat Gul Bakawali

4. Hikayat Sejarah

Jenis hikayat ini mengandung unsur-unsur sejarah, meskipun masih bercampur dengan cerita fiksi dan legenda. Biasanya mengisahkan asal-usul suatu kerajaan atau silsilah raja-raja. Contoh hikayat sejarah:

  • Hikayat Raja-Raja Pasai
  • Hikayat Aceh
  • Sejarah Melayu

5. Hikayat Jenaka

Hikayat jenaka berisi cerita-cerita lucu dan menghibur, seringkali dengan tokoh utama yang cerdik dan pandai menipu. Tujuannya adalah untuk menghibur sekaligus menyindir keadaan sosial. Contoh hikayat jenaka:

  • Hikayat Abu Nawas
  • Hikayat Pak Belalang
  • Hikayat Musang Berjanggut

Struktur Teks Hikayat

Meskipun struktur hikayat cenderung lebih bebas dibandingkan karya sastra modern, secara umum teks hikayat memiliki struktur sebagai berikut:

1. Orientasi

Bagian ini berisi pengenalan tokoh, latar tempat dan waktu, serta situasi awal cerita. Biasanya diawali dengan kalimat pembuka khas seperti "Alkisah...", "Hatta tersebutlah kisah...", atau "Pada zaman dahulu kala...".

2. Komplikasi

Bagian ini mengisahkan munculnya berbagai konflik atau masalah yang dihadapi tokoh utama. Komplikasi bisa berupa rintangan, tantangan, atau cobaan yang harus dilewati.

3. Klimaks

Klimaks adalah puncak ketegangan cerita, di mana konflik mencapai titik tertinggi. Pada bagian ini biasanya terjadi pertarungan atau peristiwa besar yang menentukan nasib tokoh utama.

4. Antiklimaks

Setelah klimaks, cerita mulai mereda dan konflik mulai terurai. Bagian ini menggambarkan bagaimana tokoh utama menyelesaikan masalah atau menghadapi akibat dari klimaks.

5. Resolusi

Resolusi adalah penyelesaian akhir dari seluruh konflik dalam cerita. Biasanya berakhir dengan kemenangan tokoh utama atau tercapainya tujuan utama.

6. Koda

Koda merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan cerita atau pesan moral yang ingin disampaikan. Seringkali ditutup dengan kalimat penutup khas seperti "Demikianlah kisah...", "Wallahu a'lam", dsb.

Nilai-Nilai dalam Hikayat

Sebagai karya sastra klasik, hikayat sarat dengan nilai-nilai yang mencerminkan pandangan hidup dan budaya masyarakat pada zamannya. Beberapa nilai penting yang sering ditemui dalam hikayat antara lain:

1. Nilai Moral

Hikayat seringkali menyampaikan pesan-pesan moral melalui perilaku tokoh-tokohnya. Nilai-nilai moral yang sering diangkat meliputi:

  • Kejujuran dan kebenaran
  • Kesetiaan dan pengabdian
  • Keberanian dan tanggung jawab
  • Kebijaksanaan dan keadilan
  • Kesabaran dan ketabahan

2. Nilai Religius

Banyak hikayat yang mengandung ajaran-ajaran agama, terutama Islam. Nilai-nilai religius yang sering muncul antara lain:

  • Ketaatan kepada Tuhan
  • Pentingnya ibadah dan doa
  • Larangan berbuat dosa dan maksiat
  • Keimanan dan ketakwaan
  • Ajaran tentang surga dan neraka

3. Nilai Budaya

Hikayat juga mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakat Melayu pada masanya, seperti:

  • Sistem kekerabatan dan struktur sosial
  • Adat istiadat dan tradisi
  • Kepercayaan dan mitos
  • Etika dan sopan santun
  • Seni dan kebudayaan

4. Nilai Sejarah

Meskipun bercampur dengan unsur fiksi, banyak hikayat yang mengandung nilai sejarah, seperti:

  • Asal-usul suatu kerajaan atau daerah
  • Silsilah raja-raja
  • Peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah
  • Hubungan antar kerajaan
  • Perkembangan agama dan budaya

5. Nilai Pendidikan

Hikayat juga berfungsi sebagai media pendidikan, mengajarkan berbagai hal seperti:

  • Keterampilan berbahasa dan sastra
  • Pengetahuan tentang alam dan lingkungan
  • Ilmu pemerintahan dan politik
  • Strategi perang dan diplomasi
  • Filsafat dan kebijaksanaan hidup

Perbedaan Hikayat dengan Karya Sastra Modern

Untuk lebih memahami keunikan hikayat, perlu dibandingkan dengan karya sastra modern seperti novel atau cerpen. Berikut beberapa perbedaan mendasar antara hikayat dan karya sastra modern:

1. Bahasa

Hikayat menggunakan bahasa Melayu klasik yang arkais, sedangkan karya sastra modern menggunakan bahasa yang lebih kontemporer dan mudah dipahami.

2. Struktur Cerita

Struktur hikayat cenderung sederhana dan episodik, sementara karya modern memiliki struktur yang lebih kompleks dengan hubungan sebab-akibat yang jelas.

3. Latar dan Tokoh

Hikayat umumnya berlatar istana dengan tokoh-tokoh bangsawan, sedangkan karya modern bisa mengambil latar dan tokoh dari berbagai kalangan.

4. Unsur Fantasi

Hikayat banyak mengandung unsur fantasi dan keajaiban, sementara karya modern lebih realistis meskipun tetap ada yang bergenre fantasi.

5. Penokohan

Tokoh dalam hikayat cenderung hitam-putih dan statis, sedangkan tokoh dalam karya modern lebih kompleks dan berkembang.

6. Tujuan Penulisan

Hikayat bertujuan untuk menghibur sekaligus mendidik, sementara karya modern lebih beragam tujuannya, bisa untuk menghibur, mengkritik, atau mengekspresikan diri.

7. Penyebaran

Hikayat awalnya disebarkan secara lisan sebelum dibukukan, sedangkan karya modern langsung ditulis dan diterbitkan.

Cara Menganalisis Teks Hikayat

Untuk dapat memahami dan mengapresiasi hikayat dengan baik, diperlukan kemampuan menganalisis teks. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menganalisis teks hikayat:

1. Identifikasi Ciri-Ciri Hikayat

Langkah pertama adalah mengidentifikasi ciri-ciri khas hikayat seperti yang telah dibahas sebelumnya. Perhatikan penggunaan bahasa, latar cerita, unsur fantasi, dan struktur penceritaannya.

2. Analisis Unsur Intrinsik

Selanjutnya, analisis unsur-unsur intrinsik hikayat yang meliputi:

  • Tema - gagasan utama yang mendasari cerita
  • Alur - rangkaian peristiwa yang membentuk cerita
  • Tokoh dan Penokohan - karakter-karakter dalam cerita dan cara penggambarannya
  • Latar - tempat, waktu, dan suasana cerita
  • Sudut Pandang - cara penceritaan yang digunakan
  • Amanat - pesan moral yang ingin disampaikan

3. Analisis Unsur Ekstrinsik

Selain unsur intrinsik, perhatikan juga unsur-unsur ekstrinsik yang mempengaruhi hikayat, seperti:

  • Latar belakang budaya masyarakat
  • Kondisi sosial politik pada masa itu
  • Pengaruh agama dan kepercayaan
  • Nilai-nilai yang dianut masyarakat

4. Identifikasi Nilai-Nilai

Temukan nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat, baik nilai moral, religius, budaya, maupun sejarah. Perhatikan bagaimana nilai-nilai tersebut disampaikan melalui cerita.

5. Analisis Gaya Bahasa

Perhatikan penggunaan gaya bahasa dalam hikayat, termasuk majas, ungkapan, dan peribahasa khas Melayu yang digunakan.

6. Hubungkan dengan Konteks

Coba hubungkan isi hikayat dengan konteks sejarah dan budaya pada masa itu. Bagaimana hikayat mencerminkan kondisi masyarakat pada zamannya?

7. Beri Tanggapan dan Penilaian

Terakhir, berikan tanggapan dan penilaian kritis terhadap hikayat tersebut. Apa kelebihan dan kekurangannya? Apakah nilai-nilai yang disampaikan masih relevan saat ini?

Kesimpulan

Hikayat merupakan warisan sastra Melayu klasik yang memiliki keunikan dan nilai-nilai luhur. Ciri-ciri khasnya seperti penggunaan bahasa Melayu lama, sifat istana sentris, unsur fantasi, dan struktur penceritaan yang khas membedakannya dari karya sastra modern.

Meskipun berasal dari masa lampau, hikayat tetap relevan untuk dipelajari karena mengandung banyak nilai moral, budaya, dan sejarah yang berharga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya