Liputan6.com, Jakarta Down syndrome merupakan salah satu kelainan genetik yang paling umum terjadi pada bayi baru lahir. Kondisi ini disebabkan oleh adanya kelebihan kromosom 21 dalam sel-sel tubuh. Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seorang anak mengalami down syndrome. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang penyebab, faktor risiko, gejala, serta penanganan down syndrome.
Pengertian Down Syndrome
Down syndrome adalah kelainan genetik yang terjadi akibat adanya kelebihan salinan kromosom 21. Pada kondisi normal, manusia memiliki 46 kromosom yang terdiri dari 23 pasang. Namun, pada penderita down syndrome, terdapat salinan tambahan dari kromosom 21, sehingga jumlah totalnya menjadi 47 kromosom.
Kelainan genetik ini dapat menyebabkan berbagai masalah perkembangan fisik dan mental pada anak. Tingkat keparahan gejala down syndrome bervariasi dari ringan hingga berat, dan dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan penderitanya.
Advertisement
Penyebab Utama Down Syndrome
Penyebab utama down syndrome adalah adanya kelebihan salinan kromosom 21. Hal ini terjadi akibat kesalahan dalam pembelahan sel saat pembentukan sel telur, sperma, atau pada tahap awal perkembangan embrio. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang penyebab down syndrome:
1. Trisomi 21
Trisomi 21 merupakan jenis down syndrome yang paling umum, mencakup sekitar 95% dari seluruh kasus. Pada kondisi ini, setiap sel dalam tubuh memiliki tiga salinan kromosom 21 alih-alih dua salinan seperti biasanya. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan dalam pembelahan sel selama pembentukan sel telur atau sperma.
2. Translokasi
Sekitar 3-4% kasus down syndrome disebabkan oleh translokasi. Pada jenis ini, sebagian dari kromosom 21 melekat pada kromosom lain, biasanya kromosom 14. Translokasi dapat terjadi sebelum atau saat pembuahan, dan dalam beberapa kasus dapat diturunkan dari orang tua ke anak.
3. Mosaik
Down syndrome mosaik adalah jenis yang paling jarang terjadi, hanya sekitar 1-2% dari seluruh kasus. Pada kondisi ini, hanya sebagian sel tubuh yang memiliki kelebihan kromosom 21, sementara sel-sel lainnya memiliki jumlah kromosom normal. Akibatnya, gejala down syndrome mosaik cenderung lebih ringan dibandingkan jenis lainnya.
Faktor Risiko Down Syndrome
Meskipun down syndrome dapat terjadi pada siapa saja, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kelahiran anak dengan kondisi ini:
1. Usia Ibu saat Hamil
Faktor risiko yang paling signifikan adalah usia ibu saat hamil. Risiko melahirkan anak dengan down syndrome meningkat seiring bertambahnya usia ibu, terutama setelah usia 35 tahun. Hal ini disebabkan oleh penurunan kualitas sel telur yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembelahan kromosom.
2. Riwayat Keluarga
Jika salah satu orang tua memiliki translokasi kromosom 21, risiko memiliki anak dengan down syndrome meningkat. Selain itu, pasangan yang sudah memiliki anak dengan down syndrome juga memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan anak dengan kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya.
3. Usia Ayah
Meskipun pengaruhnya tidak sebesar usia ibu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa usia ayah yang lebih tua (di atas 40 tahun) juga dapat meningkatkan risiko down syndrome pada anak.
4. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan diduga dapat meningkatkan risiko down syndrome, seperti paparan radiasi, bahan kimia berbahaya, atau infeksi tertentu selama kehamilan. Namun, hubungan antara faktor-faktor ini dengan down syndrome masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Advertisement
Gejala dan Ciri-ciri Down Syndrome
Anak-anak dengan down syndrome memiliki beberapa ciri fisik dan perkembangan yang khas. Berikut adalah gejala dan ciri-ciri yang sering ditemui pada penderita down syndrome:
Ciri Fisik
- Wajah datar dengan hidung yang cenderung pesek
- Mata yang miring ke atas (upslanting palpebral fissures)
- Telinga kecil dan letak lebih rendah
- Mulut kecil dengan lidah yang cenderung menjulur
- Leher pendek dengan kulit berlebih di bagian belakang
- Tangan dan kaki kecil dengan jari-jari yang pendek
- Satu garis melintang di telapak tangan (simian crease)
- Otot yang lemah (hipotonia)
- Tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya
Perkembangan dan Perilaku
- Keterlambatan perkembangan fisik dan mental
- Kesulitan belajar dan tingkat kecerdasan yang lebih rendah
- Keterlambatan dalam berbicara dan perkembangan bahasa
- Masalah pendengaran dan penglihatan
- Kesulitan dalam koordinasi dan keseimbangan
- Masalah perilaku seperti sulit fokus atau hiperaktif
Diagnosis Down Syndrome
Diagnosis down syndrome dapat dilakukan baik sebelum maupun setelah kelahiran. Berikut adalah metode-metode yang digunakan untuk mendiagnosis down syndrome:
Diagnosis Prenatal
Skrining dan tes diagnostik dapat dilakukan selama kehamilan untuk mendeteksi kemungkinan down syndrome pada janin:
- Skrining darah dan USG: Dilakukan pada trimester pertama dan kedua untuk menilai risiko down syndrome.
- Cell-free DNA testing: Tes darah non-invasif yang dapat mendeteksi DNA janin dalam darah ibu.
- Amniosentesis: Pengambilan sampel cairan ketuban untuk analisis kromosom janin.
- Chorionic villus sampling (CVS): Pengambilan sampel jaringan plasenta untuk analisis kromosom.
Diagnosis Pasca Kelahiran
Setelah bayi lahir, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes darah untuk mengonfirmasi diagnosis down syndrome:
- Pemeriksaan fisik: Dokter akan mencari ciri-ciri fisik khas down syndrome.
- Tes kromosom: Analisis sampel darah untuk memeriksa jumlah dan struktur kromosom.
Advertisement
Penanganan dan Perawatan Down Syndrome
Meskipun down syndrome tidak dapat disembuhkan, ada berbagai intervensi dan perawatan yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup penderitanya:
1. Intervensi Dini
Program intervensi dini sangat penting untuk membantu perkembangan anak dengan down syndrome. Ini meliputi:
- Fisioterapi untuk meningkatkan kekuatan otot dan koordinasi
- Terapi wicara untuk membantu perkembangan bahasa dan komunikasi
- Terapi okupasi untuk melatih keterampilan sehari-hari
- Pendidikan khusus untuk mendukung proses pembelajaran
2. Perawatan Medis
Anak-anak dengan down syndrome memerlukan pemeriksaan kesehatan rutin untuk mendeteksi dan menangani masalah kesehatan yang mungkin muncul, seperti:
- Pemeriksaan jantung untuk mendeteksi kelainan bawaan
- Tes pendengaran dan penglihatan secara berkala
- Pemeriksaan tiroid untuk mendeteksi gangguan hormon
- Evaluasi ortopedi untuk masalah tulang dan sendi
3. Dukungan Keluarga dan Sosial
Dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial sangat penting bagi perkembangan anak dengan down syndrome. Ini meliputi:
- Pendidikan dan konseling bagi orang tua
- Bergabung dengan kelompok dukungan untuk berbagi pengalaman
- Menciptakan lingkungan yang inklusif di sekolah dan masyarakat
Mitos dan Fakta Seputar Down Syndrome
Ada banyak mitos yang beredar tentang down syndrome. Penting untuk memahami fakta yang sebenarnya:
Mitos: Semua penderita down syndrome memiliki keterbelakangan mental berat
Fakta: Tingkat kecerdasan penderita down syndrome bervariasi. Banyak yang mampu belajar dan berkembang dengan baik meskipun memerlukan waktu lebih lama.
Mitos: Penderita down syndrome tidak bisa mandiri
Fakta: Dengan dukungan yang tepat, banyak penderita down syndrome dapat hidup mandiri, bekerja, dan bahkan menikah.
Mitos: Down syndrome hanya disebabkan oleh usia ibu yang tua
Fakta: Meskipun usia ibu adalah faktor risiko utama, down syndrome juga dapat terjadi pada ibu muda dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Advertisement
Perkembangan Terkini dalam Penelitian Down Syndrome
Penelitian tentang down syndrome terus berkembang, membuka peluang baru untuk pemahaman dan penanganan yang lebih baik:
1. Terapi Gen
Para ilmuwan sedang mengembangkan metode untuk "mematikan" kromosom 21 tambahan atau mengurangi ekspresi gen-gen tertentu yang terkait dengan down syndrome.
2. Obat-obatan Baru
Beberapa obat sedang dalam tahap uji coba untuk meningkatkan fungsi kognitif dan mengurangi gejala down syndrome.
3. Teknologi Bantu
Perkembangan teknologi seperti aplikasi pembelajaran khusus dan alat bantu komunikasi dapat membantu meningkatkan kualitas hidup penderita down syndrome.
Peran Masyarakat dalam Mendukung Penderita Down Syndrome
Masyarakat memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang inklusif bagi penderita down syndrome:
1. Edukasi dan Kesadaran
Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang down syndrome dapat mengurangi stigma dan diskriminasi.
2. Inklusi di Sekolah dan Tempat Kerja
Memberikan kesempatan yang sama bagi penderita down syndrome dalam pendidikan dan pekerjaan.
3. Dukungan Kebijakan
Mendukung kebijakan yang mempromosikan hak dan kesejahteraan penderita down syndrome.
Advertisement
Kesimpulan
Down syndrome adalah kondisi genetik kompleks yang disebabkan oleh kelebihan kromosom 21. Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, faktor risiko seperti usia ibu saat hamil dan riwayat keluarga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya down syndrome. Pemahaman yang lebih baik tentang penyebab, gejala, dan penanganan down syndrome sangat penting untuk memberikan dukungan yang tepat bagi penderita dan keluarganya.
Dengan intervensi dini, perawatan medis yang tepat, dan dukungan sosial yang kuat, penderita down syndrome dapat mengembangkan potensi mereka dan menjalani kehidupan yang bermakna. Perkembangan penelitian terbaru juga memberi harapan untuk peningkatan kualitas hidup penderita down syndrome di masa depan. Yang terpenting, masyarakat perlu terus berupaya menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung bagi semua individu, termasuk mereka yang hidup dengan down syndrome.
