Liputan6.com, Hanoi - Seorang perempuan sepuh asal Vietnam membakar dirinya sendiri, terkait protes terhadap penempatan rig pengeboran minyak Haiyang Shiyou 981 (HYSY981) milik China di perairan barat Kepulauan Paracel yang diperebutkan di Laut China Selatan. Hal yang memicu kemarahan rakyat Vietnam.
Menurut situs surat kabar Thanh Nien yang mengutip seorang pejabat di kota itu, identitas korban adalah Le Thi Tuyet Mai. Wanita berusia 67 tahun itu dilaporkan menyiram dirinya dengan bensin lalu menyulut api di depan landmark Reunification Palace, di Kota Ho Chi Minh pada Jumat 23 Mei pagi waktu setempat.
Baca Juga
"Api berhasil dipadamkan oleh petugas keamanan di sana setelah tiga menit, namun wanita itu telah meninggal," kata pejabat bernama Le Truong Hai Hieu seperti dimuat Daily Telegraph, Sabtu (24/5/2014).
Advertisement
Berdasarkan laporan dari situs berita Thanh Nien, pihak berwenang menemukan sekaleng bensin di tempat kejadian dan secarik catatan bertuliskan pernyataan kemarahan Mai atas rig pengeboran minyak China dan menyerukan pemindahan.
Pejabat Hieu menyebut Mai membakar diri karena dipicu masalah pribadi, ditambah kemarahannya atas penempatan rig pengeboran minyak China yang dianggap melanggar kedaulatan Vietnam.
Sebuah video dari insiden bakar diri itu juga dilaporkan juga beredar di YouTube.
Meninggalnya sang nenek sangat disesalkan oleh keluarganya, apalagi alasan karena sengketa tersebut. "Meski jujud, saya juga sedih setiap mengikuti berita di TV tentang sengketa Vietnam-China," ungkap anak Mei.
China mulai menempatkan rig pengeboran minyak raksasasanya di perairan sengketa itu pada awal Mei. Lalu memicu konfrontasi antara puluhan kapal-kapal China dan Vietnam.
Kedua negara itu kemudian terlibat sengketa kedaulatan wilayah, yang memicu kerusuhan anti-China di Vietnam pekan lalu.
Protes itu membuat ribuan warga China dievakuasi dari Vietnam. Empat warga China dilaporkan tewas dalam kericuhan itu. Meski pihak Vietnam mengatakan hanya ada tiga orang warga Tiongkok yang tewas.
China mengklaim hampir seluruh bagian Laut Cina Selatan, dan tetangganya di Asia Tenggara menyatakan aksi itu sebagai tindakan yang semakin agresif dari pemerintah Beijing.
Sementara itu, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung mengatakan bahwa aksi China telah mengancam perdamaian. (Ein)