Pemerintah Hong Kong dan Demonstran Selasa Pekan Depan Berunding

Menurut Kepala Sekretaris Carrie Lam, kedua pihak akan mengutus 5 orang wakil ke meja perundingan.

oleh Rochmanuddin diperbarui 19 Okt 2014, 05:58 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2014, 05:58 WIB
Massa Pro-Demokrasi Bentrok Dengan Kelompok Anti-Demokrasi
Seorang pengunjuk rasa pro-demokrasi (tegang) bersitegang dengan polisi dan massa anti-demokrasi di lokasi utama berlangsungnya aksi demonstasi di Admiralty, Hong Kong, (13/10/2014). (REUTERS/Carlos Barria)

Liputan6.com, Hong Kong - Perundingan antara Pemerintah Hong Kong dan pemimpin gerakan prodemokrasi dijadwalkan akan diadakan Selasa 21 Oktober mendatang. Rencana itu disampaikan oleh Kepala Sekretaris Carrie Lam ketika para aktivis prodemokrasi kembali menduduki kamp-kamp protes.

"Saya senang mengatakan bahwa telah dicapai kemajuan berarti dalam mempersiapkan dialog antara perwakilan Federasi Mahasiswa Hong Kong dan satuan tugas konstitusi," kata Carrie Lam seperti dilansir BBC, Sabtu (18/10/2014).

Carrie Lam mengatakan, perundingan kemungkinan besar akan diselenggarakan sore hari waktu setempat. Hari itu dipilih di antara 3 tanggal yang disodorkan kepada kubu mahasiswa pemrotes.

Menurut Carrie Lam, kedua pihak akan mengutus 5 orang wakil ke meja perundingan, yang direncanakan akan berlangsung selama 2 jam dan akan disiarkan langsung televisi.

Gangguan Transportasi

Para aktivis demokrasi kembali menempati lokasi-lokasi yang sebelumnya berhasil dikosongkan oleh kepolisian Hong Kong. Unjuk rasa kalangan mahasiswa dan pelajar telah berlangsung selama 3 pekan terakhir untuk menuntut agar calon-calon pemimpin Hong Kong tidak ditunjuk pemerintah China.

Aksi mereka dipusatkan di beberapa kawasan yang sibuk sehingga mengganggu transportasi umum. Seperti di daerah Mong Kok, Admiralty dan Causeway Bay. Jjalan-jalan tersebut ditutup aparat keamanan atau diblokir kubu demonstran, sehingga mengganggu lalu lintas.

"Misalnya di daerah Mong Kok, Admiralty dan Causeway Bay itu kan jalan besar, di mana itu menghubungkan satu tempat ke tempat lainnya," kata Ketua Aliansi Migran Internasional Eni Lestari.

"Sejak saat itu fungsi bus, utamanya kendaraan untuk darat bermasalah karena semuanya harus diputar-putar. Biasanya jalur yang kita tempuh 30 menit menjadi satu jam, yang satu jam menjadi dua jam," sambung Eni Lestari yang juga menyaksikan aksi di Mong Kok.

Meski pun mengganggu kenyamanan, gerakan prodemokrasi ini mendapat dukungan dari kalangan awam di Hong Kong, yang pada awal unjuk rasa disatukan atas dugaan kebrutalan polisi terhadap pemrotes.

Bantuan logistik seperti makanan, minuman dan kacamata pelindung mengalir. Selain itu dukungan juga diwujudkan dengan keikutsertaan di jalan.

"Mereka masyarakat lokal yang belum tentu sepenuhnya setuju atau tidak setuju, mereka akhirnya turun ke jalan. Itu yang mengawali mengapa aksi demonstrasi itu menjadi sangat besar," kata Eni Lestari.

Namun belakangan masyarakat biasa, khususnya pedagang kecil, merasa aksi prodemokrasi berlangsung terlalu lama dan tidak mengindahkan kebutuhan ekonomi masyarakat umum.

Di kalangan intelektual, menurut aktivis buruh ini, dukungan tetap mengalir. Ditambah dukungan politik dari kalangan artis yang semakin vokal, seperti aktor ternama Jecky Chan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya