Liputan6.com, Kiev - Kondisi Ukraina jelang pemilihan umum (Pemilu) legislatif kembali memanas. Sejumlah calon legislatif (Caleg) menjadi sasaran tindak kekerasan.
Dikutip dari New York Times, Rabu (22/10/2014), dua orang caleg Ukraina yang dikeroyok di tempat berbeda terjadi pada Selasa 21 Oktober waktu setempat.
Aksi pertama menimpa calon dari Partai Radikal, Mark Gress. Sesaat setelah Gress menghadiri acara di stasiun televisi, ia diserang oleh segerombolan orang di rumahnya.
Dari pengakuan Gress, ia menerima serangan berupa pukulan dan penusukan. Untuk menyelamatkan diri, ia pun harus melompat melalui jendela apartemennya. Pria ini pun tak ragu menyebut aksi tersebut sebagai upaya pembunuhan.
Aksi serupa juga menimpa Oleksandr Gorin. Caleg dari People’s Front Party itu dihajar secara membabi buta ketika baru sampai di apartemennya di Selatan Odessa.
Sebelumnya, pada Senin 20 Oktober upaya pembunuhan ditargetkan kepada caleg lain dari People’s Front Party Volodymyr Borysenko. Bahkan percobaan pembunuhan terhadap Borysenko menggunakan senjata api dan bom molotov.
Serangan demi serangan yang terjadi jelang pemilu legislatif Ukraina, ditanggapi keras oleh Partai Radikal. Mereka menyangkan aksi-aksi ini kebanyakan terjadi di Kiev yang notabene adalah jantung dari Ukraina.
Sampai saat ini Pemerintah Ukraina masih melancarkan investigasi terkait serangan-serangan tersebut. Mereka pun belum bisa memastikan motif apa yang ada di balik aksi kekerasan itu.
Batalkan Kampanye
Meningkatnya aksi kekerasan tersebut, memicu kecemasan dari pemimpin Partai Radikal Oleh Lyshko. Bahkan, demi mencegah aksi kekerasan menimpa dia dan pendukungnya, seluruh agenda kampanyenya dibatalkan.
"Dari keterangan yang saya terima, saya percaya aksi teroris sudah dipersiapkan jelang kampanye saya," sebut Lyashko seperti dikutip dari New York Times.
"Serangan tersebut bisa menimbulkan pertempuhan darah dan korban dari warga tak berdoasa yang ingin datang ke kempanye saya," lanjut dia.
Pemilu legislatif Ukraina akan diselenggarakan pada Minggu, 26 Oktober. Pemilu tersebut diharapkan kelompok nasionalis Ukraina dapat membersihkan para pendukung Presiden terguling Ukraina, Viktor Yanukovych.
Eks orang nomor satu di Ukraina ini dituding sebagai biang kerok krisis tak berkesudahan di negara pecahan Uni Soviet ini. Pasalnya, Yanukovych dinilai lebih condong mengarahkan dukungannya ke Rusia dibanding Uni Eropa. (Mut)