Jurus Taiwan Tangkal Ebola

Taiwan meningkatkan langkah-langkah persiapan untuk melindungi warga negaranya sambil bermitra dengan masyarakat internasional.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 07 Nov 2014, 18:23 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2014, 18:23 WIB
Ilustrasi Virus Ebola
Ilustrasi Virus Ebola (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Wabah penyakit Ebola yang berkembang di Afrika Barat menjadi momok menakutkan bagi warga dunia. Seluruh negara mengambil langkah untuk mengantisipasi agar virus tersebut tidak masuk ke dalam negeri. Salah satunya Republik China (Taiwan).

Saat wabah penyakit Ebola terus memporak-porandakan bagian dari Afrika Barat tahun ini, Taiwan meningkatkan langkah-langkah persiapan untuk melindungi warga negaranya sambil bermitra dengan masyarakat internasional.

"Taiwan adalah negara yang padat penduduk dengan jumlah lalu lintas penumpang internasional yang signifikan, dan memiliki pengalaman dalam wabah penyakit utama seperti SARS, H1N1 dan H7N9. Hal itu memberikan pelatihan yang sangat hati-hati untuk penjagaan terhadap penyebaran penyakit menular," kata Direktur Jenderal Pusat Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Republik China (Taiwan), Steve HS Kuo, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Jumat (7/11/2014).

Dijelaskan dia, ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah Ebola telah masuk status Gawat Darurat Kesehatan Publik yang menjadi Perhatian Internasional pada 8 Agustus, Taiwan langsung membentuk Satuan Tugas untuk merespons virus Ebola demi memantau perkembangan terbaru dan memperkuat pelaksanaan dari langkah-langkah pencegahan Ebola.

"Taiwan juga memiliki sejumlah penambahan tingkat perbatasan yang dilembagakan selama periode pasca-SARS, termasuk pos pemeriksaan demam pada semua pelabuhan masuk. Untuk wabah Ebola saat ini, kami telah menyiarkan pengumuman pada semua kedatangan penerbangan internasional sejak 21 Oktober, mendesak penumpang yang telah berada di negara Afrika Barat yang terkena dampak Ebola dalam waktu 21 hari terakhir untuk menghubungi kantor karantina di bandara," jelas Steve HS Kuo.

The Taiwan Centers for Disease Control (Taiwan CDC) juga mengharuskan penumpang yang tiba dari daerah berisiko tinggi untuk mengisi 'Formulir Pernyataan Ebola' yang menunjukkan sejarah perjalanan mereka. Cara tersebut merupakan langkah pertahanan pertama yang memungkinkan Taiwan CDC untuk mengaktifkan mekanisme respons segera setelah kasus dugaan teridentifikasi dan mengandung virus.

"Setelah kasus infeksi Ebola di Spanyol dan Amerika Serikat, pemerintah kami telah meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan penularan. Enam rumah sakit Ebola yang ditunjuk di sekitar Taiwan telah diperintahkan untuk memastikan bahwa semua petugas layanan kesehatan yang berada di garis depan telah terlatih dengan baik dalam mengenakan, memakai dan melepas alat pelindung diri (PPE). Sementara itu, lembaga medis biasa telah melakukan lebih dari 1.200 latihan keselamatan Ebola dan melatih lebih dari 100.000 petugas kesehatan.

"Mengingat kompleksitas di belakang munculnya dan penularan virus Ebola, kita harus menghentikan penyebaran penyakit dari sumbernya. Oleh karena itu, penting bagi kami untuk bekerja sama dengan mitra global kami dan berbuat lebih banyak untuk mendukung Afrika Barat. Sebagai warga global yang bertanggung jawab, Taiwan siap dan bersedia untuk berpartisipasi dalam upaya bantuan internasional dan kemanusiaan bagi negara-negara yang terkena dampak," papar Steve HS Kuo.

Presiden Ma Ying-Jeou telah berjanji untuk menyediakan 100.000 set pakaian pelindung, menyumbangkan US$ 1 juta dalam bentuk tunai dan mengirim tim ahli medis ke daerah-daerah yang terkena dampak di Afrika Barat. Selain itu, Program Pelatihan Lapangan Epidemiologi Taiwan (FETP) telah melakukan kontak dekat dengan berbagai FETP internasional, termasuk pejabat kesehatan Amerika Serikat dan Nigeria, untuk bertukar informasi tentang kegiatan bantuan Ebola serta membahas bagaimana FETP Taiwan dapat berkontribusi dan berpartisipasi dalam upaya bantuan medis internasional.

"Menghentikan penyakit menular di perbatasan selalu menjadi salah satu strategi kami yang paling penting dalam melindungi kesehatan dan kesejahteraan warga negara kita. Selain itu, kerjasama internasional yang tinggi sangat dibutuhkan untuk menjaga penyakit agar tidak melintasi perbatasan. Ketika penyakit menular tidak mengenal batas, terutama di dunia yang saling berhubungan saat ini, Taiwan berharap untuk bekerja sama dengan masyarakat internasional dalam menghentikan Ebola dan penyakit menular lainnya," tandas Steve HS Kuo.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya