Artefak Asmat Ditemukan di Pelelangan Australia

Informasi soal artefak di pelelangan itu kemudian diteruskan oleh Kedutaan Besar RI di Australia ke Direktorat Jenderal Kebudayaan.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 13 Des 2014, 12:17 WIB
Diterbitkan 13 Des 2014, 12:17 WIB
Ilustrasi suku Asmat. (Wikipedia)
Ilustrasi suku Asmat. (Wikipedia)

Liputan6.com, Canberra - Artefak kebudayaan Indonesia ditemukan dalam sebuah pelelangan di Australia. Pemerintah sedang berupaya mengembalikan benda kuno itu ke Indonesia.

Artefak itu salah satunya adalah tengkorak peninggalan Suku Asmat.

Informasi soal artefak di pelelangan itu kemudian diteruskan oleh Kedutaan Besar RI di Australia ke Direktorat Jenderal Kebudayaan. Dirjen Kebudayaan Kacung Marijan mengatakan KBRI mendapat laporan dari warga Australia yang curiga terhadap sebuah barang di pelelangan.

"Kami membuat surat ke kedutaan dan ke pemerintah Australia agar barang itu tidak dilelang," kata Kacung di Jakarta, dikutip dari CNN Indonesia, Sabtu (13/12/2014).

Pihak Australian Federal Police (AFP) langsung menyita tengkorak tersebut. Menurut Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Canberra, Ronny Rachman Noor, penyitaan dilakukan sekitar seminggu yang lalu.

"Sekarang tengkorak ada di ruang barang bukti kantor AFP, tapi belum jelas kantor AFP yang mana. Tapi kalau nanti ada tim forensik indonesia datang akan diperbolehkan menyelidikinya," kata Ronny dalam pesan singkatnya.

Minggu depan, pihak kementerian pendidikan akan menurunkan tim forensik ke Australia untuk mengurus masalah ini.

Menurut informasi yang dihimpun Ditjen Kebudayaan, tengkorak yang diduga peninggalan Suku Asmat tersebut dibeli oleh seseorang di Bali. Kemudian, benda tersebut ditemukan di pelelangan di Australia.

Selain tengkorak yang diduga sebagai peninggalan Suku Asmat, benda cagar budaya Indonesia lainnya yang ditemukan di Australia adalah patung ibu menyusui yang berasal dari Larantuka, Flores Timur.

Berbeda dengan tengkorak, patung ibu menyusui sudah ditemukan di Australia sejak puluhan tahun lalu. "Kalau patung ibu menyusui sejak zaman Belanda, ada di sana," ujar Kacung.

Bahkan, Kacung menyatakan, patung ini sudah melekat dengan kebudayaan masyarakat setempat. "Patung ini memiliki nilai khusus karena untuk mendatangkan hujan," ujar dia.

Meskipun demikian, pihak Indonesia akan berupaya mengambil kembali benda yang terbukti menjadi benda cagar budayanya. "Barang itu harus dikembalikan ke Indonesia kalau memang milik Indonesia," pungkas Kacung. (Tnt/Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya