Email Pribadi Hillary Clinton Soal Insiden Benghazi Dirilis

Email-email Hillary Clinton menjadi subjek kontroversi awal tahun ini. Terkait dengan insiden Benghazi.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 23 Mei 2015, 12:36 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2015, 12:36 WIB
Bill dan Hillary Clinton
Bill dan Hillary Clinton (Reuters)

Liputan6.com, Washington DC - Niat Hillary Clinton yang kembali melaju sebagai calon presiden Amerika Serikat dalam Pilpres 2016 mendapat ganjalan, dari masa lalunya sebagai Menteri Luar Negeri AS.

Ganjalan itu adalah insiden penyerangan di Benghazi, Libya yang menewaskan 4 warga negara AS, termasuk Duta Besar Christopher Stevens.

Terkait itu, pada Jumat 22 Mei 2015 waktu setempat, Departemen Luar Negeri AS merilis bagian pertama email Hillary Clinton, yang terdiri dari 296 surat elektronik -- dari total 30 ribu --, terkait serangan Benghazi.

"Dokumen yang kami rilis untuk publik hari ini telah ditunjukkan pada Tim Panitia Khusus beberapa bulan yang lalu, yang mencakup email selama 2 tahun, dan terkait dengan keamanan dan serangan ke Kedutaan Besar AS di Benghazi," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Marie Harf dalam sebuah pernyataan, seperti Liputan6.com kutip dari VOA.

Sebelumnya, Hillary Clinton telah menghapus secara permanen seluruh surat elektroniknya dari server pribadi yang digunakan untuk urusan dinas ketika menjabat sebagai Menlu pada 2009-2013.

Email-email Nyonya Clinton menjadi subjek kontroversi awal tahun ini ketika terungkap bahwa selama menjabat, ia melakukan banyak komunikasi dengan menggunakan akun email pribadi, daripada akun resmi Departemen Luar Negeri.

Hillary juga mendapat kritikan tajam dari kubu Republik terkait penanganan departemen yang ia pimpin terhadap kasus penyerangan di Benghazi. Mantan ibu negara itu diduga menutup-nutupi apa yang sesungguhnya terjadi.

Email-email tersebut dipublikasikan di situs resmi Deplu -- yang sontak mengalami gangguan karena dikunjungi sekian banyak orang dalam waktu bersamaan.

Departemen Luar Negeri AS terus mengkaji sisa email sebanyak 55.000 halaman yang dirilis oleh Clinton tahun lalu, dan akan tersedia untuk publik pada situs Freedom of Information Act (FOIA) Deplu AS.

"Email yang kami rilis hari ini tidak mengubah fakta penting atau pemahaman kami tentang kejadian itu sebelum, selama atau setelah serangan," demikian ujar pihak Deplu.

Sementara itu, Hillary Clinton mengaku gembira atas perilisan sejumlah surat elektroniknya ke publik.

"Ini hanya permulaan. Aku ingin melihat (perilisan) dipercepat. Sehingga lebih banyak yang akan diketahui masyarakat." (Ein/Tnt)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya