Balon-balon Biru Dilepas, Mewakili Jiwa Korban Gempa Nepal

Sebagian besar toko dan sekolah juga telah dibuka kembali di seluruh Kathmandu.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 30 Jun 2015, 16:16 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2015, 16:16 WIB
Balon Biru Peringati 2 Bulan PascaGempa Dahsyat Nepal
Peringatan 2 bulan pascagempa dahsyat di Nepal. .(VOA)

Liputan6.com, Kathmandu - Memasuki musim hujan, warga di Nepal masih berjuang untuk berbenah setelah terjadi gempa mematikan 25 April 2015 lalu. Puing-puing dari situs bersejarah Nepal, seperti yang ada di Kathmandu Basantapur Durbar Square dan Patan Durbar Square sudah dibersihkan.

"Situs itu sekarang sudah dibuka kembali untuk umum," demikian dilaporkan Al Jazeera, Selasa (30/6/2015).

Sebagian besar toko dan sekolah juga telah dibuka kembali di seluruh Kathmandu. Dan kota-kota lain di Lembah Kathmandu, dan kehidupan telah kembali normal di sana.

Namun ribuan orang masih tinggal di tenda-tenda, didukung oleh organisasi-organisasi internasional dan PBB. Rumah mereka hancur atau rusak diperbaiki selama gempa dan gempa susulan berikutnya.

Sementara musim hujan mulai turun, warga berpacu dengan waktu membenahi rumah-rumah mereka yang rusak oleh gempa.

Terutama di wilayah pinggiran Kathmandu, di mana warga menerima sedikit atau bahkan tidak sama sekali bantuan untuk membersihkan puing-puing.

Menurut pejabat pemerintah Nepal, dibutuhkan biaya lebih dari $ 6,6 miliar dan setidaknya 5 tahun untuk merekonstruksi dan membangun kembali negeri itu.

Nepal memperingati 2 bulan pascagempa dahsyat yang menewaskan lebih dari 8.800 pada Sabtu 27 Juni.

Pada acara yang diselenggarakan oleh Annapurna Publishing, warga berkumpul di Durbar Square di Kathmandu dan melepas balon-balon biru ke langit.

"Kami mengadakan acara ini, satu balon untuk setiap jiwa yang meninggal. Tujuan dari program ini adalah berharap perdamaian atas nama jiwa (orang meninggal) menggunakan lebih dari 8.500 balon," kata perwakilan Annapurna Publikasi Shilu Adhikary seperti dikutip dari VOA News.

Di Nepal, untuk memurnikan jiwa-jiwa mereka yang meninggal, lilin-lilin dinyalakan di tempat-tempat seperti kuil dan biara-biara.

Di negara dengan tingkat kemiskinan termasuk yang tertinggi di dunia, gempa dashyat yang belakangan terjadi mendorong hampir satu juta orang lebih lanjut ke kemelaratan.

Kendati demikian, pemerintah Nepal meminta Persatuan Bangsa-bangsa untuk menghancurkan ratusan ton makanan yang diperuntukan kepada korban bencana gempa bumi Nepal.  Hal ini dikarenakan mutu makanan tersebut sangatlah rendah dan tak layak untuk dikonsumsi.

Badan pangan PBB atau World Food Programme telah mendistribusikan lebih dari 6500 ton beras, biskuit tinggi energi, kacang-kacangan, dan minyak untuk 2 juta orang yang terkena bencana.

Menurut badan kualitas kontrol Nepal, tes laboratorium menunjukkan bahwa sampel beras dan kacang-kacangan "tidak layak untuk dikonsumsi manusia". (Tnt/Ein)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya