Liputan6.com, Pyongyang Salah satu peneliti biologi dan kima Korea Utara berhasil membelot keluar dari Korea Utara menuju Finlandia, mengatakan bahwa pemerintah Korea Utara telah memakai manusia sebagai objek percobaan.
Lee, demikian nama peneliti tersebut, tadinya bekerja untuk pusat penelitian mikrobiologi di Ganggye, dekat perbatasan China. Lee membelot pada 6 Juni lalu ke Finlandia lewat Filipina. Setelah merasa aman di Finlandia, dia memberikan bocoran tersebut kepada salah satu organisasi hak asasi, seperti dikutip The Province dari Yonhap, kantor berita Korea Selatan.
"Keinginannya untuk membelot adalah dia merasa skeptis dengan risetnya. Dia berkata kepada kami bahwa dia membawa data 15 gigabytes tentang penggunaan manusia sebagai objek percobaan senjata biologi dan kimia di masa rezim Kim Jong-un," menurut sumber dari grup tersebut.
Peneliti yang berumur 47 tahun ini berencana akan memberi kesaksiannya di Parlemen Uni Eropa tentang bagaimana pemerintah Korut memperlakukan rakyatnya. Laporan senada pernah diluncurkan setahun yang lalu. Im Cheon-yong, prajurit pasukan khusus Korut, yang membelot pada medio 1990-an, bersaksi kepada dinas intelejen Korsel, mengatakan bahwa pada saat pelatihannya, mereka menggunakan anak-anak cacat untuk mengetes senjata kimia.
"Untuk senjata biologi dan kimia, kami butuh objek," kata Im saat wawancara tahun lalu. "Pertama, mereka menggunakan tikus dan kami melihat bagaimana tikus itu mati. Kemudian, kami melihat instruktur kami memakai manusia dan saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana manusia itu mati." Korut melakukan tes tersebut di lebih dari tiga fasilitas yang dimiliki oleh militer, termasuk di antaranya fasilitas tahanan politik di kota Hyanghari.
Di bulan Februari, intelijen Korsel mengatakan bahwa Korut semakin gencar melakukan tes dan latihan menggunakan senjata biologi dan kimia.
Sebuah laporan 38 North, website tepercaya yang dioperasikan oleh US-Korea Insititute di John Hopskin School of Advance International Studies, mengatakan bahwa Korut serius mengembangkan senjata kimia. Berdasarkan kesaksian para prajurit yang membelot, laporan ilmiah itu mengatakan bahwa rezim Kim Jong-un mampu membuat 4.500 ton senjata kima per tahun. Rezim ini memproduksi hidrogen sianida, phosgene, sarin, tabun, klorin dan lainnya serta dilaporkan memasok bahan kimia tersebut untuk Mesir, Lybia, Iran, dan Syiria semenjak 1990, kata laporan tersebut.
Pengakuan Lee sangat cocok dengan investigasi PBB terhadap pelanggaran hak asasi manusia di Korut. PBB telah memberikan sanksi kepada Korut meskipun sayangnya sampai sekarang belum ada langkah selanjutnya untuk Pyongyang. (Ein)