Suriah Bangun Taman Kim Il-sung di Tengah Kecamuk Perang

Kim Il-sung bagi banyak organisasi hak asasi manusia adalah pemimpin diktator dan brutal. Namun tidak di mata pemerintahan Suriah.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 03 Sep 2015, 12:40 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2015, 12:40 WIB
Suriah Bangun Taman Kim Il-sung di Tengah Camuk Perang
Suriah Bangun Taman Kim Il-sung di Tengah Camuk Perang (Al-arabiya/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Meski ditengah kecamuk perang selama 4 tahun terakhir ini, Suriah masih sempat-sempatnya membangun dan meresmikan Taman Kim Il-sung. Lingkungan hijau yang berada di pusat kota Damaskus ini dibangun dalam rangka menghormati bapak pendiri Korea Utara itu.

Taman seluas 9.000 meter per segi yang terletak di barat daya kota Damaskus, Distrik Kafr Sousa, diresmikan oleh wakil Menteri Luar Negari Faisal Mogdad.

Mogdad mendeskripsikan Kim Il-sung sebagai pemimpin bersejarah yang terkenal dengan perjuangannya, untuk membebebaskan dan memerdekakan negaranya.

"Untuk alasan itulah, Kim Ill-sung pantas diberikan kehormatan dari rakyat Suriah," kata Mogdad seperti dikutip Al-arabiya, 2 September 2015.

Kim Il-sung bagi banyak organisasi hak asasi manusia adalah pemimpin diktator dan brutal. Namun tidak di mata pemerintahan Suriah.

"Siapapun yang mengkritik seperti itu adalah absurd dan bodoh. Korea Utara mendukung Suriah melawan teroris," puji Moqdad.

Adapun jalan yang mengelilingi taman tersebut dibernama Jalan Kim. Berjarak kurang lebih 1 kilometer.

"Taman ini adalah sebuah ekspresi tanda hormat dan cinta dari Suriah kepada 'Great Leader' Kim Il-sung," kata Duta Besar Korut untuk Suriah, Jang Myong.

"Konflik Suriah adalah hasil konspirasi dan rencana AS untuk menjatuhkan legitimasi dan kemerdekaan rezim serta memonopoli Timur Tengah," tambah Myong.

Perang Suriah dimulai dengan sebuah unjuk rasa anti-pemerintahan yang berlanjut menjadi perang sipil. Lebih dari 240 ribu orang diperkirakan tewas.

Kim Il-sung memerdekakan Korea Utara pada tahun 1948, hingga ia meninggal pada 8 Juli 1994.

Akibat dari program nuklir dan misilnya, Korut diberi sanksi dari PBB dan terisolasi dari negara-negara lain. Pyongyang dan Damaskus telah mempunyai hubungan diplomatik sejak lama. Korut membantu membangun fasilitas nuklir di Suriah yang pernah dirusak oleh Israel pada 2007.

Soekarno Award untuk Kim Jong-un

Indonesia, lewat Rachmawati Soekarnoputri, anak mendiang pendiri bangsa Soekarno, juga memberi penghargaan yang sama kepada Korut. Rencananya pada 27 September 2015, Soekarno Award akan diberikan kepada sang pemimpin Kim Jong-un.

Rachmawati menilai, Kim Jong-un punya kemandirian terhadap negaranya. Meski dikecam, pendiri Universitas Bung Karno tidak menghiraukannya.

"Saya mengerti, itu pasti dikecam. Tapi kita tetap jalan. Pemimpin-pemimpin ini anti-imperialisme. Ini perlu apresiasi kita-kita sebagai negara pencetus KAA (Konferensi Asia-Afrika), yang kemudian menjadi gerakan Non-Blok. Ini harus diapresiasi. Kita harus jadi bangsa mandiri," ujar Rachmawati, Senin 31 Agustus lalu, di kampus UBK Jakarta.

Bagi Rachmawati, Presiden Kim Jong-un bukanlah penguasa diktator. Dia juga bukan pelanggar HAM seperti digembar gemborkan dunia Barat.  'Supreme Leader' di mata anak Soekarno ini merupakan pemimpin negara yang mempunyai sikap tegas demi kemandirian bangsanya.

Selain kepada Kim Jong Un, penghargaan Sukarno Award juga akan diberikan kepada 6 pimpinan negara lainnya antara lain, Hugo Cavez dari Venezuela, Mahathir Muhammad dari Malaysia, Fedel Castro dari Kuba, Raja Abdullah dari Yordania, dan King Muhammad VI dari Maroko," papar Rachmawati. (Rie/Tnt)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya