Indonesia Jadi Tamu Kehormatan Pekan Buku Terbesar di Frankfurt

Untuk menampilkan kekayaan sastra dan budaya Indonesia, didatangkan 75 penulis dan 60 penampil pertunjukan.

oleh Liputan6 diperbarui 14 Okt 2015, 12:48 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2015, 12:48 WIB
Indonesia jadi Tamu Kehormatan di Pekan Buku Terbesar Frankfurt
Untuk menampilkan kekayaan sastra dan budaya Indonesia, didatangkan 75 penulis, 60 penampil pertunjukan.

Liputan6.com, Frankfurt - Pekan Buku Frankfurt atau Frankfurt Book Fair yang disebut terbesar di dunia, resmi dibuka pada Selasa 13 Oktober 2015 waktu setempat. Indonesia dilaporkan telah didapuk sebagai tamu kehormatan di acara tersebut.

Dalam pekan buku tahun ini, Indonesia terpilih sebagai Tamu Kehormatan dengan tema '17.000 Islands of Imagination' atau 17.000 Pulau-pulau Imajinasi.

Untuk menampilkan kekayaan sastra dan budaya Indonesia, didatangkan 75 penulis, 60 penampil pertunjukan, dan 20 koki yang akan mengisi kurang lebih 500 acara di dalam lokasi pameran dan acara di berbagai kota di Jerman.

"Tradisi bercerita lisan kita yang sudah berlangsung berabad-abad dan karya-karya literatur kita hanya sedikit dikenal di Eropa. Melalui pameran ini, kita akan berdialog dengan publik internasional untuk memperkenalkan keduanya," kata Ketua Komite Nasional Indonesia, Goenawan Mohamad seperti dikutip dari BBC Indonesia, Rabu (14/10/2015).

Sebagai bagian dari partisipasi khusus Indonesia di Pekan Buku Frankfurt 2015, sekitar 200 buku karya penulis Indonesia diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, serta bahasa asing lain.

Salah seorang penulis yang akan tampil adalah Laksmi Pamuntjak, yang novelnya berjudul Amba sudah diterjemahkan menjadi Alle Farben Rot, dan mendapat penghargaan terbaik Weltempfanger untuk karya fiksi terbaik dari luar yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman.

Dalam acara pembukaan tersebut, penulis terkenal Salman Rushdie, turut serta menyampaikan pidato. Rushdie -- yang mendapat ancaman pembunuhan karena novelnya The Satanic Verses atau Ayat-ayat Setan -- mengatakan kebebasan mengungkapkan pendapat merupakan hak yang mendasar.

"Tanpa kebebasan mengungkapkan pendapat, maka semua kebebasan lainnya gagal," kata Rushdie setelah pidato pembukaan Pekan Buku Frankfurt 2015 di Jerman, yang akan berlangsung hingga Minggu 18 Oktober.

Pemerintah Iran mundur dari keikutsertaannya dalam pameran buku ini karena kehadiran Salman Rushdie dan menyampaikan protes.

"Penyelenggara pekan buku diharapkan memahami secara tepat keprihatinan ratusan umat Islam di dunia, dan tidak memberi jalan kepada kecenderungan ekstremis dari simpatisan yang sakit," jelas Wakil Menteri Kebudayaan dan Panduan Islam Iran, Seyyed Abbas Salehi, kepada kantor berita resmi Iran, IRNA.

Direktur Pekan Buku Frankfurt, Juergen Boos, mengatakan bahwa Rushdie diundang karena biografi dan karya sastranya membuat dia menjadi suara yang berpegaruh dalam kebebasan mengungkapkan pendapat di penerbitan.

"Kebebasan kata-kata, tidak bisa dirundingkan," tegas Boos, seperti dikutip situs internet Jerman, Deutsche Welle‎. (Tnt/Mut)*

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya