Pilot Rusia yang Selamat: Tidak Ada Peringatan dari Turki

Tidak ada peringatan, baik itu peringatan radio atau visual. Tak ada kontak apapun, kata pilot itu.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 26 Nov 2015, 12:03 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2015, 12:03 WIB
Pilot Rusia yang Selamat: Tidak Ada Peringatan dari Turki
Pilot Rusia yang Selamat: Tidak Ada Peringatan dari Turki (BBC)

Liputan6.com, Hmeymim - Seorang pilot Rusia yang selamat setelah pesawatnya ditembak oleh Turki di perbatasan Turki-Suriah mengatakan tidak ada peringatan yang disampaikan kepada mereka.

Kepada stasiun TV Rusia, Kapten Konstantin Murakhtin menegaskan 'tidak mungkin' pesawat tersebut melanggar ruang udara Turki, seperti yang disampaikan pihak berwenang negara itu.

Kapten Murakhtin diselamatkan dari pemberontak yang menguasai Suriah dalam operasi selama 12 jam yang melibatkan militer Suriah dan Rusia.

Turki berkeras bahwa pesawat Su-24 mendapat peringatan sampai 10 kali sebelum ditembak jatuh, dan kedua pilot sempat melompat dari pesawat dengan menggunakan parasut namun salah seorang ditembak oleh kelompok Turkmen dan jenazahnya masih berada di tangan mereka.

Kapten Murakhtin menyampaikan hal tersebut dari pangkalan udara militer, yang menjadi landasan pesawat tempur Suriah untuk melakukan serangan ke posisi-posisi pemberontak di Suriah.

Ia tahu bahwa mereka terbang di wilayah udara Suriah. Jet mereka tak sedetikpun melanggar wilayah udara Turki.

"Tidak ada peringatan, baik itu peringatan radio atau visual. Tak ada kontak apapun," kata Murakhtin kepada media Rusia, seperti dilansir dari BBC, Rabu 25 November 2015.

Ia juga menolak bahwa pesawatnya telah melanggar udara Turki.

"Saya bisa melihat dengan tepat di peta dan di bahwa sana mana itu perbatasan dan di mana kami," ujarnya lagi.

Akibat dari peristiwa itu, kedua negara saling mengeluarkan versi masing-masing. Rusia mengatakan pesawatnya menargetkan serangan di Latakia, utara Suriah di mana pesawat itu jatuh. Sementara Turki mengatakan Negara Beruang Merah itu telah memasuki wilayah udara mereka. 

Insiden pada 24 November itu -- pertama kalinya Turki negara anggota NATO menembak jatuh sebuah pesawat tempur Rusia sejak perang Korea -- berisiko memprovokasi bentrokan konflik yang berlangsung di Suriah, di mana Rusia telah campur tangan untuk mendukung rezim Bashar al-Assad.

"Seseorang harus membayar ini," kata Kapten Murakhtin sehubungan dengan insiden yang menimpanya dan menewaskan partner pilotnya, Oleg Peskhov. Tidak hanya dia, seorang pilot heli penyelamat turut tewas saat sedang mencarinya. Heli itu ditembak oleh para pemberontak. 

Pemerintah Moskow mendukung pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, yang menghadapi perlawanan dari kelompok moderat dukungan Barat serta dan kelompok militan ISIS.

Ketegangan Rusia dan Turki meningkat akibat insiden penembakan itu dan Rusia sudah memutuskan semua kontak militer dengan Turki.

Presiden Vladimir Putin menyebut penembakan pesawatnya sebagai 'tikaman dari belakang' yang dilakukan oleh 'kaki tangan teroris'. (Rie/Tnt)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya