Liputan6.com, Ankara - Idul Fitri merupakan salah satu hari besar umat Islam yang dirayakan dengan penuh kebahagiaan di seluruh dunia, termasuk di Turkiye. Uniknya, di negara ini Idul Fitri dikenal dengan nama Şeker Bayramı atau "Pesta Manis." Seperti namanya, perayaan ini berpusat pada berbagai hidangan manis yang menjadi simbol kebahagiaan dan kebersamaan.
Dikutip laman Euro News, Kamis (13/3/2025), sehari sebelum Idul Fitri, suasana pasar dan pusat perbelanjaan di Turkiye menjadi lebih ramai dari biasanya. Warga berburu permen, cokelat, dan Turkish delight, serta membeli pakaian baru khususnya untuk anak-anak. Tidak hanya itu, mereka juga menyiapkan eau de cologne, wewangian khas yang selalu tersedia untuk menyambut tamu.
Advertisement
Baca Juga
Di dapur, para ibu rumah tangga dan ahli masak sibuk mempersiapkan hidangan istimewa.
Advertisement
Baklava, kue khas berbahan dasar filo pastry dan siraman sirup manis, menjadi primadona yang wajib ada di meja makan. Hidangan lain seperti daun anggur isi (stuffed vine leaves) juga dibuat untuk melengkapi jamuan.
Pagi Idul Fitri dimulai dengan salat berjemaah di masjid, yang umumnya dihadiri oleh kaum pria, meskipun beberapa perempuan juga ikut serta.
Setelah kembali ke rumah, keluarga saling mengucapkan selamat Idul Fitri dengan tradisi khas: mencium tangan orang yang lebih tua. Anak-anak mencium tangan kanan kakek, nenek, atau orang tua mereka, lalu menempelkannya ke dahi sebagai tanda hormat. Sebagai balasannya, mereka menerima permen, cokelat, uang saku, atau bahkan sapu tangan sebagai simbol pelestarian tradisi lama.
Setelah itu, keluarga berkumpul untuk sarapan bersama. Namun, makanan yang disantap biasanya ringan karena mereka tahu akan ada banyak suguhan manis sepanjang hari.
Tradisi Silaturahmi
Seperti tradisi Idul Fitri di banyak negara, masyarakat Turkiye juga melakukan kunjungan ke rumah tetangga dan kerabat. Generasi yang lebih tua biasanya tetap di rumah untuk menerima tamu, sementara anak-anak berkeliling dari rumah ke rumah, mengumpulkan permen atau uang receh dalam kantong mereka.
Ketika tamu datang, mereka disambut dengan eau de cologne atau wewangian yang disemprotkan ke tangan sebagai bentuk penyambutan dan penyegaran. Selanjutnya, tuan rumah menyajikan makanan ringan seperti kue kering, pastri, dan stuffed vine leaves. Namun, hidangan utama dalam setiap kunjungan tetaplah baklava atau makanan manis lain yang berlapis sirup.
Meskipun silaturahmi berlangsung selama tiga hari, semakin banyak warga Turkiye yang memilih menghabiskan libur Idul Fitri dengan bepergian ke luar kota atau berwisata.
Selain berbagi kebahagiaan dengan keluarga yang masih hidup, masyarakat Turkiye juga tidak melupakan orang-orang terkasih yang telah meninggal. Pada hari pertama Idul Fitri atau sehari sebelumnya, mereka berziarah ke makam keluarga untuk berdoa dan mengenang merek.
Advertisement
