Percaya Teori Konspirasi? Risiko Ini Mengintai Anda

Anda penggemar teori-teori konspirasi? Waspadalah. Karena, menurut penelitian, Anda rentan mempercayai apapun, entah benar atau salah.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 18 Jan 2016, 13:32 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2016, 13:32 WIB
Hasil Penelitian, Penggemar Konspirasi Percaya Semua Hal *TAGS
Foto pendaratan manusia di bulan pada 1969. (Sumber purpleslog via Flickr)

Liputan6.com, Pavia - Di masa kini, masih ada saja orang yang percaya bahwa pendaratan manusia di Bulan hanyalah rekaan Amerika Serikat. Atau, masih ada yang percaya bahwa penyanyi lawas Elvis Presley sebetulnya adalah makhluk luar angkasa. Dan masih banyak lagi pencinta beragam teori konspirasi.

Dikutip dari Huffington Post pada Senin (18/01/2016), suatu penelitian ilmiah baru-baru ini mengungkapkan bahwa sekali saja seseorang menelan bulat-bulat suatu teori konspirasi, maka orang itu akan sangat mungkin mempercayai teori-teori konspirasi lainnya. Meski semua ternyata bohong belaka.

Tim peneliti IUSS Institute for Advanced Study pimpinan Alessandro Bessi mengamati lebih dari 1.000 pengguna Facebook yang memberikan komentar-komentar pada laman-laman berita ilmiah dan teori konspirasi.

Hasil temuan mengatakan bahwa mereka yang berkutat di suatu laman teori konspirasi di Facebook sangat boleh jadi akan meluangkan waktu mereka untuk menjelajahi laman-laman sejenisnya.

Sebaliknya, para pengguna yang berkutat pada laman-laman ilmiah akan menjelajah lebih lagi dan mampir ke laman-laman beraneka ragam yang membahas subyek yang berbeda-beda.

Tidak puas melihat hasil itu, para penelitian kemudian mengunggah 5.000 komentar-komentar yang bersifat ‘troll' pada dua jenis laman yang dimaksud, misalnya dengan komentar demikian, “Tahukah Anda bahwa ‘jejak kimia’ dari pesawat yang sedang terbang telah ditelaah secara kimia dan ternyata mengandung viagra.”

Hasilnya, para pencinta teori konspirasi mempercayai apapun yang dikatakan, bahkan komentar yang paling konyol sekalipun. Bahkan ketika komentarnya ditengarai telah menjadi guyonan bersifat satir dan mereka masih mempercayainya.

Makalah ini sebenarnya diterbitkan pada Februari 2015, tapi hasilnya baru saja dilontarkan kepada umum melalui video di situs berbagi yang diunggah oleh Rebecca Watson.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya