Kaisar Jepang Akihito Berniat Turun Takhta

Setelah memimpin Jepang selama 27 tahun, Kaisar Akihito memutuskan akan meletakkan takhta dalam beberapa tahun mendatang.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 13 Jul 2016, 20:06 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2016, 20:06 WIB
Kaisar Jepang Akihito dan Permaisuri Michiko telah membawa Jepang ke arah modernisasi
Kaisar Jepang Akihito dan Permaisuri Michiko telah membawa Jepang ke arah modernisasi (Today Online)

Liputan6.com, Tokyo - Kaisar Jepang Akihito telah mengumumkan niatnya untuk turun takhta. Peristiwa 'langka' itu akan terjadi dalam beberapa tahun mendatang.

Seperti dilansir media Jepang, NHK, dan dikutip BBC, Rabu (13/7/2016) Akihito yang telah berusia 82 tahun memiliki masalah kesehatan dalam beberapa tahun terakhir. Ia dilaporkan tidak sanggup lagi menjadi kaisar, bahkan jika tugas-tugas resminya dikurangi.

Akihito diketahui telah menjalani operasi prostat pada 2003 lalu juga operasi bypass jantung pada 2012. Ia juga pernah diopname karena pneumonia pada 2011.

Kaisar Akihito telah memimpin Jepang selama 27 tahun dan keputusannya untuk 'pensiun' itu didukung oleh keluarga termasuk putra mahkota, Pangeran Naruhito (56).

Kaisar Akihito menjadi suksesor sang ayah, Hirohito pada 1989 lalu.

Peristiwa turun takhtanya Kaisar Akihito ini disebut langka karena tidak pernah terjadi sebelumnya di era Jepang modern.

Kokaku adalah kaisar terakhir yang melepas jabatannya pada 1817 atau sekitar 200 tahun silam.

Negeri Matahari Terbit di bawah kepemimpinan Kaisar Akihito pada kurun waktu disebut Era Heisei yang diterjemahkan sebagai 'mencapai perdamaian' dalam kalender Jepang.

Akihito dikenal sebagai kaisar yang telah membantu memodernisasi monarki Jepang, ia tercatat sebagai kaisar pertama yang menikahi perempuan dari kalangan rakyat biasa.

Kepemimpinannya dimulai ketika negeri itu tengah berada di puncak kekuatan ekonomi setelah satu tahun sebelumnya terjadi 'bubble economy'.

Direktur Studi Asia di Temple University, Jeff Kingston mengatakan peletakan takhta yang dilakukan Akihito akan menjadi 'guncangan' besar bagi Jepang, mengingat ia begitu dicintai rakyatnya.

"Ini akan menjadi sesuatu yang luar biasa mengingat kepopuleran Akihito, ia adalah suara rekonsiliasi dan pemecah berbagai persoalan yang belum selesai pascaera sang ayah usai Perang Dunia II," ujar Kingston.

"Akihito telah melakukan lebih dari yang dilakukan semua politisi di Jepang demi meningkatkan pengaruh Jepang di kawasan, ia dikenal sebagai kaisar rakyat," imbuhnya.

Dalam berbagai kunjungannya ke sejumlah negara Asia, Kaisar Akihito tak segan melontarkan permintaan maafnya -- atas nama sang ayah--menyusul agresi militer di masa lalu. Seperti halnya pada 1990, ia menyampaikan permohonan terkait atas kolonisasi Jepang atas Korea yang dimulai pada 1910 sampai 1945.

Dua tahun berikutnya dalam kunjungan bersejarah seorang Kaisar Jepang ke China, Akihito mengakui bahwa negerinya telah 'menimbulkan penderitaan besar' kepada Negeri Tirai Bambu di paruh pertama Abad ke-20.

Pada pidato peringatan 70 tahun berakhirnya PD II, sang kaisar juga mengungkapkan penyesalan mendalamnya atas keterlibatan Jepang dalam konflik itu. Sikap rendah hati ini kontras dengan yang ditunjukkan Perdana Menteri Shinzo Abe yang dalam satu kesempatan menegaskan tidak ada yang perlu disesali.

Kelak jika Pangeran Naruhito naik takhta maka suksesor berikutnya adalah anak laki-laki dari sang adik. Karena Naruhito yang menikahi mantan diplomat karier, Masako hanya memiliki seorang putri, Aiko -- kekaisaran Jepang tidak mengizinkan seorang perempuan naik tahta.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya