Liputan6.com, Jiujiang - Demi menyelamatkan sebuah kota dari banjir, sejumlah tentara China pasang badan bersama-sama dan membentuk rantai manusia. Mereka lalu berjajar untuk membendung air yang datang membanjiri sawah.
Ribuan penduduk Jiujiang, sebuah kota di Provinsi Jiangxi, hampir saja terpaksa mengungsi ketika bendungan di Danau Boyang jebol pada Selasa 12 Juli lalu.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir dari Daily Mail mengutip People's Daily pada Jumat (15/7/2016), ada 16 prajurit yang berdiri di antara timbunan karung-karung pasir. Padahal, arus air deras saat itu mencapai ketinggian dada rata-rata para prajurit tersebut.
Karena hujan amat deras dalam beberapa hari belakangan, tinggi permukaan air di Danau Boyang di cekungan Yangtze mencapai tingkat yang membahayakan.
Sekitar jam 10.00 pagi pada Selasa 12 Juli lalu, bendungan Dongfenglian retak ambrol sepanjang 4,3 meter. Airpun melimpah menggenangi sawah padi di daerah tersebut.
Sekitar 100 tentara PLA langsung turun tangan. Wakil komandan Lin Zhen-ming melompat ke dalam air setinggi dadanya untuk melihat kondisi banjir.
Setelahnya, ia menggagas rencana perbaikan. Lalu 16 orang prajurit ikut masuk ke dalam air berarus deras. Mereka menggunakan tubuh mereka sebagai bendungan manusia selama hampir 6 jam, sehingga memberikan kesempatan kepada para prajurit lain untuk melakukan penimbunan di sisi sungai.
Sebelum jam 19.00, perbaikan telah tuntas.
"Para prajurit ada di sini sehingga padi saya aman," ujar seorang petani setempat dengan bersyukur seraya beberapa hektar sawah padi miliknya selamat dari banjir.
Bukan hanya petani itu yang tertolong. Tindakan berani tersebut mencegah kerusakan pada 5.000 akre (20 km persegi) sawah siap panen, dan 6.000 orang di dua kampung yang ada di arah hilir aliran sungai. Demikian menurut iFeng.
Bendungan Dongfenglian memiliki panjang sekitar 4,8 km, dan merupakan salah satu yang terpenting di Jiujiang.
Banjir di sepanjang cekungan Yangtze telah dimulai sejak Maret lalu dan berdampak kepada lebih dari 49 juta orang. Terhitung ada 222 orang yang meninggal atau hilang hingga Minggu 10 Juli lalu.
Menurut pihak berwenang, sekitar 60 persen kerusakan - termasuk ambruknya lebih dari 110.000 rumah-- terjadi pada 10 hari pertama dalam bulan Juli. Banjir telah menyebabkan kerugian finansial lebih dari 103 miliar RMB atau sekitar Rp 202 triliun.
Curah hujan di cekungan Yangtze untuk bulan Juni ini tercatat dua kali lipat lebih besar daripada bulan yang sama tahun lalu. Desakan untuk pengendalian banjir semakin santer, karena adanya prakiraan cuaca bahwa hujan amat deras akan mengguyur hingga Agustus nanti.