Liputan6.com, Jakarta - Tak semua hal bisa dijadikan lelucon. Mungkin itu pelajaran penting yang dapat diambil dari sikap ceroboh yang dilakukan Presiden ke-40 Amerika Serikat (AS), Ronald Reagan pada 11 Agustus 1984.
Reagan yang tengah mencalonkan diri kembali sebagai presiden, kala itu dijadwalkan melakukan pidato mingguan melalui radio National Public. Dan ketika sedang melakukan sound check, mantan gubernur California itu melemparkan candaan ke teknisi radio.
Baca Juga
"Rakyat Amerika, dengan senang hati saya beritahukan Anda bahwa saya telah menandatangani undang-undang yang akan memusnahkan Rusia selamanya. Pengeboman akan dimulai dalam waktu lima menit," canda Reagan memparodikan kalimat pembuka dalam pidato aslinya.
Advertisement
Dalam pembuka pidato asli, presiden AS itu seharusnya mengatakan, "Rakyat Amerika, dengan senang hati saya beritahukan Anda bahwa hari ini saya telah menandatangani undang-undang yang akan memungkinkan kelompok keagamaan siswa untuk mulai menikmati hak mereka yang sudah terlalu lama ditolak -- kebebasan untuk berkumpul di sekolah-sekolah menengah umum di luar jam sekolah, seperti yang umumnya dilakukan kelompok siswa lain," bunyi pembuka pidato asli itu.
Lelucon itu memang tidak mengudara melalui radio, namun bocor kepada khalayak ramai. Surat kabar Tokyo, Yomiuri Shimbun, melaporkan pada Oktober 1984 pasukan Timur Jauh Soviet telah disiagakan menyusul lelucon Reagan itu, namun 30 menit kemudian mereka ditarik kembali.
Sementara itu seperti dikutip dari Wikipedia, seorang petugas yang bekerja untuk perwakilan AS Michael Barnes tak menampik bahwa Washington mengetahui kesiagaan Rusia. Meski demikian tidak ada laporan perubahan level DEFCON --keadaan siaga yang dipakai Angkatan Bersenjata AS.
Reaksi Soviet dan situasi penuh kebingungan itu diberitakan oleh Tom Brokaw dari NBC News. Tindakan tak sepantasnya yang dilakukan Reagan itu pun memancing reaksi keras dari Soviet.
Kantor berita resmi Soviet, Tass, memuat dalam laporannya, "Uni Soviet mengutuk serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh presiden AS. Perilaku semacam ini tidak sesuai dengan tanggung jawab besar yang diemban seorang kepala negara pemilik nuklir, baik untuk menentukan nasib rakyatnya atau bahkan umat manusia," tulis Tass.
Peristiwa bersejarah lainnya juga terjadi pada 11 Agustus 2006. Ketika itu kapal tanker M/T Solar 1 tenggelam di lepas pantai Kepulauan Guimaras dan Negros di Filipina. Insiden ini menyebabkan terjadinya tumpahan minyak terburuk di sepanjang sejarah negara itu.
Selain itu, pada 11 Agustus 2012, Iran digoyang dua gempa, masing-masing berkekuatan 6,4 dan 6,5 skala Richter. Selisih keduanya hanya 11 menit.
Bencana yang melanda kawasan di dekat Tabriz, Iran, itu menyebabkan 306 orang tewas sementara 3.000 lainnya terluka.