Liputan6.com, Tel Aviv - Pernyataan calon presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang meminta para pendukungnya menggunakan Amandemen Kedua untuk menghentikan langkah rivalnya, Hillary Clinton mengundang kecaman dari banyak pihak.
Dalam kampanye di North Carolina, miliarader nyentrik itu memberi isyarat pada para pendukung senjata api untuk menghentikan Hillary dari kekuasaan.
"Hillary ingin menghapuskan, pada intinya menghapuskan Amandemen Kedua. Kalau dia yang memilih hakim, tak ada yang bisa kalian lakukan," kata Trump saat itu. "Tapi orang-orang Amandemen Kedua, mungkin ada. Saya tidak tahu."
Baca Juga
Amandemen Kedua Konstitusi Amerika Serikat, yang disahkan pada 15 Desember 1791 menyebut bahwa rakyat berhak memiliki senjata api. Berdasarkan pasal konstitusi itulah sejumlah negara bagian melegalkan kepemilikan senjata.
Kecaman pun datang dari Yuval Rabin, putra Yitzhak Rabin, Perdana Menteri Israel yang tewas ditembak pada 4 November 1995.
"Pernyataan Trump memicu jenis kekerasan politik yang menyentuh saya secara personal," kata Yuval Rabin kepada USA Today seperti dikutip CNN, Selasa (16/8/2016).
Ia menambahkan, panggilan Trump kepada 'orang-orang Amendemen Kedua' untuk menghentikan Hillary Clinton adalah seruan yang bisa memicu kekerasan terhadap mantan Menlu Amerika Serikat itu -- sesuatu yang dibantah Trump.
Merujuk pada kematian sang ayah akibat tembakan yang dilakukan seorang ekstremis di tengah ketegangan politik di Israel pada 1995, Rabin mengutuk keras retorika Donald Trump.
"Lebih dari seorang komentator di Israel dan AS menunjuk ke kesamaan yang terjadi di Israel pada 1990-an dan di AS saat ini," tulis dia.
"Sengaja atau tidak, capres Republik melunturkan kepercayaan pemerintahan yang demokratis," tambah dia.
Rabin menambahkan, anggapan bahwa pemilu tak sah jika tak memenangkan kandidatnya. Atau merasa bahwa pendukung calon lain kurang 'Amerika' -- hal itu hanya bisa berkerja di luar sistem politik.
"Sejumlah kritikus mengatakan, Trump adalah ancaman bagi demokrasi Amerika. Bukan posisi saya untuk mengklaim hal serupa," kata dia.
"Namun, saya ikut menjadi korban kekerasan politik dan menjadi saksi sebuah kondisi di mana setidaknya satu orang yang meyakini seruan itu merasa terpanggil," kata dia.
"Apa yang diucapkan Trump bukan sekedar kata-kata. Itu semua bisa menabur benih untuk sesuatu yang jauh lebih jahat."
Advertisement
PM Israel Yitzhak Rabin tewas setelah ditembak tiga kali oleh Yigal Amir pada 4 November 1995. Rabin ditembak sesaat setelah dia meninggalkan kampanye damai di Tel Aviv. Dia sempat di bawa ke rumah sakit tapi tewas tak lama kemudian.
Kematian Yitzhak Rabin mengganjal upaya perdamaian antara Israel-Palestina -- yang selalu diupayakan mendiang.