Liputan6.com, Rio de Janeiro - Benarkah judoka Mesir diganjar hukuman karena menolak berjabat tangan dengan pejudo Israel yang mengalahkannya?
Tentu saja, tergantung kepada siapa kita bertanya.
Baca Juga
Pejudo Mesir Islam El Shehaby kalah dari Or Sasson di pertandingan pria kompetisi 100 kg pada Jumat pekan lalu. Sasson melanjutkan ke babak berikutnya untuk memperebutkan medali perak.
Advertisement
Saat pertandingan berhenti dan El Shehaby kalah, ia lantas menolak berjabat tangan dengan Sasson. Dan kemudian terdengar suara 'huuu' dari penonton.
Federasi Judo Internasional tidak memberikan mandat bagi dua para pemain untuk berjabat tangan setelah pertandingan. Namun, komite Olimpiade Rio (IOC), 'insiden' itu mendapatkan perhatian.
"Kami percaya jiwa Olimpiade adalah untuk membangun jembatan, bukan tembok," kata juru bicara panitia Olimpiade, Mark Adams, seperti dilansir dari CNN, Rabu (17/8/2016).
Menurut laman Facebook Komite Judo Mesir, Shehaby sendiri yang memutuskan untuk tidak menjabat tangan Sasson. Komite mengatakan mereka tak akan menegur Shehaby.
"Tak ada hukuman, Shehaby sudah pulang kembali ke negaranya sesuai jadwal," kata Sameh Mubasher. Hal yang lazim bagi atlet untuk kembali ke negaranya setelah mereka selesai kompetisi, lanjutnya.
Tim Judo Mesir tiba di Kairo pada Senin 15 Agustus sore.
"El Shehaby tak melakukan sesuatu yang salah, ia sopan," tutur Mubasher.
Namun, pernyataan yang diterima CNN, IOC mendapat informasi dari Komite Nasional Olimpiade dari Mesir, El Shehaby disuruh pulang.
"Komite Olimpiade dari Mesir juga mengutuk tindakan El Shehaby dan meminta ia untuk pulang. Presiden dari Komite Nasional Olimpiade mengeluarkan pernyaaan bahwa mereka menghormati seluruh atlet dan bangsa si pertandingan Olimpiade," demikian pernyataan itu.
Komisi Disiplin IOC juga mengeluarkan teguran keras atas perilaku yang tak pantas kepada El Shehaby.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu memuji respons Sasson atas kejadian itu.
Mesir dan Isreal sejauh ini memiliki hubungan diplomatik yang baik, terutama kebijakan terhadap Timur Tengah. Dua negara itu memiliki perjanjian perdamaian.
Israel kembali membuka kedutaannya di Mesir pada tahun lalu. Dan hubungan kedua negara jauh lebih baik.
Ini bukan kali pertama politik internasional berdampak pada atlet Israel yang berlaga di Olimpiade Rio. Salah satunya adalah atlet-atlet Lebanon menolak lawannya dari Israel berbagi bis di upacara pembukaan.
Setelah Olimpiade Athena 2004, pemerintah Iran memberikan judoku Iran uang sebesar US$ 125 ribu setelah ia melewatkan mendapatkan medali emas karena menolak bertanding dengan atlet Israel.
Namun yang paling tragis terjadi pada Olimpiade Munich 1972, di mana 11 atlet Israel dan pelatihnya tewas dibunuh teroris dari Pakistan.