Liputan6.com, Berlin - Krisis pengungsi di Jerman semakin kompleks. Diikuti sebuah laporan yang mengabarkan hilangnya 9.000 anak pencari suaka secara misterius sejak awal 2016 lalu.
Seperti dilansir Express, Selasa (30/8/2016) hal tersebut diungkapkan oleh Kantor Polisi Federal Jerman (BKA) menyusul perdebatan terkait aturan imigrasi yang berlangsung secara intensif. Angka tersebut meningkat dua kali lipat dari Januari lalu yakni 4.749.
Baca Juga
Menurut BKA, anak-anak yang hilang itu datang ke Jerman tanpa pendampingan orangtua atau kerabat. Sebagian besar dari 8.991 anak yang hilang berusia antara 14 dan 17 tahun sementara sekitar 867 lainnya berusia di bawah 13 tahun.
Advertisement
Pihak berwenang bersikeras mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa yang terjadi. Sementara di sisi lain, mereka tidak memiliki bukti bahwa anak-anak tersebut jatuh ke tangan kelompok kriminal.
Kebanyakan anak kabarnya hilang di pusat-pusat pengungsian. Namun polisi mengatakan, dalam beberapa kasus kebanyakan dari mereka bepergian ke kota atau negara lain di Eropa untuk mengunjungi kerabat atau teman.
"Dalam banyak kasus, anak-anak hilang bukannya tanpa rencana. Mereka pergi mengunjungi orangtua, kerabat atau teman mereka di kota lain di Jerman atau negara-negara lain di Eropa," ujar juru bicara BKA.
Pihak BKA tak menampik bahwa mereka kesulitan menjaga migran dalam jumlah yang sangat banyak. Terlebih, para pengungsi tersebut tiba tanpa surat-surat identitas ditambah lagi susahnya mengeja nama mereka.
Pada Februari lalu badan khusus kriminalitas Uni Eropa (UE), Europol memperkirakan setidaknya 10.000 anak-anak pengungsi tanpa pendamping hilang sejak tiba di Eropa. Dan saat ini menurut mereka jumlahnya jauh lebih tinggi.
Organisasi untuk Keamanan dan Kerjamasa di Eropa (OSCE) memperingatkan bahwa anak-anak pengungsi yang berangkat ke daerah baru tanpa pendampingan rentan terhadap gangguan oleh geng kriminal dan eksploitasi seksual.
Sebagian besar anak-anak yang hilang itu dilaporkan berasal dari Afghanistan, Suriah, Somalia, Eritrea, Maroko, dan Aljazair. Pada 2016, Jerman dibanjiri dengan kehadiran sekitar 300 ribu pengungsi.
Meski Kanselir Jerman, Angela Merkel konsisten menjalankan kebijakan pintu terbuka yang memungkinkan pengungsi masuk ke negaranya namun hal ini dikritik oleh wakilnya, Sigmar Gabriel. Menurut Gabriel, Merkel meremehkan upaya integrasi terhadap sekitar satu juta pengungsi pada 2015 lalu.
Dikutip dari Deutsche Welle, Gabriel bahkan merujuk pada slogan-slogan yang kerap digaungkan Merkel seperti "Kita bisa melakukan ini!" atau "Kita harus menyiapkan kondisi yang tepat sehingga kita benar-benar bisa menangani ini".