Liputan6.com, Beijing - Lebih dari 1.300 orang lanjut usia (lansia) di China dilaporkan hilang setiap harinya. Sementara itu laporan terbaru menyebutkan, setiap tahunnya warga sepuh yang hilang mencapai 500 ribu orang.
Data Zhongmin Social Assistance Institute, lembaga yang berada di bawah Kementerian Urusan Sipil menyebutkan bahwa warga senior berusia 65 atau lebih mendominasi kasus orang hilang, atau mencakup 80 persen.
"Jelas ini jumlah yang besar dan menjadi isu sosial. Kita tidak bisa mengabaikannya," ujar Presiden Zhongmin Institute, Wang Zhikun seperti dikutip dari CNN, 12/10/2016).
Advertisement
Sekitar 25 persen dari lansia yang hilang didiagnosis menderita Alzheimer atau demensia. Dan 72 persen lainnya mengalami semacam gangguan ingatan.
"Seperempat dari lansia yang dilaporkan hilang telah ditemukan," ujar penulis laporan tersebut, Xiong Guibin.
Bom Waktu Demografis
Populasi di China menua dengan cepat. Ini dipicu oleh kebijakan 'satu keluarga, satu anak' yang berakhir tahun lalu.
Hukum di China mengharuskan anak yang sudah dewasa untuk merawat orangtua mereka. Karena itulah kebanyakan lansia di Tiongkok sangat bergantung baik secara emosional maupun finansial kepada anak-anak mereka.
Sementara yang terjadi, banyak anak yang dewasa telah meninggal dunia atau pergi tanpa memedulikan nasib orangtua.
Masalah tersebut cukup parah terjadi di daerah pedesaan dan sejumlah kota kecil karena umumnya anak muda memilih bermigrasi ke kota-kota besar yang lebih makmur di pantai timur China.
Tiongkok merupakan 'rumah' bagi 114 juta lansia. Ini jumlah yang sangat tinggi dibanding dengan negara-negara berkembang lainnya. Demikian laporan Bank Dunia.
Laporan yang sama menyebutkan sebanyak 90 juta orang akan pensiun dalam tiga dekade mendatang.
Pada 2030, pemerintah telah memperingatkan bahwa Tiongkok akan memiliki penduduk lansia terbanyak di muka bumi. Lebih 400 juta orang dilaporkan berusia lebih dari 60 tahun.
Peraturan ketat pemerintah Tiongkok terkait dengan keluarga berencana dinilai merupakan isu serius. Sementara lansia merupakan masalah besar di seluruh kawasan Asia.
Asia Pacific Risk Center yang berbasis di Singapura pada Agustus lalu memperingatkan pembengkakan jumlah lansia di Asia telah memicu meningkatnya biaya kesehatan hingga mencapai US$ 20 triliun.