Liputan6.com, New York - Keputusan Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) yang diumumkan 11 hari jelang Pilpres 2016 diakui Hillary Clinton sebagai pukulan terbesar dalam kampanyenya. Bahkan, hal itu diyakini memiliki andil signifikan dalam kekalahannya yang mengagetkan dari rivalnya, Donald Trump.
Surat Direktur FBI James Comey pada Kongres, yang mengumumkan dibukanya penyelidikan terbaru terkait skandal email mantan Menlu AS itu menghentikan momentum kampanye Clinton. Kerugian tak bisa dielak, meski badan intelijen tersebut kembali membersihkan namanya dua hari sebelum pilpres.
Seperti dikutip dari CNN, Minggu (13/11/2016), hal tersebut diungkapkan Clinton dalam konferensi lewat telepon dengan sejumlah donor kampanyenya pada Sabtu 12 November 2016 waktu setempat.
Seorang anggota komite keuangan nasional Clinton, yang ikut dalam konferensi itu mengatakan, capres Demokrat itu beberapa kali menyalahkan Comey atas kekalahannya.
Surat pertama Comey pada Kongres pada 28 Oktober 2016 menghentikan momentum yang dibangun Hillary setelah penampilannya yang mengesankan dalam tiga kali sesi debat dan rilis video Access Hollywood yang memojokkan Trump.
Sementara, surat kedua yang dikirimkan FBI sembilan hari kemudian, yang menyatakan Clinton tak bersalah, justru memanas-manasi pendukung Trump dan kian bikin bingung para pemilih.
Hillary Clinton menambahkan, perkembangan yang datang dari FBI terlalu luar biasa untuk 'diatasi'. Meski, di depan para donornya, mantan Ibu Negara AS itu mengaku ada hal-hal lain yang tak mampu diatasi timnya.
Namun, sejumlah petinggi Demokrat yang diwawancarai pasca-pilpres menunjuk Clinton sebagai pihak yang harus disalahkan--atas keputusannya pada 2009, untuk membuat server email pribadi di luar sistem pemerintah saat menjabat sebagai Menlu AS.
"Jika tak ada server pribadi, niscaya tak akan ada investigasi dari FBI," kata Jim Manley, ahli strategi Demokrat dalam Twitternya.
Konferensi video yang berlangsung selama 30 menit tidak terbuka bagi pers.
Pendukung Demokrat lain menyebut Hillary Clinton menggambarkan kekalahannya sebagai hal yang menyedihkan. Dan ia mengaku kecewa tak berhasil mengalahkan Trump.
Dalam konferensi tersebut, Clinton mengimbau para pendukungnya untuk terus maju dan memperjuangkan apa yang mereka yakini.
Hillary tak terang-terangan mengkritik Trump. Namun dua peserta konferensi mengatakan istri Bill Clinton itu mendesak pendukungnya bangkit dan terus berjuang melawan retorika memecah belah yang menargetkan imigran, muslim, dan pihak lain.
Dalam konferensi tertutup itu, Hillary tak menyinggung faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap kekalahannya. Termasuk, apa yang banyak dikatakan pihak Demokrat, terkait kegagalan capres perempuan pertama itu untuk mengartikulasikan pesan-pesan ekonomi yang menarik pemilih kelas pekerja di seluruh Rust Belt.
Rust Belt adalah adalah wilayah-wilayah yang pada masa lalu jaya di bidang industri. Namun belakangan--pada pertengahan abad ke-20--wilayah ini meredup dan "berkarat".
Dimulai dari New York, lalu Pennsylvania, West Virginia, Ohio, Indiana, Lower Peninsula (Semenanjung Bawah) Michigan, dan berakhir di Illinois utara, Iowa timur, dan tenggara Wisconsin.