Liputan6.com, Washington DC- Cobaan besar menerjang calon presiden Amerika Serikat Hillary Clinton. Hanya 11 hari jelang Pipres yang bakal digelar pada 8 November 2016 mendatang, Biro Investigasi Federal AS (FBI) mengumumkan hal mengejutkan.
Kepada Kongres, Direktur FBI James Comey mengungkapkan, pihaknya sedang menginvestigasi temuan baru soal email mantan Menteri Luar Negeri AS itu.
"Penyelidik menemukan sejumlah email, yang berhubungan dengan kasus yang tak terkait (dengan penyelidikan sebelumnya)...," kata Comey.
Ia menambahkan, para penyelidik nantinya akan menentukan apakah email-email tersebut mengandung informasi yang dirahasiakan.
FBI sebelumnya telah menemukan bukti bahwa Hillary Clinton memiliki informasi sensitif yang tersimpan dalam server pribadinya.
Comey sebelumnya menyebut, cara istri Bill Clinton itu menangani materi rahasia selama menjabat sebagai Menlu pada 2009-2013 sebagai 'sangat ceroboh'. Namun, FBI membebaskannya dari tuduhan kriminal.
Soal kasus terbaru, kepala FBI dalam suratnya pada Kongres menyebut, pihaknya belum bisa menentukan apakah material tersebut punya arti penting atau tidak. "Saya tak bisa memprediksi berapa lama bagi kami untuk menyelesaikan investigasi tambahan tersebut."
Apakah skandal tersebut akan mempengaruhi perolehan suara Hillary Clinton? Bisa ya. Bisa tidak.
Surat Comey pada Kongres tak menyebut apa yang dimaksud sebagai 'kasus yang tidak berhubungan' yang membuat FBI membuka kembali investigasi pada Clinton.
Saat ini Hillary Clinton unggul 5 persendari rivalnya dari Partai Republik, Donald Trump dalam perhitungan jajak pendapat Real Clear Politics.
Belum ada tanggapan pihak Hillary Clinton sejauh ini. Kabar soal aksi FBI itu dikeluarkan pada saat ia terbang ke Cedar Rapids, Iowa di mana ia akan menggelar kampanye.
Donald Trump Bersorak
Apapun, perkembangan terbaru tersebut menjadi amunisi bagi lawannya.
Dalam kampanye di Manchester, New Hampshire, Donald Trump menyinggung hal tersebut di depan para pendukungnya.
"Mereka membuka kembali kasus kriminal dan perbuatan ilegal yang mengancam keamanan Amerika Serikat," kata Trump.
"Korupsi yang dilakukan Hillary Clinton ada dalam skala yang tak pernah kita saksikan sebelumnya. Kita tidak boleh membiarkan ia membawa skema kriminalnya itu ke Ruang Oval."
Terkuaknya indikasi bahwa Hillary melanggar aturan federal dengan menggunakan server email pribadi dari rumahnya di New York dan caranya menangani informasi sensitif, telah merusak peringkat kepercayaan atas dirinya di kalangan pemilih.
Pengumuman FBI menyebabkan kekhawatiran di pasar saham. Indeks Dow Jones Industrial Average turun sekitar 150 poin pada perdagangan sore di New York. Sementara, Indeks S & P 500 turun 0,3 persen.
Juru bicara Trump, Kellyanne Conway langsung mencuit di Twitternya. "Sebuah hari besar dalam kampanye kami yang semakin membaik."
Sementara, Paul Ryan, politisi Republik dengan peringkat tertinggi menyerukan pada direktur inteljen nasional agar menghentikan briefing rahasia untuk kandidat Demokrat.
"Hillary Clinton yang harus dipersalahkan," kata Ryan. "Dia dipercaya memegang rahasia paling penting namun mengkhianatinya dengan sembarangan menanganinya."
Penggunaan server email pribadi Hillary Clinton kali pertama diungkap pada Maret 2015 oleh New York Times, saat mantan Menlu itu mengunjungi markas PBB di New York.
Selama konferensi pers di PBB, Hillary tidak segera mengungkapkan penyesalan, dan mengatakan alasan utama ia menggunakan email 'hdr22@clintonemail.com' adalah demi "kenyamanan".
Namun, Hillary Clinton segera mengakui kesalahannya dalam sebuah wawancara dengan ABC News. Sejak itu ia beberapa kali meminta maaf.