Sikap RI Terkait Peninjauan Kembali Keanggotaan Myanmar di ASEAN

Wamenlu A. M. Fachir berkomentar soal sikap Indonesia terkait permintaan Malaysia untuk peninjauan kembali keanggotaan Myanmar di ASEAN.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 01 Des 2016, 14:40 WIB
Diterbitkan 01 Des 2016, 14:40 WIB
Bendera negara-negara anggota ASEAN.
Bendera negara-negara anggota ASEAN.

Liputan6.com, Jakarta - Pernyataan mengejutkan disampaikan Malaysia. Mereka meminta ASEAN mempertimbangkan kembali keanggotaan Myanmar.

Keterangan tersebut disampaikan oleh Menteri Senior Malaysia, Khairy Jamaluddin. Ia beralasan, negara yang dulunya bernama Burma itu telah melakukan 'pembersihan' etnis Rohingya.

Menanggapi permintaan Malaysia, Wakil Menteri Luar Negeri, A.M. Fachir segera buka suara. Peninjauan kembali menurutnya adalah proses yang kompleks.

Semua keputusan pun, ia tegaskan harus berada di tangan ASEAN. Bukan hanya di satu negara saja.

"Enggak mungkin dong. Itu kan dari ASEAN yang memutuskan. Tidak mungkin," ucap Fachir di Kantor Kementerian Luar Negeri, Kamis (1/12/2016).

"Makanya semua dilihat keseluruhan. Tidak bisa segampang itu. Enggak bisa segampang membalikkan telapak tangan," tambah dia.

Menambahkan pernyataan Fachir, Direktur Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri, Jose Tavares menyebut, Negeri Jiran punya hak mengeluarkan komentar itu.

"Terserah Malaysianya, itu up to Malaysia to response," ucap dia.

Terkait Indonesia apakah akan mengikuti jejak Malaysia, yakni untuk bersikap lebih keras terhadap Myanmar, Jose mengatakan bahwa RI memiliki cara sendiri.

Pria yang pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Selandia Baru itu memaparkan, cara yang dipakai Indonesia sudah pernah dicoba saat negara tersebut masih sepenuhnya dikendalikan militer. Cara Indonesia pun berhasil mereformasi Myanmar.

"Sejauh mana efektivitasnya, tadi pak Wamen katakan pendekatan kita memang inklusif. Kita ajak Myanmar untuk bisa berbuat lebih baik untuk rakyatnya," pungkas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya